PT United Tractors Tbk (UNTR) menunjukkan performa finansial yang beragam pada semester I 2025, dengan peningkatan pendapatan namun penurunan laba bersih. Menatap semester II, UNTR gencar memperkuat strategi diversifikasi bisnisnya, khususnya di sektor pertambangan nonbatubara, untuk mendongkrak kinerja UNTR di tengah tantangan pasar yang dinamis.
Data finansial UNTR di paruh pertama 2025 menunjukkan pendapatan konsolidasi mencapai Rp 68,5 triliun, tumbuh 6,2% secara tahunan (yoy). Namun, pertumbuhan pendapatan ini tidak selaras dengan laba bersih UNTR yang justru mengalami penurunan signifikan 14% yoy, menyentuh angka Rp 8,13 triliun.
Untuk mengatasi fluktuasi komoditas batubara, UNTR mengusung strategi diversifikasi agresif. Analis OCBC Sekuritas Budi Rustanto menyoroti fokus UNTR pada perluasan portofolio di sektor pertambangan nonbatubara, termasuk komoditas krusial seperti emas, nikel, dan mineral strategis lainnya. Untuk mendukung ambisi ini, UNTR menyiapkan alokasi investasi substansial, berkisar US$ 500 juta hingga US$ 1 miliar per tahun, demi memperkuat posisinya di segmen mineral. Target jangka panjang manajemen UNTR sangat jelas: mencapai kontribusi pendapatan yang lebih seimbang antara segmen batubara dan nonbatubara pada tahun 2030.
Lebih lanjut, Henry Wibowo, Analis JP Morgan Sekuritas, mencatat bahwa UNTR secara aktif menjajaki peluang merger dan akuisisi (M&A) di luar negeri dalam sektor pertambangan mineral, dengan target nilai ideal antara US$ 500 juta hingga US$ 1 miliar. Langkah ini menunjukkan keseriusan UNTR dalam mempercepat pertumbuhan portofolio non-batubara.
Di segmen penjualan alat berat Komatsu, UNTR mencatat kenaikan volume yang menggembirakan sebesar 23,2% yoy menjadi 3.098 unit per Juli 2025, didorong oleh permintaan kuat dari sektor pertambangan, kehutanan, dan agro. Manajemen UNTR optimistis dapat mempertahankan target penjualan Komatsu 4.600 unit di tahun 2025, meningkat 4% yoy, dengan rincian 1.200 unit mesin besar dan 3.400 unit mesin kecil.
Performa positif juga terlihat dari bisnis pertambangan emas. Volume penjualan emas melonjak 11,7% yoy mencapai 143.000 ons per Juli 2025. UNTR menargetkan penjualan 240.000 ons emas sepanjang tahun 2025, di mana tambang Martabe diharapkan menyumbang 220.000 ons dan PT Sumbawa Juta Raya (SJR) sekitar 20.000 ons. Kenaikan harga emas yang signifikan dapat berfungsi sebagai “penyangga” yang krusial bagi kinerja UNTR, terutama jika segmen batubara memburuk akibat penurunan harga.
Di sektor pertambangan nikel, volume penjualan dari Stargate Pacific Resources juga mencatatkan pertumbuhan impresif sebesar 17,6% yoy, mencapai 1,29 juta wmt (wet metric ton) bijih nikel per Juli 2025, terdiri dari 876 ribu wmt limonit dan 415 ribu wmt saprolit. Target penjualan bijih nikel 2 juta wmt untuk tahun 2025 masih dipertahankan oleh manajemen UNTR.
Sementara itu, dalam segmen pertambangan batubara, volume penjualan menunjukkan peningkatan 12,0% yoy menjadi 9,5 juta ton per Juli 2025, dengan batubara termal naik 10,0% yoy menjadi 7,1 juta ton dan batubara metalurgi melonjak 18,1% yoy menjadi 2,4 juta ton. Budi Rustanto memproyeksikan total penjualan batubara UNTR akan meningkat sekitar 6,5% yoy menjadi 14 juta ton tahun ini, termasuk penjualan eksternal. Penjualan batubara milik sendiri diperkirakan mencapai 11,1 juta ton, dengan 3,8 juta ton dari batubara metalurgi.
Meskipun demikian, beberapa tantangan membayangi kinerja UNTR. Pada kontrak pertambangan, volume pemindahan overburden menurun 8,8% yoy menjadi 637,9 juta bcm, dan produksi batubara juga turun tipis 1,4% yoy menjadi 82,7 juta ton per Juli 2025. Kondisi ini sebagian besar diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi, khususnya di area operasional PT Pamapersada Nusantara (Pama), anak usaha UNTR. Curah hujan ekstrem tidak hanya menghambat volume produksi, tetapi juga secara signifikan meningkatkan biaya operasional akibat waktu henti, pengeringan pit, dan pemeliharaan jalan yang ekstensif. Kondisi ini tercermin dari kontraksi margin. Namun, Budi Rustanto optimistis kinerja UNTR akan membaik di semester II 2025 seiring prediksi perbaikan kondisi cuaca.
Henry Wibowo dari JP Morgan menyoroti adanya peningkatan ketidakpastian terhadap visibilitas pendapatan dan ketahanan arus kas UNTR. Kekhawatiran ini timbul akibat pelemahan harga batubara yang berkelanjutan dan kenaikan biaya operasional di tambang emas Martabe. Senada, Reggie Parengkuan, Analis Indopremier Sekuritas, menekankan bahwa sentimen risiko utama bagi kinerja UNTR di paruh kedua tahun ini adalah potensi tekanan margin pada PT Tuah Turangga Agung (TTA) dan beban terhadap volume produksi batubara PT Pamapersada Nusantara (Pama), yang keduanya dipicu oleh pelemahan harga batubara.
Untuk proyeksi keseluruhan tahun, Budi Rustanto memperkirakan pendapatan UNTR pada tahun 2025 akan mencapai Rp 141,69 triliun dengan laba bersih Rp 18,49 triliun, sedikit turun dibandingkan pendapatan 2024 sebesar Rp 134,42 triliun dan laba bersih Rp 19,53 triliun. Di tengah kondisi ini, para analis memberikan beragam rekomendasi saham UNTR. Budi Rustanto merekomendasikan buy saham UNTR dengan target harga Rp 29.000. Sementara itu, Henry Wibowo memberikan rekomendasi netral dengan target harga Rp 23.000, dan Reggie Parengkuan merekomendasikan hold dengan target harga Rp 24.000 per saham.
Dengan strategi diversifikasi agresif ke sektor pertambangan nonbatubara dan fokus pada efisiensi operasional, PT United Tractors Tbk (UNTR) berupaya menavigasi tantangan pasar batubara. Investor akan mencermati bagaimana UNTR menyeimbangkan ambisi pertumbuhan dengan volatilitas harga komoditas dan kondisi cuaca di sisa tahun 2025.
Ringkasan
Pada semester I 2025, United Tractors (UNTR) mencatatkan kenaikan pendapatan konsolidasi sebesar 6,2% menjadi Rp 68,5 triliun, namun laba bersih mengalami penurunan 14% menjadi Rp 8,13 triliun. UNTR berupaya mengatasi fluktuasi harga batubara dengan diversifikasi ke sektor pertambangan nonbatubara seperti emas, nikel, dan mineral strategis, dengan alokasi investasi US$ 500 juta – US$ 1 miliar per tahun dan menargetkan kontribusi pendapatan yang lebih seimbang pada tahun 2030.
UNTR juga mencatat kenaikan penjualan alat berat Komatsu sebesar 23,2% dan peningkatan volume penjualan emas serta nikel. Meskipun demikian, tantangan seperti curah hujan tinggi yang mempengaruhi produksi batubara dan peningkatan biaya operasional, serta pelemahan harga batubara, menjadi perhatian. Analis memberikan rekomendasi beragam terhadap saham UNTR, mulai dari buy hingga hold, dengan target harga yang bervariasi.