JAKARTA – Kinerja PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) menghadapi tantangan serius pada paruh pertama tahun 2025, ditandai dengan penurunan signifikan akibat lesunya permintaan domestik. Perusahaan semen terbesar di Indonesia ini melaporkan angka-angka keuangan yang mencerminkan tekanan pasar yang kuat, meskipun ada harapan untuk kebangkitan di semester kedua.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, SMGR mencatatkan pendapatan sebesar Rp 15,6 triliun pada semester I-2025, turun 5% secara tahunan (year-on-year/yoy). Bahkan, pada kuartal II-2025 saja, Semen Indonesia membukukan rugi bersih sebesar Rp 2,6 miliar, berbalik dari laba Rp 29,7 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Secara kumulatif, laba bersih untuk semester I-2025 merosot tajam hingga 92% yoy, hanya mencapai Rp 40 miliar.
Analis Ina Sekuritas, Arief Machrus, dalam risetnya pada 21 Agustus 2025, menjelaskan bahwa penurunan pendapatan SMGR ini terutama didorong oleh lemahnya permintaan dari pasar dalam negeri. Fenomena ini terjadi meskipun kinerja ekspor perusahaan menunjukkan kenaikan positif sebesar 24,9% secara tahunan pada semester I-2025. “Penguatan ekspor tak mampu menutupi lemahnya permintaan domestik,” ujar Arief, yang menyebabkan volume penjualan total perusahaan ikut terkoreksi sebesar 2% yoy.
Permintaan semen domestik secara keseluruhan juga mengalami kontraksi, tercatat turun 3,1% yoy menjadi 27,16 juta ton sepanjang paruh pertama 2025. Analis Binaartha Sekuritas, Eka Rahmawati, menyoroti bahwa lemahnya perekonomian nasional dan lambatnya proyek-proyek infrastruktur menjadi pemicu utama di balik tren penurunan ini.
SMGR Optimalkan Lahan Pascatambang Jadi Aset Ekologis dan Penyerapan Emisi
Di sisi lain, permintaan domestik spesifik untuk produk SMGR juga menunjukkan penurunan sebesar 7,7% secara tahunan menjadi 12,9 juta ton. Meskipun demikian, penjualan regional perusahaan mencatat pertumbuhan yang kuat sebesar 18,7% yoy, mencapai 4,3 juta ton. Eka melanjutkan penjelasannya bahwa permintaan semen curah anjlok 10,2% yoy, dengan penurunan di Pulau Jawa sebesar 3,4% yoy dan di luar Jawa yang lebih drastis, yakni 22,2%. “Penurunan ini seiring normalisasi dari proyek Ibu Kota Nusantara (IKN),” imbuhnya dalam riset 19 Agustus 2025. Akibat situasi ini, Semen Indonesia juga kehilangan 2,9% pangsa pasar pada segmen semen sak dan 2% pada semen curah karena lemahnya segmen ritel.
Semen Indonesia (SMGR) Pasok 29.900 Ton Semen untuk Pembangunan Tol Bocimi
Terlepas dari kinerja yang lesu pada semester pertama, prospek SMGR diyakini dapat membaik pada semester II-2025. Eka Rahmawati memandang bahwa kelanjutan proyek infrastruktur akan menjadi motor penggerak utama. Manajemen Semen Indonesia sendiri menargetkan untuk mengembalikan pangsa pasar di atas 50%, serta berencana melakukan ekspansi ke produk turunan semen dan bisnis non-semen untuk diversifikasi pendapatan.
Optimisme serupa juga diungkapkan oleh Arief Machrus, yang memprediksi penguatan ekspor SMGR seiring kenaikan harga klinker global dan ekspansi pelabuhan Tuban. Permintaan dari Bangladesh dan Amerika Serikat juga diproyeksikan menjadi katalis positif bagi perseroan di masa mendatang. “Meskipun, tarif AS bisa menekan margin,” tambah Arief. Ia juga memperkirakan laba bersih SMGR hingga akhir tahun bisa pulih, didukung oleh volume penjualan yang lebih kuat dan biaya bunga yang lebih rendah.
Semen Indonesia (SMGR) Optimalkan Digitalisasi untuk Pengelolaan Rantai Pasok
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Arief menyematkan rekomendasi netral untuk SMGR dengan target harga Rp 2.900 per saham. Sementara itu, Eka Rahmawati lebih optimistis dengan merekomendasikan beli SMGR pada target harga yang sedikit lebih tinggi, yaitu Rp 3.000 per saham.
Ringkasan
Kinerja PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) pada semester I-2025 mengalami penurunan pendapatan sebesar 5% menjadi Rp 15,6 triliun dan rugi bersih Rp 2,6 miliar pada kuartal II-2025, terutama disebabkan oleh lemahnya permintaan domestik meskipun ekspor meningkat. Permintaan semen domestik secara keseluruhan juga turun 3,1%, dipicu oleh ekonomi yang lesu dan lambatnya proyek infrastruktur, termasuk normalisasi proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) yang menyebabkan penurunan pada segmen semen curah.
Meskipun kinerja semester I tertekan, prospek SMGR diyakini membaik pada semester II-2025 dengan kelanjutan proyek infrastruktur sebagai pendorong utama. Manajemen SMGR menargetkan peningkatan pangsa pasar dan diversifikasi pendapatan melalui produk turunan semen dan bisnis non-semen. Analis merekomendasikan strategi netral hingga beli dengan target harga saham antara Rp 2.900 hingga Rp 3.000, didukung oleh potensi penguatan ekspor dan pemulihan laba bersih.