Shoesmart.co.id – JAKARTA. Kinerja PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) mengalami tekanan pada semester I tahun 2025. Namun, perseroan optimis strategi transformasi bisnis yang berfokus pada keunggulan operasional dan layanan akan menjadi kunci pendorong peningkatan kinerja di semester II tahun 2025.
Pada periode tersebut, TLKM mencatat pendapatan sebesar Rp 73 triliun, menurun 3,0% secara tahunan (YoY). Penurunan juga terlihat pada laba bersih TLKM yang tercatat sebesar Rp 10,97 triliun, merosot 6,68% secara tahunan.
Penyebab utama kontraksi pendapatan TLKM adalah melemahnya segmen data & internet, yang terkoreksi 6,5% YoY menjadi Rp 42,5 triliun. Segmen tradisional seperti SMS, telepon tetap & seluler juga mengalami penurunan signifikan 7,3% YoY menjadi Rp 4,8 triliun. Pergeseran perilaku konsumen menuju aplikasi data dan pesan over-the-top (OTT) yang terus berlanjut menjadi faktor pendorong utama tren ini.
Telkom (TLKM) Incar Kontribusi Segmen B2B Mencapai 30% dalam Lima Tahun
“Kontraksi ini disebabkan oleh perlambatan konsumsi yang berkelanjutan, sejalan dengan penurunan pendapatan rata-rata per pengguna atau Average Revenue Per User (ARPU) Telkomsel,” jelas Leonardo Lijuwardi, Analis NH Korindo Sekuritas, dalam risetnya pada 22 Agustus 2025.
Di tengah tantangan tersebut, IndiHome berhasil mencatatkan pertumbuhan positif 2,2% YoY menjadi Rp 13,2 triliun pada semester pertama 2025. Capaian ini patut diapresiasi mengingat lanskap pasar ISP (internet service provider) yang ketat dan sangat kompetitif. Kendati demikian, ARPU IndiHome justru terkoreksi 3,1% secara kuartalan (QoQ) menjadi Rp 216.900 pada triwulan II tahun 2025.
Penurunan ARPU IndiHome utamanya dipicu oleh meningkatnya sensitivitas harga di pasar. Untuk mengatasi ini, TLKM telah mengimplementasikan strategi penetapan harga dan bundling yang lebih fleksibel. Ke depan, perseroan berkomitmen untuk terus memperbarui paket IndiHome secara nasional dan menyederhanakan penawaran produknya demi menjaga daya saing.
Sementara itu, segmen interkoneksi menunjukkan kinerja positif dengan pertumbuhan 2,4% YoY mencapai Rp 5 triliun, didukung oleh peningkatan traffic internasional. Segmen lainnya, yang mencakup jaringan dan layanan telekomunikasi, juga mencatat pertumbuhan impresif 9,8% YoY menjadi Rp7,5 triliun, terutama berkat ekspansi bisnis satelit.
“Meskipun bisnis non-inti TLKM mengalami pertumbuhan, kinerja ini masih belum cukup untuk mengimbangi pelemahan di segmen data & internet, yang terus tertekan oleh tren perlambatan konsumsi,” terang Leonardo.
Leonardo menilai bahwa strategi transformasi bisnis baru TLKM, yang berfokus pada keunggulan operasional & layanan, perampingan, pembukaan nilai (unlocking value), dan pergeseran modus operandi, merupakan langkah yang menarik. Ini menjadi sorotan mengingat reputasi perusahaan yang selama ini dikenal dengan kekakuan dan birokrasinya.
TLKM Chart by TradingView
“Strategi dan tim manajemen yang baru tampaknya telah diterima dengan baik oleh pasar, sebagaimana dibuktikan oleh arus masuk modal asing bersih yang kuat selama tiga bulan terakhir,” tambah Leonardo.
Gani, Equity Research Analyst OCBC Sekuritas, turut menyampaikan pandangannya. Ia memproyeksikan kinerja TLKM di semester II akan lebih baik dibandingkan semester I, didorong oleh efisiensi internal dan perbaikan kompetisi antar operator telekomunikasi.
Beberapa sentimen penting yang patut dicermati untuk kinerja TLKM pada semester II antara lain potensi pemotongan suku bunga Bank Indonesia, dinamika kompetisi di pasar, serta upaya TLKM dalam mengoptimalkan aset strategis seperti aset fiber dan data center.
“Daya beli masyarakat mungkin belum pulih sepenuhnya,” ujar Gani kepada Kontan pada Senin (1/9), memberikan catatan kehati-hatian.
NH Korindo Sekuritas memproyeksikan pendapatan TLKM tahun 2025 akan mencapai Rp 150,87 triliun dengan laba bersih Rp 23,28 triliun. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan realisasi tahun 2024, di mana TLKM membukukan pendapatan Rp 149,96 triliun dan laba bersih Rp 23,64 triliun.
Berdasarkan analisisnya, Leonardo merekomendasikan Hold untuk saham TLKM dengan target harga Rp 3.400 per saham. Sementara itu, Gani dari OCBC Sekuritas lebih optimis dengan rekomendasi Buy, menargetkan harga Rp 3.300 per saham.