Strategi BCA: Kuatkan Fundamental, Bukan Buyback, untuk Harga Saham

Tekanan yang membayangi harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih terus terasa. Meski demikian, kondisi ini nyatanya belum mendorong manajemen bank papan atas tersebut untuk mengambil langkah pembelian kembali saham mereka atau yang dikenal dengan buyback.

Hingga penutupan perdagangan Kamis (11/9), harga saham BCA tercatat di level Rp 7.850 per saham. Angka ini cukup mengkhawatirkan karena mendekati posisi saat BBCA melakukan stock split pada tahun 2021, yaitu di level Rp 7.350 per saham.

Meskipun dalam dua hari terakhir saham BBCA sempat menunjukkan penguatan minor, gambaran yang lebih besar sejak awal tahun 2025 justru menunjukkan koreksi saham BBCA yang signifikan, mencapai 18,86%. Penurunan ini menjadikannya salah satu yang terdalam di antara jajaran big banks lainnya di Indonesia.

Secara historis, selama tahun 2025 berjalan, BBCA juga sempat kembali menyentuh level terendah saham BBCA pada beberapa hari lalu, tepatnya 9 September 2025, di posisi Rp 7.525 per saham. Menanggapi kondisi ini, SVP Investor Relations BCA, Rudy Budiardjo, menegaskan bahwa manajemen saat ini memilih untuk menyerahkan pergerakan harga saham sepenuhnya pada mekanisme pasar, dan belum ada rencana buyback dalam waktu dekat.

Rudy Budiardjo menambahkan bahwa sebelumnya, BBCA memang sudah sempat melakukan buyback pada April 2025, ketika harga saham menyentuh level Rp 7.775 per saham, yang kala itu merupakan posisi terendah. Namun, melihat adanya sedikit rebound pada pergerakan saham saat ini, pihaknya merasa belum perlu untuk kembali mengambil langkah serupa.

Di sisi lain, Wakil Direktur Utama BCA, John Kosasih, mengisyaratkan bahwa fokus utama manajemen saat ini adalah memastikan bank yang ia pimpin tetap menjaga fundamental BCA yang kuat dan kinerja positif, meskipun di tengah volatilitas pasar yang tinggi.

John Kosasih berpendapat bahwa tekanan pada harga saham di pasar saham Indonesia saat ini lebih banyak disebabkan oleh keluarnya investor asing. Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa secara kinerja fundamental BCA tetap kokoh dan solid.

Neraca keuangan BCA kami terjaga dengan baik, likuiditas bank kami sangat memadai, dan rasio permodalan kami berada pada tingkat yang sangat kuat untuk menopang kebutuhan serta ekspansi bisnis ke depan,” jelas John. Ia juga menambahkan bahwa kualitas kredit yang dimiliki BCA tetap terjaga positif, dengan tingkat Non-Performing Loan (NPL) di level 2,2% dan Loan at Risk (LaR) sebesar 5,7%.

Profitabilitas BCA kami terus menunjukkan pertumbuhan positif hingga paruh pertama tahun 2025 ini,” pungkas John, menegaskan keyakinan manajemen terhadap prospek kinerja bank ke depan di tengah dinamika pasar modal.

Ringkasan

Harga saham BCA mengalami tekanan dan mendekati level saat stock split tahun 2021, meskipun sempat ada penguatan minor. Koreksi saham BBCA sejak awal tahun 2025 cukup signifikan, menjadikannya salah satu yang terdalam di antara big banks lainnya. Manajemen BCA memilih menyerahkan pergerakan harga saham pada mekanisme pasar dan belum berencana melakukan buyback dalam waktu dekat.

Fokus utama BCA saat ini adalah menjaga fundamental yang kuat dan kinerja positif di tengah volatilitas pasar. Tekanan harga saham disebabkan keluarnya investor asing, namun kinerja fundamental BCA tetap kokoh dengan neraca keuangan terjaga, likuiditas memadai, dan rasio permodalan kuat. Profitabilitas BCA juga menunjukkan pertumbuhan positif hingga paruh pertama tahun 2025.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *