JAKARTA – Harapan para pemegang saham PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA) untuk menikmati dividen kini semakin cerah. Sinyal positif ini muncul seiring dengan laporan kinerja keuangan Grup Bakrie tersebut yang berhasil membukukan laba, membuka peluang besar bagi distribusi dividen di masa mendatang.
Melalui paparan publik yang diselenggarakan awal bulan ini, manajemen VIVA menjelaskan bahwa keputusan pembagian dividen sepenuhnya akan didasarkan pada perkembangan kinerja keuangan perusahaan di masa depan. Manajemen menekankan, “Dividen hanya dapat dibagikan apabila perusahaan membukukan laba dan memiliki saldo laba ditahan yang positif,” demikian disampaikan melalui keterbukaan informasi yang dikutip pada Minggu (14/9/2025).
Baca Juga: Formula Keluarga Bakrie Membawa BNBR dan VIVA ke Jalur Kebangkitan
Menurut manajemen Visi Media, prinsip kehati-hatian dan keberlanjutan bisnis menjadi landasan penting dalam setiap langkah yang diambil. Oleh karena itu, “Dengan kinerja yang terus membaik, tidak menutup kemungkinan di kemudian hari VIVA dapat membagikan dividen apabila seluruh persyaratan telah terpenuhi,” demikian dijelaskan lebih lanjut, memberikan harapan bagi investor.
Baca Juga: Bakrie Group (BNBR) Siap Akuisisi Tol Cimanggis-Cibitung dari Waskita dan SMI Rp3,56 Triliun
Peluang positif ini tak lepas dari restrukturisasi kewajiban pembayaran utang senilai total Rp11,1 triliun yang telah disetujui menjelang akhir tahun lalu. Dampak positifnya terlihat jelas pada laporan keuangan tahun 2024 dan semester I/2025. Perseroan berhasil membalikkan keadaan, mencatat laba bersih melonjak menjadi Rp4,44 triliun pada tahun 2024, berbanding terbalik dari kerugian Rp3,28 triliun pada tahun 2023.
Tren positif ini berlanjut pada paruh pertama tahun ini, di mana VIVA sukses mengubah rugi bersih Rp697,51 miliar menjadi laba bersih impresif sebesar Rp1,19 triliun. Pencapaian ini menjadi bukti nyata keberhasilan strategi perusahaan dalam menghadapi tantangan finansial.
Pasca-persetujuan restrukturisasi, VIVA terus berupaya memperkuat kinerja secara menyeluruh. Di lini digital, strategi utama yang difokuskan adalah optimalisasi aset yang sudah ada guna menekan biaya produksi. Harapannya, perusahaan tidak lagi terlalu bergantung pada produksi konten baru dalam jumlah besar. Sebagai contoh, ANTV dan tvOne digital kini aktif memanfaatkan konten turunan dari program-program televisi yang sudah ada, memaksimalkan efisiensi. Sementara itu, strategi investasi yang lebih agresif untuk pengembangan bisnis secara komprehensif direncanakan mulai dijalankan pada tahun 2026.
Kendati demikian, VIVA menyadari bahwa perjalanan ini tidaklah mudah. Perseroan dihadapkan pada tingkat persaingan yang ketat, baik dari sesama stasiun televisi konvensional maupun platform media digital yang terus berkembang pesat. Untuk menjawab tantangan tersebut, Visi Media berupaya menjaga keseimbangan antara penguatan bisnis televisi free-to-air (FTA) dan perluasan bisnis digitalnya. Strategi ini penting agar VIVA tetap relevan, kompetitif, dan mampu memenuhi kebutuhan pemirsa di tengah dinamika transformasi media yang berkelanjutan.
Komitmen VIVA terhadap dunia digital terlihat dari 70.000 artikel dan video yang telah dihasilkan melalui media digital, dengan porsi terbesar didominasi oleh konten video. Performa digital perseroan menunjukkan trafik dan tingkat keterlibatan (engagement rate) yang cukup kuat, baik dari sisi jumlah pelanggan (subscribers) maupun total tayangan (views).
Saluran tvOne News di YouTube, misalnya, secara konsisten mampu meraih rata-rata 200 juta penonton setiap bulan. Angka ini tidak hanya mencerminkan tingginya tingkat engagement audiens, tetapi juga menjadi modal penting bagi VIVA untuk terus mengembangkan bisnis digital secara lebih agresif di masa mendatang. “Dengan basis audiens yang kuat, VIVA optimistis dapat memperluas monetisasi serta memperkuat kontribusi sektor digital terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan,” jelas manajemen, menggarisbawahi potensi pertumbuhan yang signifikan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.