Shoesmart.co.id JAKARTA. Arus modal asing kembali menunjukkan gairah yang signifikan dengan derasnya aliran dana masuk ke pasar finansial domestik, terutama pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN).
Data terbaru dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan, selama periode transaksi 11–14 Agustus 2025, investor asing mencatatkan total beli neto (net buy) sebesar Rp 15,31 triliun. Dari jumlah impresif tersebut, pasar SBN menjadi primadona dengan porsi aliran dana terbesar, mencapai Rp 7,88 triliun, mengungguli pasar saham dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Mengamati fenomena ini, Ahmad Nasrudin, Fixed Income Analyst PEFINDO, menyoroti bahwa SBN dengan tenor pendek dan menengah kini menjadi buruan utama bagi para investor asing. Kecenderungan minat yang tinggi terhadap tenor-tenor ini, terang Nasrudin, tercermin jelas dari pergerakan yield selama pekan lalu.
Pada Jumat, 15 Agustus 2025, yield SBN tenor 1 tahun tercatat turun 8 basis poin (bps) menjadi 5,503% dibandingkan dengan posisi akhir pekan sebelumnya. Senada, yield SBN tenor 5 tahun juga mengalami penurunan 6 bps menjadi 5,91%. Sementara itu, penurunan yield untuk tenor 10 tahun lebih tipis, yakni 2 bps, berada di level 6,393%. “Pola penurunan yield ini secara gamblang merefleksikan selera investasi yang lebih condong pada SBN tenor pendek dan menengah,” jelas Nasrudin kepada Kontan, Selasa (19/8/2025).
Modal Asing Serbu Pasar SBN, Cermati Sentimen Pendorongnya
Nasrudin menjelaskan, derasnya minat asing pada SBN tenor pendek dan menengah tak lepas dari kondisi SBN tenor panjang yang dinilai sudah relatif mahal. Ini terjadi setelah imbal hasilnya terkoreksi cukup dalam pasca pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI). Untuk kembali menarik minat pada tenor panjang, dibutuhkan katalis tambahan berupa pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
Di sisi lain, SBN tenor menengah menjadi daya tarik kuat karena sebelumnya belum banyak dikoleksi saat suku bunga diturunkan, menjadikan harganya cukup menarik untuk diakumulasi demi potensi capital gain di masa depan. Sedangkan SBN tenor pendek tetap diminati di tengah tingginya ketidakpastian global, mulai dari isu perang dagang, kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS), hingga dinamika geopolitik. “Meskipun ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed semakin menguat, waktu implementasinya masih bergantung pada rilis data inflasi AS ke depan,” terang Nasrudin.
Tren Suku Bunga Turun, Asing Tetap Borong SBN dan Lirik Saham RI
Terlepas dari berbagai sentimen yang ada, prospek pasar SBN hingga akhir tahun dinilai Nasrudin masih sangat solid. Ini didukung oleh ekspektasi berlanjutnya aliran masuk modal asing yang positif ke pasar domestik. Dalam skenario paling optimisnya, Nasrudin memprediksi bahwa yield SBN tenor 10 tahun berpotensi berada di level 6,31% hingga penutup tahun 2025.
Di Tengah Guncangan Global, Kemenkeu Sebut SBN RI Justru Diminati Investor Asing