Shoesmart.co.id , JAKARTA – Gencatan senjata Timur Tengah yang diharapkan membawa stabilitas geopolitik untuk membuat pasar keuangan stabil dan menarik lebih banyak arus masuk, rupanya hanya menjadi faktor sesaat. Aset safe haven seperti emas kembali menarik minat pasar lagi, usai ketegangan global kini datang dari hubungan dagang AS-China.
Gencatan senjata antara Israel-Hamas sempat membuat harga emas dunia melandai di level US$3.944 per troy ounce. Namun dengan adanya ketegangan perang tarif AS-China, harga emas pada perdagangan hari ini dubuka melejit ke US$4.060.
Reza Priyambada, Direktur Reliance Sekuritas Indonesia menilai perjanjian damai Timur Tengah sempat memberikan harapan pasar akan pertumbuhan ekonomi global yang lebih pasti.
“Tentunya adanya kepastian keamanan ini dapat memicu para pelaku pasar dalam melakukan investasi sehingga nilai investasi dapat meningkat dan memberikan nilai tambah,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (13/10/2025).
Menilik pasar saham domestik, sepanjang pekan lalu, 6-10 Oktober 2025 indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 1,72% ke 8.257,85, menjadi level all time high (ATH) penutupan baru.
: IHSG Hari Ini (13/10) Dibuka Lesu, Saham Prajogo dan Perbankan ‘Terbakar’
Selama sepekan, sebesar Rp37,75 triliun aliran modal asing masuk pasar saham. Sementara itu, sebesar Rp34,54 triliun kabur dari BEI. Hasilnya, net buy investor asing pasar saham dalam sepekan mencapai Rp3,21 triliun.
Reza menilai adanya rotasi ke pasar keuagan yang lebih berisiko ini kemungkinan dapat diihat secara jangka pendek, karena kondisi di Timur Tengah yang belum dipastikan apakah perdamaian ini bertahan dalam waktu panjang.
“Ini yang menjadi pertimbangan para pelaku pasar dalam melakukan investasi. Jika mereka melihat sustainability yang ada tidak terjadi, maka investasi pun cenderung akan tersendat dan kembali pelaku pasar akan masuk ke aset-aset safe haven,” ujarnya.
Sementara itu, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT), Hari Rachmansyah mengatakan ketegangan hubungan dagang antara AS-China bisa berdampak pada outflow pasar saham domestik.
Sejalan dengan risiko itu, IPOT memproyeksi IHSG dalam pekan ini kemungkinan akan koreksi di level support 8.150 dan resistance terdekat di 8.272.
“Tekanan diperkirakan muncul di awal pekan seiring kebijakan tarif baru yang diterapkan pemerintahan Trump terhadap China, yang dapat meningkatkan ketegangan perdagangan dan menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan global,” ujar Hari.
Pada saat bersamaan, ketegangan geopolitik antara AS dan China juga berpotensi mendorong kenaikan harga emas sebagai aset lindung nilai.
Kombinasi faktor eksternal ini yang menurut Hari dapat memicu aksi profit taking dan meningkatkan risiko terjadinya arus keluar dana asing (foreign outflow) dari pasar saham domestik dalam jangka pendek.
Adapun pada perdagangan hari ini, Senin (13/10/2025) pukul 09.01 WIB, IHSG sempat dibuka ambrol 0,86% ke level 8.187. Pasar dibuka di zona merah, dengan 428 saham terdaftar dibuka koreksi.
—
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.