Rating Indonesia Tetap BBB+! Reaksi Gubernur BI Mengejutkan

Lembaga Pemeringkat Japan Credit Rating Agency, Ltd. (JCR) pada tanggal 22 September 2025 secara resmi mengukuhkan kembali Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada level BBB+ dengan outlook stabil. Keputusan ini menempatkan Indonesia pada kategori Investment Grade, menegaskan kepercayaan internasional terhadap fundamental ekonomi negara.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam keterangan tertulisnya pada Rabu (24/9/2025), menyatakan bahwa afirmasi rating dan outlook ini adalah cerminan keyakinan kuat dari para pemangku kepentingan global. Keyakinan tersebut didasari oleh ketahanan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia yang tetap terjaga di tengah dinamika dan tantangan ekonomi global. Perry menegaskan komitmen Bank Indonesia untuk terus mempererat sinergi dengan kebijakan stimulus fiskal dan sektor riil Pemerintah. Langkah ini bertujuan ganda: mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sekaligus menjaga stabilitas perekonomian secara keseluruhan.

1. JCR menilai fundamental ekonomi RI solid

JCR sendiri menggarisbawahi kekuatan fundamental ekonomi Indonesia. Penilaian tersebut bertumpu pada beberapa pilar utama: tingginya konsumsi domestik yang menjadi penopang utama, penerapan kebijakan fiskal yang hati-hati, serta rasio utang publik yang terkendali secara efektif, meskipun ada catatan bahwa basis penerimaan negara masih memerlukan perluasan. Lebih lanjut, JCR memuji tingginya cadangan devisa Indonesia yang per akhir Agustus 2025 mencapai 150,7 miliar dolar AS, setara dengan 6,3 bulan impor. Selain itu, tren positif investasi langsung juga dinilai signifikan dalam memperkuat daya tahan ekonomi nasional.

2. Berbagai indikator fundamental ekonomi RI tetap kuat

Kinerja perekonomian Indonesia secara keseluruhan juga mendapatkan apresiasi dari JCR. Laju pertumbuhan ekonomi diproyeksikan tetap kuat di kisaran 5 persen dalam jangka menengah. Meski demikian, ada potensi perlambatan di bawah 5 persen pada tahun 2025, utamanya disebabkan oleh melemahnya permintaan eksternal sebagai dampak penerapan tarif timbal balik oleh Amerika Serikat. Kekuatan ekonomi Indonesia ditopang oleh berbagai faktor, meliputi konsumsi swasta yang solid, belanja pemerintah pasca-pemilu, akselerasi investasi infrastruktur, serta volume ekspor yang terjaga sebelum adanya penerapan tarif. Dari aspek fiskal, kredibilitas kebijakan pemerintah tetap tinggi, terlihat dari defisit fiskal yang berhasil dijaga di kisaran 2,3–2,5 persen dari PDB dan rasio utang pemerintah yang konsisten di bawah 40 persen.

3. Defisit transaksi berjalan diperkirakan meningkat

Meskipun demikian, ada proyeksi bahwa defisit transaksi berjalan Indonesia akan mengalami peningkatan bertahap pada tahun 2025. Hal ini terutama disebabkan oleh berkurangnya permintaan eksternal sebagai imbas dari penerapan tarif resiprokal oleh AS. Namun, JCR menekankan bahwa ketahanan eksternal Indonesia tetap kokoh. Faktor pendukung utamanya adalah tren positif investasi langsung yang terus berlanjut dan tingkat cadangan devisa yang konsisten tinggi, memberikan bantalan penting terhadap gejolak eksternal.

Perlu diingat bahwa keputusan ini merupakan kelanjutan dari afirmasi sebelumnya. JCR juga telah mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB+ dengan outlook stabil, yakni dua tingkat di atas level terendah Investment Grade, pada 25 Maret 2024. Konsistensi penilaian ini semakin memperkuat posisi Indonesia di mata investor global.

Outlook WEF: Pertumbuhan Ekonomi Global Lemah karena Pergeseran Lingkungan Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Purbaya Terapkan Sumitronomics OECD Naikkan Proyeksi Ekonomi RI, Tumbuh 4,9 Persen pada 2025 dan 2026

Ringkasan

Japan Credit Rating Agency, Ltd. (JCR) kembali menegaskan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada level BBB+ dengan outlook stabil, yang menempatkan Indonesia pada kategori Investment Grade. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyambut baik afirmasi ini, yang mencerminkan keyakinan global terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia. JCR menyoroti kekuatan fundamental ekonomi Indonesia, termasuk konsumsi domestik yang tinggi, kebijakan fiskal yang hati-hati, dan cadangan devisa yang besar.

JCR juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap kuat di kisaran 5 persen dalam jangka menengah, meskipun ada potensi perlambatan di tahun 2025 akibat melemahnya permintaan eksternal. Defisit transaksi berjalan diperkirakan meningkat, tetapi ketahanan eksternal Indonesia dinilai tetap kokoh berkat investasi langsung yang berkelanjutan dan cadangan devisa yang tinggi. Konsistensi penilaian JCR ini memperkuat posisi Indonesia di mata investor global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *