
Shoesmart.co.id JAKARTA. Morgan Stanley Capital International (MSCI) tengah aktif mencari masukan dari para pelaku pasar terkait potensi penggunaan Laporan Komposisi Kepemilikan Bulanan (Monthly Holding Composition Report) yang diterbitkan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Inisiatif ini bertujuan untuk memperkaya sumber data dalam menghitung porsi free float untuk saham-saham di pasar modal Indonesia.
Langkah ini diambil mengingat adanya perbedaan signifikan dalam pelaporan kepemilikan saham. Dokumen resmi MSCI mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia umumnya hanya melaporkan pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih dari total saham. Sementara itu, data komprehensif dari KSEI menyediakan informasi kepemilikan di bawah 5% serta klasifikasi pemegang saham yang lebih rinci, sehingga mampu memberikan gambaran kepemilikan yang jauh lebih transparan dan mendalam.
Namun, MSCI juga menegaskan bahwa laporan KSEI tidak dapat digunakan secara independen dalam estimasi free float. Keterbatasan utama terletak pada fakta bahwa data tersebut tidak mengidentifikasi pemegang saham individual dalam setiap kategori. Sebagai contoh, KSEI hanya menampilkan total kepemilikan di bawah kategori ‘Korporasi’ tanpa menyebutkan nama spesifik pemilik saham di dalamnya, yang merupakan aspek krusial dalam perhitungan free float yang akurat.
Rebalancing Indeks MSCI November 2025, Cek Saham yang Diprediksi Masuk & Keluar
Selain mengusulkan Laporan Komposisi Kepemilikan KSEI sebagai referensi tambahan, MSCI juga menawarkan dua metode perhitungan free float untuk saham-saham Indonesia yang akan didasarkan pada nilai yang lebih rendah dari dua pendekatan berikut:
Pendekatan pertama adalah free float yang dihitung menggunakan data kepemilikan yang diungkapkan melalui keterbukaan informasi, laporan reguler, dan siaran pers, selaras dengan metodologi MSCI Free Float Data yang berlaku saat ini.
Pendekatan kedua adalah free float yang diestimasi dari laporan KSEI. Dalam metode ini, seluruh saham script atau tidak tercatat di data KSEI, serta kepemilikan korporasi (baik lokal maupun asing), dan kategori others (lokal dan asing), akan diklasifikasikan sebagai non-free float.
Sebagai alternatif lain, MSCI juga mengusulkan estimasi free float berdasarkan data KSEI dengan definisi non-free float yang sedikit berbeda. Dalam skenario ini, hanya saham script dan kepemilikan ‘korporasi’ (tanpa memasukkan kategori others) yang akan dianggap sebagai non-free float.
Saham BREN dan BRMS Berpeluang Masuk Indeks MSCI, KLBF Terancam Tersingkir
Stockbit Sekuritas dalam laporannya menekankan bahwa wacana ini masih dalam tahap pembahasan dan belum final. Penerapannya sangat bergantung pada masukan serta pertimbangan dari para pelaku pasar yang terlibat.
MSCI membuka periode konsultasi untuk menerima masukan hingga tanggal 31 Desember 2025. Hasil dari konsultasi tersebut dijadwalkan akan diumumkan sebelum 30 Januari 2026. Jika proposal ini pada akhirnya disetujui dan diterapkan, perubahannya akan mulai diimplementasikan pada periode review indeks MSCI bulan Mei 2026.
Ringkasan
MSCI sedang mempertimbangkan penggunaan data dari KSEI untuk meningkatkan akurasi perhitungan free float saham di Indonesia, mengingat perbedaan pelaporan kepemilikan saham yang signifikan. Data KSEI menawarkan informasi kepemilikan yang lebih rinci di bawah 5%, tetapi tidak mengidentifikasi pemegang saham individual dalam setiap kategori, sehingga tidak bisa digunakan secara independen.
MSCI menawarkan dua metode perhitungan free float berdasarkan data KSEI, dengan mempertimbangkan berbagai kategori kepemilikan sebagai non-free float. Wacana ini masih dalam tahap pembahasan, dan keputusan akhir akan bergantung pada masukan pelaku pasar, dengan implementasi potensial dimulai pada Mei 2026 jika disetujui.