
Shoesmart.co.id – JAKARTA. Meskipun menghadapi tantangan kinerja finansial yang signifikan, PT PP Tbk (PTPP) memastikan bahwa proses merger entitas BUMN Karya masih berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Kepastian ini datang di tengah laporan penurunan laba bersih PTPP yang tajam selama sembilan bulan pertama tahun 2025.
Perusahaan konstruksi pelat merah ini mencatat laba bersih yang anjlok drastis, hanya sebesar Rp 5,55 miliar per kuartal III 2025. Angka ini merupakan penurunan fantastis sebesar 97,92% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana laba bersih PTPP mencapai Rp 267,28 miliar. Koreksi mendalam pada laba bersih ini bermula dari penurunan signifikan pendapatan usaha PTPP, yang tercatat Rp 10,73 triliun hingga September 2025, melorot 23,33% dari Rp 14 triliun pada September 2024.
Menanggapi kondisi tersebut, Corporate Secretary PTPP, Joko Raharjo, menjelaskan bahwa capaian pendapatan per kuartal III 2025 baru mencapai 61,81% dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang ditargetkan. “Hal ini disebabkan oleh target pemasaran yang belum tercapai optimal, sehingga penjualan dari proyek-proyek baru belum maksimal. Selain itu, adanya efisiensi pada proyek carryover juga menyebabkan burning tidak sesuai RKAP,” ujarnya kepada Kontan pada Senin (27/10/2025).
Di tengah tekanan penurunan kinerja, Joko Raharjo menegaskan bahwa proses merger PTPP tetap berada di jalur yang benar dan sesuai dengan tahapan yang telah ditetapkan. Saat ini, proses tersebut sedang dalam tahap kajian intensif oleh konsultan yang telah ditunjuk. Berdasarkan catatan KONTAN, PTPP disebut-sebut akan menjadi entitas eksisting pasca-merger dengan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) yang ditargetkan rampung pada tahun 2026.
Joko menambahkan, perseroan terus menanti arahan dan keputusan lebih lanjut dari Danantara terkait proses konsolidasi BUMN Karya ini. PTPP juga aktif berupaya menjaga kesehatan keuangan perusahaan melalui berbagai langkah strategis. Ini termasuk percepatan divestasi anak usaha, pemanfaatan asset recycling, serta penguatan cashflow management dengan fokus pada percepatan pencairan termin proyek-proyek yang sedang berjalan. Langkah-langkah ini diambil untuk menurunkan tingkat leverage perusahaan.
Tak hanya PTPP, kinerja PT Adhi Karya Tbk (ADHI) juga mengalami tekanan serupa sepanjang Januari-September 2025. Laba bersih ADHI anjlok 93,62% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi hanya Rp 4,42 miliar per kuartal III 2025, turun drastis dari Rp 69,32 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan usaha ADHI juga tercatat menurun signifikan sebesar 38,28% YoY menjadi Rp 5,65 triliun di akhir September 2025, dari Rp 9,16 triliun per akhir September 2024.
Meskipun demikian, data dari RTI menunjukkan bahwa harga saham kedua perusahaan BUMN konstruksi ini menunjukkan tren positif sejak awal tahun. Pada penutupan perdagangan hari ini (27/10/2025), saham PTPP mencatat kenaikan 14,88% secara year to date (YTD) ke level Rp 386 per saham. Sementara itu, saham ADHI juga masih menguat 24,53% YTD ke Rp 264 per saham, memberikan sedikit angin segar di tengah tantangan kinerja operasional.
Ringkasan
PT PP Tbk (PTPP) mengalami penurunan laba bersih yang signifikan pada kuartal III 2025, anjlok 97,92% dibandingkan tahun sebelumnya, akibat penurunan pendapatan usaha. Meskipun demikian, proses merger dengan BUMN Karya lain, khususnya PT Adhi Karya Tbk (ADHI), tetap berjalan sesuai rencana dan sedang dalam tahap kajian oleh konsultan. PTPP menargetkan merger ini rampung pada tahun 2026 dan tengah berupaya menjaga kesehatan keuangan melalui berbagai strategi.
Kinerja ADHI juga mengalami penurunan laba bersih sebesar 93,62% pada periode yang sama. Walaupun demikian, saham PTPP dan ADHI menunjukkan tren positif sejak awal tahun. PTPP terus berupaya menjaga kesehatan keuangan perusahaan melalui percepatan divestasi anak usaha, pemanfaatan asset recycling, dan penguatan cashflow management.