Modal Asing Kabur Rp82 Triliun! BI Optimis Tahun Depan Pulih?

Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa Indonesia mengalami net outflow, atau arus modal asing yang keluar lebih besar dibandingkan yang masuk, pada kuartal III 2025. Fenomena ini menjadi sorotan di tengah dinamika ekonomi global yang penuh tantangan.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya, menjelaskan bahwa meskipun terjadi net outflow, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sepanjang tahun ini tetap kokoh dan berdaya tahan. Bahkan, defisit transaksi berjalan diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, didorong oleh kinerja ekspor yang impresif hingga September, terutama ke pasar utama seperti India dan Cina.

Namun, di sisi lalu lintas keuangan, BI mencatat adanya penarikan modal asing yang signifikan. Terhitung sejak September hingga 20 Oktober 2025, total arus keluar modal asing telah mencapai USD 5,26 miliar. Juli menegaskan, “Pada triwulan III, kami perkirakan akan tercatat net outflows, di mana investor asing mencatatkan arus keluar bersih.” Ia menambahkan, kondisi ini dipicu oleh peningkatan ketidakpastian global yang menjadi faktor dominan.

Meskipun demikian, posisi cadangan devisa Indonesia per September 2025 tercatat sebesar USD 148,7 miliar. Angka ini setara dengan 6,2 bulan impor atau 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Juli memastikan bahwa jumlah ini jauh di atas standar internasional minimal 3 bulan impor, sehingga BI menilai posisi cadangan devisa masih sangat aman untuk memenuhi kewajiban jangka pendek ke depan.

Ke depan, BI optimistis bahwa Neraca Pembayaran Indonesia akan tetap solid hingga akhir tahun ini dan bahkan tahun depan. Defisit transaksi berjalan diperkirakan akan tetap terjaga, sementara arus modal asing diharapkan kembali mengalir ke Indonesia seiring dengan prospek ekonomi nasional yang semakin membaik. “Seiring ketidakpastian mereda dan ekonomi membaik, kami harapkan arus masuk modal asing akan kembali ke Indonesia. Seperti disampaikan, outlook tahun 2026 kami perkirakan lebih baik, termasuk dari sisi arus keuangan global,” ujar Juli.

Juli memaparkan, modal asing yang masuk biasanya terbagi menjadi arus modal portofolio, seperti investasi pada saham atau instrumen Surat Berharga Nasional (SBN), serta Penanaman Modal Asing atau Foreign Direct Investment (FDI). Beberapa sektor yang dianggap prospektif dan menarik untuk investasi asing meliputi hilirisasi, manufaktur, dan energi terbarukan. Namun, potensi ini memerlukan dukungan kebijakan pemerintah dalam memperbaiki iklim investasi, mempercepat perizinan, dan memanfaatkan besarnya potensi pasar domestik.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, sebelumnya juga menjelaskan bahwa kinerja transaksi modal dan finansial diperkirakan defisit pada kuartal III akibat net outflows investasi portofolio. Hal ini terjadi di tengah tingginya ketidakpastian global dan pembayaran utang luar negeri, meski penanaman modal langsung tetap positif. “Sejak September 2025 hingga 20 Oktober 2025, investasi portofolio tercatat net outflows sebesar 5,26 miliar dolar AS yang mengharuskan Bank Indonesia untuk melakukan intervensi dalam rangka stabilisasi nilai tukar Rupiah,” ungkapnya.

Kendati demikian, Perry menyebutkan bahwa transaksi berjalan pada kuartal III 2025 diprakirakan mencatat surplus, ditopang oleh berlanjutnya surplus neraca perdagangan pada September 2025. Ini didukung oleh peningkatan ekspor nonmigas di tengah perlambatan ekonomi global, sejalan dengan antisipasi eksportir terhadap tarif resiprokal AS, termasuk ekspor komoditas minyak kelapa sawit (CPO) dan besi baja ke India dan Tiongkok. Perry berharap surplus neraca perdagangan dan arus masuk penanaman modal asing akan terus berlanjut, sehingga defisit transaksi berjalan keseluruhan tahun 2025 dapat lebih rendah dari proyeksi awal, serta NPI tahun 2026 akan tetap baik didukung defisit transaksi berjalan yang sehat dan peningkatan aliran modal seiring prospek ekonomi Indonesia yang terjaga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *