Kepastian Investasi Danantara Genjot Likuiditas Saham di BEI

Shoesmart.co.id , JAKARTA — Danantara Indonesia dipastikan memperluas portofolio investasi ke sektor pasar modal. Langkah ini disebut menjadi bagian dalam mendorong peningkatan likuiditas saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Chief Executive Officer (CEO) Danantara Indonesia Rosan Roeslani mengatakan lembaga yang dipimpinnya memiliki fleksibilitas dalam menempatkan investasi di berbagai kelas aset, baik di perusahaan publik maupun swasta selama memenuhi kriteria.

“Kami benar-benar bisa investasi di semua kelas aset, baik perusahaan private maupun public, selama memenuhi kriteria yang ada di dalam kami,” pungkas Rosan saat ditemui usai acara Investor Daily Summit di Jakarta, Rabu (8/10/2025). 

Menurutnya, keputusan investasi Danantara akan mempertimbangkan berbagai aspek, mulai dari potensi imbal hasil hingga kontribusi terhadap perekonomian nasional. 

“Baik itu dari segi return, mendorong ekspor, maupun dampak positif ke industri lainnya. Jadi, selama kriterianya terpenuhi, kami terbuka untuk berinvestasi,” ucapnya.

Danantara Indonesia, melalui holding investasi PT Danantara Investment Management (Persero), berencana menggelontorkan investasi senilai US$10 miliar atau setara dengan Rp165,83 triliun dalam tiga bulan pertama operasionalnya mulai Oktober 2025.

: Danantara Suntik Garuda (GIAA) Lewat Private Placement, Porsi Saham CT Susut

Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, Pandu Sjahrir, menyampaikan bahwa dari total dana tersebut, sekitar 80% akan difokuskan untuk proyek strategis dalam negeri. Adapun sebesar 20% dialokasikan untuk investasi ke luar negeri. 

“Bulan ini adalah pertama kalinya kami menyalurkan modal. Dalam tiga bulan pertama saja, kami sudah harus menginvestasikan hampir US$10 miliar,” ujar Pandu. 

Proyek awal yang akan dijalankan Danantara Investment Management (DIM), antara lain pembangunan desa haji di Arab Saudi, proyek energi hulu bersama, serta proyek waste to energy. Beberapa proyek ini diperkirakan mulai beroperasi pada akhir 2025.  

Untuk proyek waste to energy atau Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL), Danantara diperkirakan membutuhkan dana sekitar Rp66 triliun hingga Rp99 triliun guna membangun proyek di 33 kabupaten/kota di Indonesia.

Estimasi itu berasal dari kebutuhan investasi untuk satu titik PSEL berkapasitas 1.000 ton per hari beserta infrastruktur pendukungnya di kisaran Rp2 triliun hingga Rp3 triliun. 

Selain mendanai proyek sektor riil, Danantara juga berencana meningkatkan likuiditas pasar saham Indonesia yang saat ini memiliki rerata nilai perdagangan harian di kisaran US$1 miliar, tertinggal dari India yang mencapai US$10 miliar hingga US$11 miliar.

“Kami membutuhkan pasar modal yang kuat agar private market bisa masuk, karena pasar saham merupakan sarana untuk mengalirkan kembali modal tersebut,” ucapnya.

Berdasarkan estimasi Bisnis, jika 5%–10% dari total dana investasi dialokasikan untuk memperkuat pasar saham, maka nilainya bisa mencapai Rp8,3 triliun–Rp16,6 triliun. 

Hal itu pun menegaskan kembali pernyataan Pandu Sjahrir pada April 2025 yang menyebut Danantara siap menjadi liquidity provider pasar saham Indonesia.

Dampak Investasi Danantara

Toto Pranoto, Associate Director BUMN Research Group FEB UI, mengatakan bahwa investasi di sektor riil yang dibidik Danantara dinilai mampu membuka lapangan kerja baru sekaligus menciptakan efek berganda terhadap aktivitas ekonomi nasional. 

Namun, pelaksanaan strategi bisnis tersebut harus dibarengi dengan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG). 

“Poin pentingnya semua rencana bisnis ini dilakukan dengan persiapan matang dan menerapkan GCG optimal. Hindari potensi ‘kebocoran’ GCG yang bisa menimbulkan ketidakpercayaan dari publik,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (6/10/2025).

Menurutnya, apabila Danantara mampu mengusulkan proyek-proyek investasi baru yang tidak hanya pada modal tetapi juga padat karya, penanaman modal itu diperkirakan memberi dampak semakin besar terhadap perekonomian nasional.

Sementara terkait pasar saham, Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menilai kehadiran Danantara sebagai penyedia likuiditas atau liquidity provider institusional dapat membantu menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar, khususnya pada saham-saham unggulan yang pergerakannya saat ini relatif stagnan.

“Hal ini akan membuat spread harga lebih sempit, mengurangi volatilitas, dan menciptakan pasar yang lebih efisien sehingga memberi kenyamanan lebih besar bagi investor,” ucap Ekky kepada Bisnis

Menurutnya, langkah tersebut akan memberikan dampak positif terhadap persepsi dan sentimen pelaku pasar. Masuknya Danantara ke pasar saham secara aktif juga dinilai menjadi jangkar kepercayaan bagi investor, baik ritel maupun institusi. 

: Rencana Dony Oskaria setelah Dilantik jadi Kepala BP BUMN Sekaligus COO Danantara

Di samping itu, inisiatif Danantara menjadi liquidity provider dapat memperdalam pasar modal dan menjadi katalis untuk menarik arus modal asing dalam jangka menengah. 

“Secara keseluruhan, langkah ini positif bagi pendalaman pasar modal Indonesia dan bisa menjadi katalis penting untuk menarik capital inflow dalam jangka menengah, terutama di tengah kondisi makro dan fiskal yang sedang dalam transisi,” tuturnya.

Dihubungi terpisah, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga berpandangan serupa. Dia menilai langkah Danantara diyakini menjadi katalis positif bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam jangka menengah.

Menurut Nafan, fokus Danantara untuk menyalurkan investasi besar ke proyek-proyek strategis nasional berpotensi menciptakan efek berantai terhadap pasar modal. Selain menjadi sumber dana jangka panjang bagi perekonomian, langkah itu turut membuka ruang bagi penguatan kinerja emiten pelat merah untuk jangka panjang.

Secara sentimen, saham BUMN juga berpotensi semakin likuid karena Danantara dapat menjadi penyedia likuiditas melalui Anggota Bursa (AB) yang berstatus pelat merah.

“Dengan demikian, saham-saham emiten BUMN berpotensi menjadi semakin likuid ke depannya. Tentunya, hal ini juga bisa meningkatkan minat investor, baik ritel maupun institusi untuk berinvestasi di pasar saham Indonesia,” pungkasnya. 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *