
Shoesmart.co.id , JAKARTA — Dana asing bernilai jumbo membanjiri pasar saham Indonesia selama Oktober 2025 yang menunjukkan kepercayaan investor global terhadap prospek ekonomi Tanah Air.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing mencatatkan beli bersih atau net buy di pasar saham senilai Rp12,8 triliun pada Oktober 2025. Aksi beli bersih ini menjadi arus masuk bulanan tertinggi selama lebih dari setahun.
Sementara itu, kemarin Senin (3/11/2025), investor asing melanjutkan aksi net buy senilai Rp1,03 triliun. Sejak awal tahun, nilai jual bersih atau net sell asing di lantai bursa semakin menyusut menjadi Rp40,75 triliun.
Tareck Horchani, Kepala Divisi Broker Utama Maybank Securities, menjelaskan investor asing kembali ke pasar negara berkembang (emerging markets) secara selektif. Indonesia menjadi salah satu tujuan pilihan dengan pertimbangan Produk Domestik Bruto (PDB) akan tumbuh stabil seiring dengan upaya pemerintah menopang konsumsi.
“[Investor asing] berfokus pada saham-saham likuid dengan katalis struktural,” kata Horchani, dikutip Bloomberg, Selasa (4/11/2025).
: IHSG Dibuka Menguat ke 8.280, Saham TLKM, BREN, hingga TPIA Kompak Hijau
Arus dana ke pasar negara berkembang tercatat sudah lebih dari US$50 miliar sepanjang tahun ini seiring meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga di AS. Momentum itu membuka peluang bagi pemerintah di negara berkembang untuk melakukan pra-pendanaan anggaran dan menekan biaya pembiayaan.
David Kurniawan, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), menilai IHSG pun berpotensi bergerak positif moderat hingga akhir 2025 ditopang oleh arus masuk selektif dari investor asing yang mulai mencari valuasi murah di emerging markets.
“Hal ini dipengaruhi stabilitas makro domestik, inflasi rendah, surplus neraca dagang, dan potensi penurunan suku bunga global. Namun, volatilitas tetap mungkin muncul akibat penyesuaian komposisi indeks MSCI dan rotasi sektor menjelang akhir tahun,” ujar David kepada Bisnis.
David memperkirakan saham-saham blue chips masih berpotensi jadi penggerak utama IHSG. Rebalancing indeks seperti LQ45 dan IDX30 akan mendorong aktivitas beli dari reksa dana indeks dan investor institusi, dan akan menciptakan momentum teknikal jangka pendek.
Selain itu, valuasi big caps seperti perbankan dan konsumer defensif saat ini dinilai berada di bawah rata-rata historis, sehingga memberi ruang upside jika sentimen global membaik dan arus dana investor asing berbalik arah.
Dari sisi negatifnya, David menilai potensi tekanan dari kebijakan penyesuaian free float MSCI tetap bisa memicu aksi jual jangka pendek. Namun di sisi lain, diversifikasi bisnis emiten-emiten di sektor keuangan, energi, dan properti dapat menjadi penopang fundamental jika kebijakan fiskal baru dan stimulus pemerintah terealisasi pada 2026.
Bank Central Asia Tbk. – TradingView
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.