Shoesmart.co.id JAKARTA. Harga emas dunia berhasil menembus rekor tertinggi baru, melonjak di atas US$3.900 per ounce pada Senin (6/10). Kenaikan signifikan ini dipicu oleh tingginya permintaan terhadap aset aman (safe haven) di tengah meningkatnya kekhawatiran pasar akan perpanjangan penutupan sebagian pemerintahan Amerika Serikat (government shutdown).
Seperti diulas oleh tradingeconomics, penutupan pemerintahan AS ini diperpanjang setelah Senat AS pada Jumat lalu gagal mencapai kesepakatan terkait rencana pendanaan pemerintah federal. Imbasnya, sejumlah data ekonomi krusial, termasuk laporan non-farm payrolls untuk September, terpaksa ditunda dan belum dapat dirilis.
Ketiadaan data ekonomi terbaru memaksa investor untuk mencari indikator alternatif yang justru mengindikasikan pelemahan pada pasar tenaga kerja AS. Situasi ini semakin memperkuat ekspektasi akan adanya pemangkasan suku bunga acuan dalam waktu dekat oleh Federal Reserve.
Saat ini, pasar secara luas memperkirakan peluang 95% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Oktober, serta peluang 84% untuk pemangkasan serupa pada bulan Desember. Angka ini mencerminkan keyakinan kuat pasar terhadap arah kebijakan moneter yang akan diambil.
Terdorong Permintaan Safe Haven, Harga Emas Tembus Rekor US$ 3.900
Para pelaku pasar saat ini memfokuskan perhatian pada pernyataan pejabat Federal Reserve yang dijadwalkan sepanjang pekan ini, guna mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter AS di masa mendatang.
Sejak awal tahun, harga emas global telah mengalami lonjakan impresif, hampir mencapai 50%. Reli ini didukung oleh berbagai faktor, antara lain meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global, ekspektasi penurunan suku bunga lanjutan, masifnya pembelian emas oleh bank sentral dunia, serta aliran dana masuk yang stabil ke produk Exchange Traded Fund (ETF) berbasis emas.
Saham Emiten Tambang Emas Domestik Menguat di Tengah Reli Harga Emas
Dampak dari kenaikan harga emas dunia yang signifikan turut memberikan sentimen positif yang kuat terhadap saham-saham emiten pertambangan emas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hingga penutupan perdagangan pada Senin (6/10) pukul 16.00 WIB, beberapa saham emiten pertambangan emas menunjukkan performa positif. Saham MDKA, BRMS, PSAB, dan ARCI tercatat menguat (menghijau), sementara ANTM dan UNTR justru melemah, dan AMMN bergerak stagnan.
Kenaikan Tertinggi pada ARCI
Saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) menjadi bintang utama hari ini, memimpin sebagai top gainer dengan lonjakan 13,90%. Harga saham ARCI berhasil mencapai level Rp1.065 per saham, dibandingkan dengan harga penutupan pada hari sebelumnya.
Di sisi lain, kenaikan terendah terjadi pada saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang hanya naik tipis 0,47%, mencapai Rp2.130 per saham. Saham MDKA sempat menyentuh level tertinggi Rp2.200 pada sesi perdagangan, sebelum akhirnya sedikit melemah menjelang penutupan pasar.
Harga Emas Makin Menggila, Analis Ingatkan Risiko Koreksi Besar di Depan Mata
Selain ARCI, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) juga turut menguat sebesar 3,16% ke posisi Rp980 per saham. Sementara itu, saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) bahkan mencatat kenaikan yang lebih signifikan, yakni 9,01%, mencapai Rp605 per saham. Pergerakan positif ini secara jelas merefleksikan sentimen optimis yang melanda sektor logam mulia.
Namun, tidak semua emiten bergerak searah. Saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) terkoreksi 0,31% menjadi Rp3.190, meskipun sempat menyentuh level tertinggi Rp3.300 pada sesi perdagangan. Senada, saham PT United Tractors Tbk (UNTR) juga mengalami koreksi 0,38% ke Rp26.400, kendati sempat naik ke Rp26.525 per saham pada sesi pertama. Sementara itu, saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menunjukkan stabilitas, bergerak stagnan di Rp6.925 per saham, setelah sebelumnya sempat mencapai level tertinggi intraday Rp7.050.
Ringkasan
Harga emas dunia mencetak rekor baru, melampaui US$3.900 per ounce karena permintaan aset aman yang tinggi akibat kekhawatiran penutupan pemerintahan AS. Investor mencari indikator alternatif yang menunjukkan pelemahan pasar tenaga kerja AS, memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve. Pasar memperkirakan peluang besar penurunan suku bunga pada Oktober dan Desember.
Kenaikan harga emas global telah mencapai hampir 50% sejak awal tahun, didorong oleh ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, ekspektasi penurunan suku bunga, pembelian emas oleh bank sentral, dan aliran dana ke ETF emas. Saham emiten pertambangan emas di BEI menunjukkan performa beragam; ARCI, BRMS, dan PSAB menguat, sementara ANTM dan UNTR melemah.