Shoesmart.co.id, JAKARTA — Pasar modal Indonesia kembali disorot dengan gejolak signifikan yang ditunjukkan oleh deretan saham pendatang baru. Sejak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2025, emiten-emiten seperti PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU) dan PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) telah mencatatkan lonjakan harga yang fantastis, bahkan salah satu saham IPO berhasil terbang hingga 1.555%.
Data dari BEI menunjukkan performa memukau dari saham RATU yang telah melesat 543,48% sejak resmi tercatat di Bursa pada Januari 2025. Perdagangan hari ini, Selasa (12/8/2025), menutup harga saham RATU di level Rp7.400, menandakan apresiasi yang luar biasa dalam kurun waktu singkat.
Tak hanya RATU, harga saham PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK) juga menunjukkan kenaikan yang solid. Sejak melantai di Bursa pada Januari 2025, CBDK telah naik 46,55%, dan ditutup di level Rp5.950 per lembar pada perdagangan hari ini.
: BEI: 2 Perusahaan Siap IPO Mercusuar Ikuti Jejak RATU, CDIA Cs
Gelombang kenaikan juga melanda saham-saham yang baru saja melantai di Bursa pada Juli 2025. Salah satunya adalah CDIA yang menggeliat kuat, melesat 715,79% sejak IPO dan kini berada di level Rp1.550 per lembar.
Emiten lain yang baru IPO pada Juli 2025 turut mencuri perhatian. Saham PT Pancaran Samudera Transport Tbk. (PSAT) naik 72,22% ke level Rp1.550 per lembar, PT Merry Riana Edukasi Tbk (MERI) melonjak 120,31% ke level Rp282 per lembar, dan PT Trimitra Trans Persada Tbk. (BLOG) menguat 104% mencapai Rp510 per lembar.
: Pengaruh Chandra Daya (CDIA) di Pasar Modal, Emiten Baru Membuntuti DCII dan DSSA
Puncak dari euforia saham pendatang baru ini dicatatkan oleh PT Indokripto Koin Semesta Tbk. (COIN). Emiten ini telah melejit hingga 1.555% sejak melantai di Bursa bulan lalu, menutup perdagangan hari ini di level Rp1.655 per lembar, menjadikannya salah satu fenomena paling mencolok.
: Keluar Papan Pemantauan Khusus, Saham CDIA Tancap Gas
Menanggapi tren ini, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo, menjelaskan bahwa lonjakan harga saham emiten pendatang baru utamanya didorong oleh gambaran prospek saham yang menjanjikan. “Ke depannya RATU, CBDK, hingga CDIA secara prospek masih bisa positif pada kinerja jangka panjangnya,” ujarnya kepada Bisnis pada Selasa (12/8/2025).
Meskipun demikian, Azis mengingatkan investor untuk tetap waspada terhadap saham-saham pendatang baru setelah penawaran saham perdana ke publik (IPO). Ia mengamati bahwa saham-saham IPO dengan kapitalisasi pasar kecil cenderung hanya mengalami kenaikan signifikan pada pekan pertama listing, setelah itu pergerakannya cenderung menurun dan sepi.
Kendati ada potensi fluktuasi, daya tarik investor terhadap saham-saham pendatang baru dinilai masih cukup tinggi ke depan, terutama pada IPO yang berkaitan dengan konglomerat besar. Hal ini menunjukkan kepercayaan pasar yang tetap terjaga pada sektor-sektor tertentu.
Senada, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menyatakan bahwa harga saham emiten pendatang baru seperti RATU, CDIA, hingga COIN telah diapresiasi dengan sangat baik oleh pasar. Namun, ia menekankan pentingnya kehati-hatian. “Yang menjadi concern adalah ketika euforia IPO tidak bisa berlangsung selamanya. Ada saat harga itu overvalued. Kemudian, terjadi aksi profit taking dan depresiasi harga,” jelas Nafan, menyarankan agar investor ke depan harus lebih jeli melihat prospek fundamental.
Tren IPO 2025
Sejauh ini, Tren IPO di tahun 2025 menunjukkan aktivitas yang dinamis. Berdasarkan data BEI, hingga 8 Agustus 2025, telah tercatat 22 perusahaan yang berhasil mencatatkan saham di Bursa, dengan total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp10,39 triliun.
BEI juga melaporkan bahwa sisa tahun ini masih akan diramaikan dengan sejumlah perusahaan yang siap melantai di Bursa. Tercatat, ada tujuh perusahaan yang saat ini masuk ke dalam pipeline IPO BEI, menunggu giliran untuk penawaran umum perdana.
Dari tujuh perusahaan dalam pipeline IPO tersebut, tiga di antaranya berasal dari kategori berskala besar, yang memiliki aset di atas Rp250 miliar. Sementara itu, empat perusahaan lainnya tergolong berskala menengah, dengan aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar.
Secara lebih rinci, komposisi sektor dari perusahaan-perusahaan dalam pipeline IPO tersebut mencakup dua perusahaan dari sektor basic materials, dua dari sektor industrials, satu dari sektor financials, satu dari sektor technology, serta satu perusahaan lainnya dari sektor transportasi dan logistik.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menambahkan bahwa dari sejumlah perusahaan yang masuk ke dalam pipeline IPO, terdapat dua perusahaan yang berkategori mercusuar atau lighthouse. Kategori perusahaan lighthouse ini merujuk pada entitas dengan nilai kapitalisasi pasar di atas Rp3 triliun dan memiliki free float minimal 15%.
Hingga saat ini, BEI mencatat bahwa pada tahun 2025 baru empat perusahaan lighthouse yang telah berhasil melantai di Bursa. Keempat perusahaan IPO lighthouse tersebut adalah RATU, CBDK, PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk. (YUPI), dan CDIA. “Akan ada dua lagi perusahaan masuk kategori lighthouse [IPO],” ungkap Iman dalam konferensi pers HUT ke-48 Pasar Modal Indonesia pada Senin (11/8/2025).
Iman lebih lanjut menjelaskan bahwa BEI saat ini fokus untuk mendorong kualitas IPO pada tahun ini, alih-alih hanya berorientasi pada kuantitas perusahaan yang IPO. Oleh karena itu, BEI berupaya mendorong lebih banyak perusahaan lighthouse untuk melantai di Bursa tahun ini, guna meningkatkan kualitas dan kedalaman pasar modal.
Dari perspektif eksternal, EY Indonesia Financial Accounting Advisory Services Leader, Joe Lai, menilai bahwa pasar IPO pada sisa tahun 2025 menawarkan peluang unik bagi perusahaan-perusahaan yang siap menghadapi kondisi saat ini dengan pandangan strategis ke masa depan.
“Kami mengantisipasi bahwa investor dan calon kandidat IPO akan terus mengambil pendekatan yang lebih hati-hati karena adanya ketidakpastian kapan volatilitas saat ini akan mereda,” katanya dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu. Menurutnya, kehati-hatian tersebut tidak seharusnya dilihat sebagai penghalang, melainkan justru sebagai peluang dalam pendekatan IPO yang lebih terencana dan matang.
Ringkasan
Pasar modal Indonesia di tahun 2025 diwarnai lonjakan harga saham IPO seperti RATU, CDIA, dan COIN, dengan COIN mencatat kenaikan tertinggi hingga 1.555%. Kenaikan ini didorong oleh prospek saham yang menjanjikan, meskipun analis mengingatkan investor untuk waspada terhadap potensi fluktuasi dan profit taking setelah euforia IPO mereda. Investor disarankan untuk lebih jeli melihat prospek fundamental perusahaan.
Hingga Agustus 2025, sudah ada 22 perusahaan IPO dengan total dana Rp10,39 triliun, dan tujuh perusahaan lainnya dalam pipeline, termasuk dua kategori “lighthouse” dengan kapitalisasi pasar di atas Rp3 triliun. BEI fokus mendorong kualitas IPO, terutama perusahaan lighthouse, untuk meningkatkan kualitas dan kedalaman pasar modal, meski tetap menekankan kehati-hatian mengingat potensi volatilitas.