Saham Bank Lesu? Ini Rekomendasi Analis, Jangan Sampai Ketinggalan!

JAKARTA – Pergerakan saham bank berkapitalisasi besar, atau yang sering disebut big banks, menunjukkan dinamika yang beragam pada penutupan perdagangan Jumat (17/10/2025). Di tengah kecenderungan lesu yang melanda sebagian besar saham perbankan papan atas, satu nama justru berhasil tampil perkasa.

Dari pantauan kinerja, tiga saham perbankan pelat merah tercatat kompak melemah, melanjutkan tren koreksi. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mengalami penurunan paling signifikan, sementara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatat koreksi yang paling landai di antara ketiganya. Kontras dengan bank-bank pelat merah, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) justru menunjukkan penguatan yang solid.

Pada akhir sesi perdagangan, saham BBNI ditutup pada level Rp 3.800 per saham, terkoreksi 1,30% dari penutupan sehari sebelumnya. Meskipun sempat dibuka menguat di harga Rp 3.870, tekanan jual berhasil menyeretnya turun. Dalam rentang sepekan, kinerja saham BBNI tercatat anjlok lebih dalam, yakni 4,28%.

Senada dengan BBNI, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga menutup perdagangan di zona merah, berada pada harga Rp 4.050 per saham, turun 0,98% dari penutupan Kamis (16/10). Meskipun sempat mencapai titik tertinggi di Rp 4.110, volume jual menjelang penutupan berhasil menekan harganya. Secara kumulatif selama sepekan, BMRI turut susut 4,71%.

Situasi serupa turut membayangi saham BBRI yang ditutup melemah 0,85% menjadi Rp 3.500 per saham. Penurunan ini semakin memperpanjang koreksi mingguan BBRI yang mencapai 6,17%, menjadi koreksi terdalam di antara big banks pelat merah.

Berbeda arah, saham BBCA justru berhasil mencatat penguatan yang signifikan, ditutup pada level Rp 7.500 per saham, melonjak 2,74% dari penutupan sebelumnya. Sepanjang hari, BBCA sempat menyentuh puncak di Rp 7.525 sebelum akhirnya sedikit melandai. Kinerja positif ini turut mengangkat performa mingguan BBCA yang tumbuh 1,35%, menjadikannya satu-satunya saham bank besar yang menguat dalam sepekan terakhir.

 

Intip Rekomendasi Saham BCA Jelang Laporan Kinerja Kuartal III-2025

 

  BBCA Chart by TradingView

 

Menyikapi fluktuasi ini, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama, berpendapat bahwa pergerakan saham perbankan secara umum masih bertahan pada level yang serupa dengan potensi penguatan yang terbatas. Ia menggarisbawahi bahwa pada perdagangan Jumat (17/10), hanya saham BBCA yang mampu unjuk gigi, sementara saham bank besar lainnya cenderung bergerak stagnan. Menurut Nafan, fokus utama pelaku pasar saat ini tertuju pada hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), mengingat potensi kebijakan pelonggaran moneter yang terbuka lebar.

Nafan menjelaskan bahwa Bank Indonesia sebelumnya telah mengambil langkah proaktif dengan menurunkan suku bunga acuan guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Ia memproyeksikan, jika BI kembali mengadopsi kebijakan serupa pada RDG mendatang, hal ini akan menjadi katalis positif yang mampu mendorong penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), khususnya ditopang oleh saham-saham big caps di sektor perbankan. “Tujuan inti dari pelonggaran moneter adalah untuk menggenjot likuiditas di pasar. Terlebih, dengan selisih yang masih cukup lebar antara BI Rate dan tingkat inflasi, ruang bagi BI untuk kembali memangkas suku bunga acuan masih sangat terbuka,” papar Nafan.

Laju Penurunan Saham Big Banks Tertahan Aksi Akumulasi BPJS Ketenagakerjaaan

Lebih lanjut, Nafan juga menyoroti bahwa dinamika global turut menjadi faktor penentu arah kebijakan BI. Meskipun Amerika Serikat sempat dilanda ancaman government shutdown dan ketegangan dagang dengan Tiongkok masih membayangi, The Fed dikabarkan mulai mengakhiri siklus pengetatan moneternya. “Langkah pelonggaran moneter yang diambil oleh The Fed tentunya akan menjadi pertimbangan penting bagi BI. Apabila The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga, ini akan memperluas ruang gerak bagi Bank Indonesia untuk melakukan penurunan suku bunga acuan,” tambah Nafan.

Dari perspektif sektoral, Indeks Keuangan (IDX Financials) saat ini memang masih berada di ‘zona tertinggal’ atau lagging zone. Kendati demikian, Nafan optimistis bahwa sektor ini menyimpan potensi perbaikan yang signifikan, terutama dengan adanya dorongan dari pelonggaran kebijakan moneter dan peningkatan likuiditas di pasar. “Jika BI benar-benar melanjutkan kebijakan pelonggaran suku bunga, hal ini akan menjadi katalis positif yang kuat bagi saham-saham perbankan. IDX Financials yang sebelumnya tertinggal, bisa melesat dan memasuki fase perbaikan, atau improving zone,” pungkas Nafan.

Manajemen Bank Nagari Tegaskan Belum Berencana IPO hingga 2027

Sebagai penutup, Nafan Aji Gusta Utama merekomendasikan strategi “accumulative buy” untuk sejumlah saham perbankan besar. Target harga yang ia tetapkan adalah sebagai berikut: BBNI di Rp 4.470 per saham, BMRI di Rp 4.530 per saham, BBCA di Rp 8.100 per saham, BBRI di Rp 4.030 per saham, serta BNGA di Rp 1.740 per saham.

Ringkasan

Pada penutupan perdagangan Jumat (17/10/2025), pergerakan saham-saham bank besar menunjukkan hasil beragam. Saham BBNI, BMRI, dan BBRI mengalami penurunan, sementara saham BBCA justru mencatatkan penguatan. Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama, menilai bahwa fokus pasar tertuju pada hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) dan potensi pelonggaran moneter.

Nafan merekomendasikan strategi “accumulative buy” untuk saham-saham perbankan besar seperti BBNI, BMRI, BBCA, BBRI, dan BNGA, dengan target harga masing-masing Rp 4.470, Rp 4.530, Rp 8.100, Rp 4.030, dan Rp 1.740. Ia optimistis bahwa sektor keuangan memiliki potensi perbaikan signifikan jika BI melanjutkan kebijakan pelonggaran suku bunga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *