Rupiah Loyo! The Fed Terpecah, Sinyal Suku Bunga Bikin Pusing?

JAKARTA — Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sebuah dinamika yang menurut para analis terutama dipengaruhi oleh perbedaan pandangan di internal Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Ibrahim Assuabi, seorang analis mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, menyoroti perpecahan opini mengenai kecepatan pemangkasan suku bunga sebagai pemicu utama fluktuasi ini.

Ibrahim menjelaskan bahwa beberapa pembuat kebijakan di The Fed masih sangat mewaspadai potensi inflasi, sementara pihak lain mulai melihat adanya perlambatan momentum di pasar tenaga kerja. Perbedaan pandangan yang mencolok ini, ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta pada Selasa (4/11/2025), secara signifikan memperkuat keraguan pasar tentang kapan The Fed akan benar-benar memulai pemotongan suku bunga. Kondisi ini diproyeksikan akan terus menjaga kekuatan dolar AS di kancah global.

Ketidakpastian ini semakin diperparah oleh pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell, pekan lalu. Powell mengisyaratkan bahwa bank sentral belum sepenuhnya berkomitmen pada langkah-langkah pelonggaran moneter lebih lanjut, bahkan menyebutkan bahwa kemungkinan pemangkasan suku bunga pada Desember 2025 belum menjadi keputusan pasti. Sejak pernyataan tersebut, pelaku pasar telah menurunkan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga. Selain itu, pandangan yang beragam dari beberapa pejabat The Fed lainnya juga turut menambah kabut ketidakpastian mengenai arah kebijakan ekonomi AS.

Tidak hanya itu, situasi politik di dalam negeri AS juga turut menyumbang ketidakstabilan. Penutupan Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang masih berlangsung dan kini memasuki hari ke-33 tanpa tanda-tanda perbaikan, berpotensi melampaui rekor sebelumnya selama 35 hari jika kebuntuan ini terus berlanjut. Kondisi ini secara tidak langsung menambah tekanan pada sentimen pasar global, termasuk terhadap pergerakan nilai tukar rupiah.

Sebagai dampak dari berbagai tekanan tersebut, pada penutupan perdagangan Selasa sore, nilai tukar rupiah tercatat melemah 32 poin atau 0,19 persen, mencapai posisi Rp16.708 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp16.676 per dolar AS. Senada dengan itu, Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan pelemahan ke level Rp16.724 per dolar AS, dari posisi sebelumnya Rp16.664 per dolar AS.

Ringkasan

Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS, dipengaruhi oleh perbedaan pandangan di internal The Fed mengenai waktu pemangkasan suku bunga. Analis menyoroti bahwa ketidakpastian ini diperkuat oleh pernyataan Jerome Powell yang belum memberikan komitmen pasti terkait pelonggaran moneter, serta pandangan beragam dari pejabat The Fed lainnya.

Selain itu, situasi politik di AS, termasuk penutupan pemerintah yang berkepanjangan, juga berkontribusi pada ketidakstabilan. Akibat tekanan ini, rupiah melemah menjadi Rp16.708 per dolar AS, dan Kurs JISDOR BI juga menunjukkan pelemahan ke level Rp16.724 per dolar AS.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *