JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) baru-baru ini telah merampungkan proses rebalancing atau penyesuaian komposisi pada indeks-indeks utamanya, meliputi LQ45, IDX30, dan IDX80. Langkah strategis ini diharapkan dapat menjadi katalis positif, membuka kembali keran aliran dana investasi dari investor asing ke saham-saham bluechip pilihan di pasar modal Indonesia.
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menjelaskan bahwa rotasi saham pada sejumlah emiten utama ini merupakan hasil dari evaluasi periodik indeks. Evaluasi ini krusial untuk menjaga kualitas, representasi, serta likuiditas pasar yang dinamis. “Oleh karena itu, meskipun banyak terjadi perubahan pada periode rebalancing kali ini, prospek indeks-indeks utama seperti LQ45, IDX30, dan IDX80 tetap cukup solid dalam beberapa bulan ke depan,” ujar Ekky pada Selasa (28/10/2025).
Lebih lanjut, Ekky memaparkan bahwa untuk indeks LQ45, dorongan positif utama diperkirakan akan datang dari faktor domestik. Sejumlah aksi korporasi besar yang dilakukan emiten big caps, kebijakan stimulus pemerintah, suntikan likuiditas, serta ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia pada semester II/2025, secara kolektif berpotensi memperkuat selera risiko investor di pasar ekuitas. Selain itu, meredanya ketegangan geopolitik global dan valuasi saham unggulan yang kini relatif lebih murah semakin membuka peluang lebar bagi masuknya kembali modal asing ke pasar domestik.
“Tanpa masuknya saham-saham baru pun, saham-saham bluechip saat ini mulai ada inflow,” tambah Ekky, menegaskan bahwa daya tarik investasi pada saham-saham unggulan sudah mulai terasa bahkan sebelum penyesuaian indeks berlaku. Ini menandakan sentimen positif yang mulai tumbuh di kalangan investor.
Ekky juga menjelaskan bahwa keluarnya sejumlah saham dari indeks tidak serta merta mengindikasikan prospek emiten tersebut menurun. Dalam banyak kasus, rotasi ini lebih disebabkan oleh faktor teknis seperti penurunan likuiditas, volatilitas harga, atau bobot yang menurun sementara, bukan karena adanya pelemahan fundamental secara struktural. Transisi ini adalah bagian alami dari mekanisme pasar untuk menjaga indeks tetap relevan dan representatif.
Fenomena ini terutama berlaku untuk sektor keuangan, yang masih menjadi tulang punggung pasar modal Indonesia. Prospek jangka panjang sektor ini tetap menarik, khususnya pada bank-bank besar dan bank syariah yang terus menunjukkan perbaikan efisiensi operasional dan kualitas aset. Dengan demikian, perubahan komposisi indeks saat ini lebih merupakan bentuk penyesuaian teknis ketimbang perubahan tren sektoral yang signifikan.
“Justru, dengan valuasi yang sudah jauh terkoreksi dan kepemilikan asing yang masih rendah, sektor keuangan berpotensi menjadi salah satu pemimpin pemulihan ketika sentimen pasar kembali positif,” pungkas Ekky, memberikan pandangan optimistis terhadap sektor ini.
Sebagai informasi, berdasarkan pengumuman resmi BEI, terdapat lima saham yang kini resmi menjadi penghuni baru indeks LQ45. Saham-saham tersebut adalah PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK), PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL), dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL). Kelima saham ini menggantikan posisi PT Bank Jago Tbk. (ARTO), PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS), PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), PT Map Aktif Adiperkasa Tbk. (MAPA), dan PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) yang keluar dari indeks LQ45 untuk periode efektif tiga bulan ke depan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menyelesaikan rebalancing indeks LQ45, IDX30, dan IDX80, yang diharapkan menarik kembali investasi asing ke saham bluechip. Analis Infovesta Utama, Ekky Topan, menyatakan bahwa rotasi saham ini menjaga kualitas dan likuiditas pasar. Prospek indeks utama tetap solid karena didukung aksi korporasi besar, stimulus pemerintah, dan potensi penurunan suku bunga Bank Indonesia.
Ekky juga menambahkan bahwa sektor keuangan masih menjadi pendorong utama pasar modal, khususnya bank besar dan bank syariah yang menunjukkan perbaikan. Lima saham baru masuk indeks LQ45, yaitu BUMI, DSSA, EMTK, HEAL, dan NCKL, menggantikan ARTO, BRIS, JSMR, MAPA, dan SMRA. Perubahan ini mencerminkan penyesuaian teknis untuk menjaga relevansi indeks.