KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menegaskan komitmennya untuk melanjutkan berbagai upaya ekspansi yang telah berjalan sejak semester I-2025. Untuk memperkuat langkah strategis tersebut, emiten farmasi terkemuka ini telah mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga maksimal Rp 1 triliun.
Menurut Kartika Setiabudy, Director of Finance Accounting KLBF, di semester II-2025 mendatang, Kalbe Farma akan memfokuskan pada kelanjutan pembangunan fasilitas radiofarmasi. Fasilitas vital ini dirancang untuk memproduksi fluorodeoxyglucose (FDG), sebuah inovasi penting dalam deteksi dini kanker melalui teknologi pencitraan positron emission tomography and computed tomography scanning (PET/CT-Scan).
Kartika menambahkan dalam paparan publik secara daring pada Jumat (12/9/2025), “Pabrik kita ada di dua lokasi, di Jakarta dan Surabaya. Saat ini untuk Jakarta sudah bisa dikatakan hampir selesai semua dan untuk Surabaya harusnya dalam beberapa bulan ini juga akan bisa diselesaikan.” Penjelasan ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam proyek strategis KLBF.
Tak hanya itu, ekspansi Kalbe Farma juga mencakup pembangunan pabrik farmasi Kalbe-Livzon di kawasan industri GIIC Deltamas, Cikarang, Jawa Barat. Pabrik ini akan berfokus pada produksi bahan active pharmaceutical ingredients (API) antibiotik steril. Proyek ini merupakan inisiatif dari PT Livzon Pharma Indonesia, perusahaan patungan antara KLBF dengan Livzon Pharmaceutical Group Inc, raksasa farmasi asal China, yang pembangunannya telah dimulai sejak 28 Mei 2025.
Berbagai langkah ekspansi infrastruktur tersebut menjadi pelengkap dari strategi komprehensif yang telah dijalankan KLBF di semester I-2025. Sebelumnya, Syeren Amanda, Head of Investor Relation KLBF, memaparkan fokus perusahaan pada inovasi mendalam, terutama pada obat-obatan biologis, pengembangan ekosistem onkologi, terapi sel, dan vaksin.
Selain inovasi medis, Kalbe Farma juga aktif memperluas portofolio produknya. Ini termasuk kategori preventif dengan meluncurkan Sakatonik Gummy, ExtraJoss Ultimate dalam kemasan kaleng, serta Mixagrip Herbal. Di segmen divisi kesehatan, perusahaan melakukan penyegaran dan pembaruan brand untuk produk-produk unggulan seperti Entrasol, Promag, dan Prenagen. Sementara itu, divisi nutrisi KLBF kian variatif dengan kehadiran Hydro Coco Latte dan Fitbar protein bar.
Syeren menjelaskan bahwa upaya pembaruan brand ini didasari oleh kebutuhan untuk tetap relevan. “Sebagian besar produk Kalbe telah hadir cukup lama di Indonesia dan sebagian besar pengguna awal produk ini telah memasuki usia yang lebih senior, sehingga dibutuhkan cara komunikasi baru yang lebih menarik dan tetap relevan bagi generasi yang lebih muda,” ujarnya, menggarisbawahi strategi penetrasi pasar yang lebih luas.
Langkah ekspansi Kalbe Farma juga menjangkau pasar internasional. KLBF telah berhasil memperluas penetrasi produk specialty-nya ke kawasan Timur Tengah, Australia, dan Asia Tenggara, dengan Thailand sebagai fokus utama. Untuk memperkuat pijakan di Thailand, KLBF bahkan telah menjalin kemitraan strategis dengan Alliance Pharma Co. Ltd. guna memperkenalkan produk-produk biologis di negara tersebut.
Dengan seluruh upaya ekspansi ini, Kartika mengungkapkan bahwa capex yang telah diserap KLBF mencapai hampir Rp 400 miliar di semester I-2025. “Kita siap untuk men-support kebutuhan-kebutuhan selanjutnya,” tegas Kartika, menunjukkan kesiapan finansial perusahaan. Hingga akhir tahun 2025, KLBF menargetkan pertumbuhan penjualan dan laba bersih masing-masing sebesar 6% dan 8% secara tahunan (year on year/YoY), merefleksikan optimisme terhadap strategi ekspansi dan inovasi yang dijalankan.
Ringkasan
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mengalokasikan belanja modal hingga Rp 1 triliun untuk ekspansi di semester II-2025. Fokus utama adalah melanjutkan pembangunan fasilitas radiofarmasi di Jakarta dan Surabaya untuk memproduksi fluorodeoxyglucose (FDG) yang digunakan dalam deteksi dini kanker. Selain itu, KLBF juga melanjutkan pembangunan pabrik farmasi Kalbe-Livzon di Cikarang yang akan memproduksi bahan aktif antibiotik steril.
Ekspansi KLBF mencakup inovasi obat-obatan biologis, pengembangan ekosistem onkologi, terapi sel, dan vaksin, serta perluasan portofolio produk. KLBF juga memperluas penetrasi produk specialty ke Timur Tengah, Australia, dan Asia Tenggara, termasuk kemitraan strategis di Thailand. Hingga akhir tahun 2025, KLBF menargetkan pertumbuhan penjualan dan laba bersih masing-masing sebesar 6% dan 8% secara tahunan.