PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mengumumkan capaian kinerja keuangan untuk paruh pertama tahun 2025 yang berakhir pada 30 Juni. Meskipun menghadapi tekanan penurunan pada pendapatan, MBMA menunjukkan ketahanan strategis dengan memperkuat fondasi operasionalnya, terutama melalui lonjakan signifikan dalam produksi dan penjualan bijih nikel, di tengah tantangan penurunan produksi Nickel Pig Iron (NPI). Ini menandai komitmen perseroan dalam membangun ekosistem baterai berkelanjutan.
Pada periode semester I-2025, MBMA membukukan pendapatan sebesar US$ 628 juta, mencatat penurunan 32% secara tahunan (year-on-year/yoy). Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh dampak sementara dari jadwal pemeliharaan smelter yang penting. Sementara itu, EBITDA perseroan mencapai US$ 77 juta, turun 8% yoy, namun tetap menunjukkan margin yang tangguh meskipun kontribusi dari segmen pemrosesan sempat menurun.
Menariknya, di kuartal kedua 2025 (Q2-2025), EBITDA MBMA justru menunjukkan pertumbuhan impresif sebesar 33% yoy. Angka ini telah disesuaikan untuk mengeliminasi dampak pemeliharaan smelter terjadwal dan strategi pengurangan produksi High Grade Nickel Matte (HGNM), mengindikasikan fundamental yang mulai menguat.
Kinerja Merdeka Battery Materials (MBMA) Tergerus di Semester I-2025
Melawan arus penurunan, tambang nikel SCM milik MBMA mencatatkan performa gemilang pada semester I-2025 dengan memproduksi 6,9 juta wet metric tonnes (wmt) bijih nikel. Angka ini melonjak masif sebesar 78% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Produksi limonit meningkat 45%, sementara produksi saprolit bahkan melesat 189%, menunjukkan kekuatan operasional yang luar biasa meski menghadapi tantangan curah hujan tinggi.
Pertumbuhan produksi bijih nikel yang signifikan ini merupakan buah dari investasi strategis MBMA dalam peningkatan kapasitas penambangan dan infrastruktur selama 12 hingga 18 bulan terakhir. Langkah ini telah berhasil menciptakan operasi penambangan yang lebih tangguh, efisien, dan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Di sisi lain, produksi Nickel Pig Iron (NPI) dari smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) MBMA tercatat 33.045 ton, menurun 23% yoy. Penurunan ini disebabkan oleh program pemeliharaan terjadwal yang krusial. Meskipun berdampak sementara pada volume produksi, pemeliharaan ini dirancang untuk meningkatkan standar keselamatan, mengoptimalkan efisiensi operasional, dan menjadi fondasi penting bagi upaya pengurangan biaya di masa mendatang.
Menariknya, pada Q2-2025, biaya tunai produksi NPI berhasil ditekan hingga US$ 9.719 per ton, menandai pencapaian penting karena ini adalah kali pertama biaya tunai tersebut jatuh di bawah ambang batas US$ 10.000 per ton. Bersamaan dengan itu, MBMA secara strategis mengurangi produksi dan penjualan High Grade Nickel Matte (HGNM). Langkah ini diambil untuk mengelola volatilitas margin, dengan prioritas dialihkan pada operasi NPI yang lebih menguntungkan, sembari menanti perbaikan kondisi pasar.
Merdeka Battery (MBMA) Bakal Lunasi Obligasi Senilai Rp 216 Miliar pada Oktober 2025
Presiden Direktur MBMA, Teddy Oetomo, menegaskan optimisme perseroan. Ia menyatakan bahwa semester pertama tahun ini menyoroti pertumbuhan kuat pada produksi dan penjualan bijih nikel, “sehingga menegaskan skala dan daya operasi pertambangan kami.” Teddy menambahkan, “Meski volume pemrosesan sempat terdampak pemeliharaan terjadwal, hal ini akan membantu menurunkan biaya dan memperkuat daya saing jangka panjang kami.” Pernyataan ini disampaikan dalam siaran pers yang diterima Kontan, Jumat (26/9/2025). Komitmen pada penguatan operasional ini sejalan dengan investasi berkelanjutan MBMA pada berbagai proyek strategis yang ambisius.
Salah satu investasi krusial MBMA adalah pembangunan fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) yang terintegrasi dengan mitra industri bahan baku baterai global. Melalui PT ESG New Energy Material (ESG), yang mengoperasikan pabrik HPAL berkapasitas 30.000 ton nikel per tahun dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), perseroan berhasil menjual 9.465 ton nikel dalam MHP sepanjang semester I-2025 dari operasi Train A. Lebih lanjut, Train B dari fasilitas ESG ini telah memulai produksinya pada akhir kuartal II-2025, menandakan ekspansi kapasitas yang signifikan.
Tak berhenti di situ, konstruksi pabrik HPAL PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC), yang memiliki kapasitas masif 90.000 ton nikel per tahun dalam MHP, telah mencapai progres 29%. MBMA menargetkan komisioning Train pertama pada pertengahan tahun 2026. Sejalan dengan proyek tersebut, pembangunan dua Feed Preparation Plant (FPP) dan jalur pipa slurry untuk mengalirkan bijih limonit ke fasilitas HPAL di Morowali juga berjalan sesuai rencana, dengan estimasi penyelesaian masing-masing pada akhir 2025 dan pertengahan 2026.
Selain itu, proyek strategis Acid Iron Metal (AIM) yang dioperasikan oleh PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI) juga menunjukkan kemajuan signifikan dan berjalan sesuai jadwal. Fasilitas AIM ini terdiri dari pabrik pirit, asam, logam klorida, dan katoda tembaga. Saat ini, pabrik pirit dan asam telah beroperasi pada kapasitas penuh, sementara dua pabrik lainnya diproyeksikan akan mencapai produksi penuh menjelang akhir tahun ini, menambah diversifikasi portofolio MBMA.
Menutup pernyataannya, Teddy Oetomo menegaskan kembali visinya: “Kami sangat optimis pertumbuhan berkelanjutan produksi bijih nikel kami serta kemajuan proyek HPAL dan AIM, akan membawa transformasi besar bagi MBMA.” Optimisme ini menggarisbawahi posisi strategis MBMA dalam rantai pasok nikel global dan komitmennya untuk menjadi pemain kunci dalam industri bahan baku baterai di masa depan.
Ringkasan
PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 32% menjadi US$ 628 juta pada semester I-2025, terutama disebabkan oleh pemeliharaan smelter terjadwal. Meskipun demikian, produksi bijih nikel mengalami lonjakan signifikan sebesar 78%, didorong oleh investasi strategis dalam peningkatan kapasitas penambangan. EBITDA perseroan tercatat US$ 77 juta, turun 8% yoy, namun EBITDA pada kuartal kedua 2025 menunjukkan pertumbuhan 33% setelah disesuaikan.
MBMA terus mengembangkan proyek strategis seperti fasilitas HPAL melalui PT ESG New Energy Material dan PT Sulawesi Nickel Cobalt, serta proyek Acid Iron Metal (AIM) melalui PT Merdeka Tsingshan Indonesia. Perseroan optimis bahwa pertumbuhan produksi bijih nikel dan kemajuan proyek-proyek tersebut akan membawa transformasi besar bagi MBMA dan memperkuat posisinya dalam rantai pasok nikel global serta industri bahan baku baterai.