JAKARTA — Rosan Roeslani, Chief Executive Officer (CEO) Danantara, menyatakan keyakinannya bahwa dividen yang disumbangkan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun 2025 akan mencapai angka fantastis, sekitar Rp140 triliun. Pernyataan optimis ini disampaikan Rosan, sebagaimana dikutip dari Antara, pada Senin (20/10/2025), menegaskan prospek cerah kontribusi BUMN terhadap kas negara.
Proyeksi dividen yang melonjak ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan, pada tahun 2024, Danantara mencatat perolehan dividen sekitar Rp90 triliun, sebagian besar disokong oleh tujuh BUMN utama yang bergerak di sektor perbankan, telekomunikasi, hingga pertambangan, yang juga merupakan perusahaan terbuka. Angka-angka ini mengukuhkan peran vital BUMN dalam perekonomian nasional.
Saat ini, Danantara mengelola aset global senilai US$1 triliun, atau setara dengan sekitar Rp16,57 kuadriliun, menjadikannya sovereign wealth fund (SWF) terbesar kelima di dunia. Rosan menjelaskan bahwa aset ini merupakan hasil dari transformasi menyeluruh BUMN, yang sebelumnya kepemilikannya berada di bawah Kementerian Keuangan dan pengelolaannya di bawah Kementerian BUMN. Kini, kepemilikan dan pengelolaan seluruhnya telah beralih ke Danantara, menandai era baru tata kelola aset negara.
Dalam rentang lima tahun ke depan, Rosan menargetkan Danantara mampu menghimpun dan menginvestasikan dana hingga US$40 miliar atau sekitar Rp662,8 triliun, seluruhnya berasal dari modal ekuitas tanpa menggunakan leverage. Jika strategi leverage empat atau lima kali diterapkan, potensi dana investasi bisa melonjak hingga sekitar US$250 miliar atau sekira Rp4.142,5 triliun, membuka peluang investasi yang lebih besar lagi. Untuk memperkuat kapasitas investasi ini, Danantara juga aktif menjalin kemitraan strategis dengan sejumlah SWF global melalui pembentukan dana bersama (co-investment funds), termasuk dengan Qatar Investment Authority (QIA) dan China Investment Corporation (CIC, serta tengah menjajaki kerja sama serupa dengan Uni Emirat Arab dan Public Investment Fund (PIF) Arab Saudi.
Selain fokus pada pengelolaan investasi, Rosan juga menyoroti agenda besar restrukturisasi BUMN. Ia mengungkapkan bahwa dari sekitar 1.000 entitas BUMN yang ada saat ini, jumlahnya akan dikonsolidasikan secara signifikan menjadi sekitar 200 entitas. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, sinergi, dan kinerja keseluruhan BUMN.
Danantara Berkomitmen Mengakhiri Manipulasi Laporan Keuangan BUMN
Dalam kesempatan yang sama, Rosan secara tegas menyatakan komitmen Danantara untuk memastikan tata kelola keuangan BUMN berjalan transparan dan akuntabel. Ia menegaskan, “Di bawah Danantara, di bawah kepemimpinan saya, tidak ada lagi BUMN yang melakukan praktik mempercantik laporan keuangan atau terlihat profitnya besar, namun pada saat harus membagi dividen justru harus meminjam uang terlebih dahulu.”
Menurut Rosan, praktik manipulasi laporan keuangan, bahkan hingga ke tingkat kecurangan (fraud), kerap terjadi di masa lalu. “Mempercantik buku, istilahnya laporan keuangannya ‘dibedakin’ supaya lebih cantik, malah kadang-kadang berani melakukan fraud. Jadi melaporkan yang tidak benar,” katanya. Dengan tegas, ia mengumumkan bahwa Danantara akan melakukan koreksi terhadap beberapa laporan keuangan BUMN yang dinilai tidak sesuai atau tidak benar. “Tahun depan saya akan melakukan koreksi beberapa buku perusahaan BUMN, termasuk BUMN-BUMN yang besar, karena pelaporannya tidak sesuai dan tidak benar,” ujarnya.
Sebagai bagian integral dari upaya pembenahan tata kelola, Danantara telah menerbitkan Surat Edaran Nomor S-063/DI-BP/VII/2025. Surat edaran ini mengatur kebijakan pemberian tantiem, insentif, dan/atau penghasilan lainnya bagi direksi dan komisaris BUMN serta anak usaha. Kebijakan tersebut secara lugas menegaskan bahwa setiap pemberian insentif harus didasarkan pada kinerja nyata perusahaan yang secara akurat tercermin dari laporan keuangan yang sebenarnya, bukan hasil dari manipulasi pencatatan akuntansi. Rosan menjelaskan bahwa langkah fundamental ini diambil untuk memastikan bahwa setiap insentif, baik jangka pendek maupun jangka panjang, benar-benar mencerminkan kontribusi nyata terhadap keberlanjutan usaha dan praktik tata kelola perusahaan yang baik dan bertanggung jawab.
Ringkasan
CEO Danantara, Rosan Roeslani, menargetkan dividen BUMN mencapai Rp140 triliun pada tahun 2025, meningkat signifikan dari Rp90 triliun pada tahun 2024. Kenaikan ini diharapkan didukung oleh kinerja BUMN di sektor perbankan, telekomunikasi, dan pertambangan. Danantara, yang kini mengelola aset global senilai Rp16,57 kuadriliun, juga menargetkan penghimpunan dan investasi dana hingga Rp662,8 triliun dalam lima tahun ke depan.
Selain target dividen, Rosan juga menekankan agenda restrukturisasi BUMN menjadi sekitar 200 entitas dari sekitar 1.000 entitas saat ini. Danantara berkomitmen mengakhiri praktik manipulasi laporan keuangan BUMN dan akan melakukan koreksi terhadap laporan keuangan yang dinilai tidak sesuai. Untuk mendukung transparansi, Danantara menerbitkan surat edaran terkait pemberian tantiem dan insentif yang harus didasarkan pada kinerja nyata perusahaan, bukan manipulasi laporan keuangan.