JAKARTA – Para analis terkemuka memproyeksikan bahwa pembagian dividen di sektor perbankan Tanah Air akan tetap menjanjikan tahun ini, sekalipun industri ini dihadapkan pada sejumlah tantangan. Prospek menarik ini terutama datang dari bank-bank besar yang menunjukkan fundamental kuat.
Ekky Topan, seorang Investment Analyst dari Infovesta Kapital Advisori, mengemukakan bahwa bank-bank raksasa masih mempertahankan posisi permodalan (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang kokoh serta profitabilitas yang stabil. Kondisi ini membuka lebar peluang bagi mereka untuk tetap membagikan dividen yang menarik. “Khususnya bagi bank-bank BUMN, dengan dukungan Danantara saat ini, saya memproyeksikan kebijakan pembagian dividen mereka akan setara atau bahkan lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ujar Ekky kepada Bisnis pada Jumat (10/10/2025). Meskipun pertumbuhan laba mungkin melambat, Ekky menambahkan bahwa rasio pembayaran dividen (payout ratio) kemungkinan akan dipertahankan pada tingkat yang stabil, bukan peningkatan drastis, demi menjaga kepercayaan para investor. Secara keseluruhan, dividen dari sektor perbankan, terutama dari institusi besar seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), tetap menjadi magnet utama bagi investor jangka menengah.
Senada dengan pandangan tersebut, Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, memperkirakan kenaikan dividen perbankan masih sangat mungkin terjadi. Peningkatan ini, menurut Myrdal, utamanya didorong oleh iklim suku bunga yang semakin kondusif serta kebijakan injeksi likuiditas dari pemerintah pusat kepada Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dan bank-bank regional. Selain itu, potensi masuknya dana (inflow) dari pasar saham maupun obligasi negara di tengah iklim suku bunga global, serta aliran investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) ke Indonesia, turut menjadi faktor pendorong. “Kita berharap sinergi ini juga akan didukung oleh kontribusi perbankan, yang mana kondisi likuiditasnya akan membaik,” jelas Myrdal kepada Bisnis. Ia menambahkan, bank-bank yang berhasil memperbaiki margin bisnis mereka diprediksi akan membukukan angka dividen yang lebih besar untuk tahun mendatang. Terkhusus untuk Himbara, Myrdal melihat rasio dividen mereka berpeluang besar untuk meningkat, mengingat komitmen penuh pemerintah dalam mendukung program-program prioritas pembangunan. “Prospek bagi Himbara atau bank BUMN saya rasa masih sangat baik,” tegasnya.
Menyoroti kebijakan dividen spesifik, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sebelumnya telah menyatakan komitmennya untuk mempertahankan rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio di kisaran 60%. Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, Novita Widya Anggraini, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan berbagai aspek fundamental perusahaan dan aspirasi pemegang saham. “Dalam menetapkan jumlah dividen dan payout ratio, kami mencermati kecukupan modal atau kesehatan permodalan Bank Mandiri, serta meninjau rencana ekspansi bisnis ke depan demi menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan,” papar Novita dalam konferensi pers laporan keuangan Bank Mandiri pada Jumat (19/9/2025). Novita juga menegaskan bahwa opsi untuk membagikan dividen interim selalu terbuka lebar, meskipun hingga saat ini perseroan belum memiliki rencana konkret terkait hal tersebut. Ia menambahkan, setiap langkah kebijakan dividen akan selalu mempertimbangkan tata kelola perusahaan yang baik. “Opsi pembagian dividen interim itu akan selalu tersedia bagi Bank Mandiri, namun kami belum memiliki rencana spesifik saat ini,” tambahnya. Jika nantinya Bank Mandiri memutuskan untuk merealisasikan dividen interim, Novita menjamin hal tersebut akan dikomunikasikan secara transparan kepada pemegang saham dan publik.
Prospek Dividen BBCA yang Menarik
Tak kalah menarik, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga memberikan gambaran prospek dividennya. Wakil Presiden Direktur BCA, John Kosasih, menjelaskan bahwa dalam pembagian dividen tahunan, perseroan mempertimbangkan beragam faktor esensial. Ini mencakup keseimbangan antara kebutuhan permodalan, penyaluran kredit, kepentingan pemegang saham, serta manajemen risiko atau kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR).
“Secara umum, kami memastikan bahwa pembagian dividen setiap tahunnya selalu mempertimbangkan berbagai aspek krusial,” tegas John dalam Public Expose Live pada Kamis (11/9/2025). John menggarisbawahi bahwa secara historis, dividen BCA menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Adanya opsi dividen interim, tambahnya, memberikan fleksibilitas tambahan bagi investor untuk mengoptimalkan arus kas, misalnya melalui reinvestasi di saham BCA.
Kinerja BCA sepanjang tahun berjalan tetap solid, baik dari sisi rentabilitas maupun kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. John mengungkapkan bahwa dividend payout ratio BCA saat ini tergolong tinggi, mencapai 68%. “Kami berharap rasio pembayaran dividen yang relatif tinggi ini dapat terus dipertahankan dengan baik,” pungkasnya.
Sebagai informasi, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Maret 2025, BCA telah menyetujui pembagian dividen tunai sebesar Rp300 per saham untuk tahun buku 2024. Dengan jumlah saham beredar perseroan sebanyak 123,28 miliar saham, total nilai dividen yang akan dibagikan mencapai Rp36,98 triliun. Angka ini mencerminkan dividend payout ratio sebesar 67,4% dari laba bersih BCA sepanjang 2024 yang mencapai Rp54,8 triliun.
Ringkasan
Para analis memprediksi sektor perbankan Indonesia, khususnya bank-bank besar dengan fundamental kuat, akan tetap menjanjikan dalam pembagian dividen di tahun mendatang. Faktor pendukungnya antara lain permodalan yang kokoh, profitabilitas stabil, dan dukungan pemerintah. Bank BUMN seperti Bank Mandiri dan BRI diprediksi akan mempertahankan atau bahkan meningkatkan rasio pembayaran dividen (payout ratio) demi menjaga kepercayaan investor.
Kenaikan dividen perbankan juga didorong oleh iklim suku bunga yang kondusif, injeksi likuiditas pemerintah, dan potensi masuknya dana dari pasar modal serta investasi asing. Bank yang berhasil memperbaiki margin bisnis diharapkan membukukan dividen lebih besar. Bank Mandiri menargetkan dividend payout ratio 60%, sementara BCA mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan modal, penyaluran kredit, dan kepentingan pemegang saham dalam menentukan dividen tahunan, dengan historis dividen yang terus meningkat.