Shoesmart.co.id Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah signifikan dengan memangkas suku bunga acuannya sebanyak lima kali sepanjang tahun ini. Langkah ini disambut positif oleh Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, yang menilai kebijakan tersebut sebagai langkah tepat dan akomodatif, selaras dengan kebijakan fiskal pemerintah untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.
“Keputusan ini positif bagi pasar, terutama karena inflasi relatif stabil. Hal ini juga sejalan dengan langkah fiskal ekspansif yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Asmoro kepada Jawa Pos pada Rabu (17/9).
Penurunan BI rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,75 persen merupakan bukti nyata dari kebijakan moneter yang akomodatif. Tidak hanya BI rate, suku bunga Lending Facility (LF) juga diturunkan 25 bps menjadi 5,50 persen, sementara suku bunga Deposit Facility (DF) dipotong lebih dalam, yakni 50 bps menjadi 3,75 persen.
Tujuan dari penurunan suku bunga ini, menurut Asmoro, alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1995, adalah untuk memperkuat penyaluran pelonggaran likuiditas ke sektor perbankan dan ekonomi riil. BI sendiri menilai suku bunga kredit perbankan masih tergolong tinggi dan belum menunjukkan penurunan yang sebanding dengan penurunan BI rate. Oleh karena itu, percepatan penurunan suku bunga kredit bank sangat diperlukan untuk mendukung pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun, Asmoro menekankan pentingnya perbaikan di sisi permintaan. “Mesti didorong juga dengan perbaikan di sisi demand. Artinya, ekonomi mesti baik, ekspansi belanja mesti real,” jelasnya.
Berikut catatan penurunan BI Rate pada tahun 2025:
- 15 Januari 2025: Turun 25 bps menjadi 5,75 persen
- 21 Mei 2025: Turun 25 bps menjadi 5,5 persen
- 16 Juli 2025: Turun 25 bps menjadi 5,25 persen
- 20 Agustus 2025: Turun 25 bps menjadi 5 persen
- 17 September 2025: Turun 25 bps menjadi 4,75 persen
Ringkasan
Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak lima kali di tahun 2025, dengan penurunan terakhir pada 17 September menjadi 4,75 persen. Kebijakan ini dinilai positif oleh Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, sebagai langkah akomodatif yang selaras dengan kebijakan fiskal pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Penurunan suku bunga juga diikuti dengan penurunan suku bunga Lending Facility (LF) dan Deposit Facility (DF). Tujuan dari penurunan ini adalah untuk memperkuat penyaluran likuiditas ke sektor perbankan dan ekonomi riil, serta mempercepat penurunan suku bunga kredit bank. Asmoro juga menekankan pentingnya perbaikan di sisi permintaan untuk mendukung efektivitas kebijakan ini.