Shoesmart.co.id NEW YORK. Wall Street kembali menunjukkan kekuatannya pada hari Jumat (22/8/2025), dengan indeks utama melonjak setelah pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell di Simposium Jackson Hole. Dalam kesempatan tersebut, Powell menyinggung potensi pemangkasan suku bunga pada pertemuan kebijakan bank sentral berikutnya, memicu gelombang optimisme di kalangan investor.
Dalam pidatonya yang penuh perhitungan, Powell memang mengisyaratkan kemungkinan pemangkasan suku bunga pada bulan September. Namun, ia tidak memberikan komitmen yang tegas, mengakui adanya peningkatan risiko terhadap pasar kerja seraya menekankan bahwa risiko inflasi yang lebih tinggi masih tetap ada. Sikap hati-hati ini memberikan gambaran yang lebih kompleks bagi arah kebijakan moneter ke depan.
Respons pasar terbilang positif. Pada pukul 10:02 waktu setempat, Dow Jones Industrial Average melesat 670,39 poin atau 1,50% menjadi 45.455,89. Indeks S&P 500 juga menguat 79,25 poin atau 1,24% mencapai 6.449,42, diikuti oleh Nasdaq Composite yang berhasil naik 261,21 poin atau 1,24% menjadi 21.361,52.
Sebelumnya, pasar telah meningkatkan taruhan pada penurunan suku bunga menyusul laporan ketenagakerjaan yang melemah pada awal Agustus dan data harga konsumen yang mengindikasikan tekanan inflasi yang terbatas. Namun, sinyal Powell yang lebih terukur menyebabkan peluang pemangkasan suku bunga 25 basis poin bulan depan, menurut CME FedWatch Tool, sedikit menurun menjadi 69,5% dari 85,4% pada pekan lalu.
Wall Street Nantikan Sinyal Pemangkasan Suku Bunga dari Powell di Jackson Hole
Secara keseluruhan, 10 dari 11 subsektor S&P 500 diperdagangkan lebih tinggi, dengan sektor perawatan kesehatan dan real estat memimpin penguatan. Indeks acuan ini bahkan berpotensi mengakhiri penurunan lima hari beruntunnya, sebuah tren yang sebelumnya disebabkan oleh aksi jual besar-besaran pada saham teknologi.
Meskipun demikian, kerugian di sektor teknologi masih menempatkan S&P 500 dan Nasdaq pada jalur penurunan mingguan, dengan subsektor teknologi informasi menjadi yang paling tertekan. Berbeda dengan itu, sektor energi dan real estat diperkirakan akan mencatat kenaikan tipis secara mingguan. Di tengah dinamika ini, UBS Global Wealth Management telah menaikkan target akhir tahun S&P 500 untuk kedua kalinya dalam dua bulan terakhir, didorong oleh optimisme terhadap kinerja laba perusahaan, meredanya ketegangan perdagangan, dan ekspektasi pemangkasan suku bunga.
Wall Street Melemah, Investor Menanti Sinyal The Fed di Jackson Hole
Dari sisi emiten, saham Nvidia turun 2% setelah beredar laporan bahwa perusahaan meminta Foxconn untuk menangguhkan pengembangan chip AI H20, produk tercanggih yang masih diizinkan untuk dijual ke China. Sebaliknya, saham Alphabet, induk perusahaan Google, naik 1,8% menyusul kabar penandatanganan kontrak layanan komputasi awan senilai lebih dari US$10 miliar dengan Meta Platforms. Saham Meta sendiri terlihat bergerak stagnan.
Sementara itu, Intuit merosot 6,9% setelah memproyeksikan pertumbuhan pendapatan kuartal pertama di bawah perkiraan analis, terutama akibat kinerja unit Mailchimp yang lemah. Workday juga mengalami penurunan 4,5% meskipun memberikan prospek kuartalan yang sesuai ekspektasi pasar. Secara keseluruhan, jumlah saham yang naik lebih banyak dibanding yang turun, dengan rasio 4,86 banding 1 di NYSE dan 2,35 banding 1 di Nasdaq. S&P 500 mencatat tujuh level tertinggi baru dalam 52 minggu terakhir, sementara Nasdaq Composite membukukan 35 titik tertinggi baru dan 18 titik terendah baru.