Shoesmart.co.id – JAKARTA. Pasar aset kripto di Indonesia menunjukkan dinamika menarik, dengan Tether (USDT) dan Solana (SOL) mendominasi volume transaksi di platform Tokocrypto sepanjang tahun 2025.
Menurut penjelasan CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, data internal perusahaan yang juga selaras dengan laporan CoinMarketCap per Senin, 8 September 2025, menyoroti dominasi Tether (USDT). Stablecoin ini tercatat memiliki volume transaksi mencapai sekitar US$3,66 juta, menyumbang 32,37% dari total keseluruhan transaksi di platform tersebut.
Popularitas USDT tidak terlepas dari karakteristiknya sebagai stablecoin yang nilainya stabil, terpatok pada dolar AS. Hal ini menjadikannya pilihan utama bagi para trader sebagai gerbang masuk atau ‘tempat parkir’ aset sementara, terutama saat pasar bergejolak.
Calvin Kizana menambahkan, bagi investor kripto Indonesia, daya tarik USDT semakin kuat berkat fungsinya yang praktis sebagai “jembatan” untuk berpindah antar aset kripto dengan cepat. Selain itu, USDT juga menawarkan perlindungan dari volatilitas pasar yang tinggi serta risiko pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar, seperti disampaikan Calvin kepada Kontan pada Selasa (9/9).
Transaksi Kripto Global Didominasi USDT dan USDC
Di samping USDT, Solana (SOL) juga mencatat performa impresif dengan volume transaksi sekitar US$1,15 juta, atau 10,17% dari total. Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan pesat ekosistem Solana di sektor Decentralized Finance (DeFi) dan Non-Fungible Tokens (NFT), yang didukung oleh peningkatan performa teknis jaringannya.
Sementara itu, Bitcoin (BTC) tetap menjadi primadona sebagai aset penyimpan nilai jangka panjang, dengan volume transaksi mencapai US$530.000 (4,68%). Diikuti oleh Ethena (ENA) yang mulai naik daun berkat inovasi stablecoin terdesentralisasi, mencatat volume US$342.000 (3,02%).
Ethereum (ETH), dengan perannya yang krusial dalam menopang ekosistem Web3 dan berbagai aplikasi blockchain, juga tak luput dari daftar aset favorit, membukukan volume transaksi sebesar US$341.000 (3,01%).
“Pola transaksi kripto ini secara jelas mencerminkan perpaduan minat investor terhadap aset yang lebih stabil seperti stablecoin, di satu sisi, dan di sisi lain, ketertarikan pada aset dengan profil risiko lebih tinggi namun menawarkan potensi pertumbuhan yang masif,” terang Calvin menganalisis tren pasar.
Melangkah ke depan, Calvin optimistis bahwa Tokocrypto dapat melampaui capaian transaksi kripto tahun lalu. Hingga semester pertama 2025, nilai transaksi di platform Tokocrypto sudah menyentuh angka sekitar Rp66 triliun, didukung oleh lebih dari 4,5 juta pengguna aktif.
“Melihat tren positif yang berkelanjutan ini, kami sangat percaya diri bahwa total transaksi sepanjang tahun ini mampu tumbuh dua kali lipat, seiring dengan semakin masifnya adopsi aset digital di seluruh Indonesia,” ujar Calvin penuh keyakinan.
Strategi pertumbuhan Tokocrypto tidak hanya berfokus pada penguatan basis pengguna di kota-kota besar, tetapi juga mulai melirik potensi besar di kota-kota tingkat dua. Daerah-daerah ini dipilih karena memiliki populasi yang besar, penetrasi internet yang tinggi, serta tingkat literasi finansial digital yang terus meningkat.
Calvin menyoroti fakta bahwa saat ini, baru sekitar 2% dari total 275 juta penduduk Indonesia yang aktif sebagai investor kripto. Angka ini menunjukkan ruang pertumbuhan pasar yang sangat luas, terutama di wilayah dengan demografi muda yang dominan dan siap menyambut inovasi finansial digital.
“Dari perspektif konsumen, prioritas kami bukan sekadar menambah jumlah pengguna baru, melainkan juga meningkatkan kualitas pengalaman investasi mereka. Ini kami wujudkan melalui edukasi yang komprehensif, transparansi penuh, serta inovasi produk seperti Earn dan DCA, dengan rencana pengembangan Derivatif dan Web3 Wallet di masa mendatang,” pungkas Calvin, menguraikan visi Tokocrypto.
Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi, Saham Emiten Tambang Menguat Selasa (9/9/2025)
Ringkasan
Menurut Tokocrypto, Tether (USDT) dan Solana (SOL) mendominasi volume transaksi di platform mereka. USDT memimpin dengan volume transaksi sekitar US$3,66 juta, didorong oleh stabilitas nilainya yang terpatok pada dolar AS dan fungsinya sebagai “jembatan” antar aset kripto. Sementara itu, Solana (SOL) mencatat volume transaksi sekitar US$1,15 juta berkat pertumbuhan ekosistem DeFi dan NFT-nya.
CEO Tokocrypto optimis transaksi kripto akan melampaui tahun lalu, dengan transaksi semester pertama 2025 mencapai Rp66 triliun dengan 4,5 juta pengguna. Strategi pertumbuhan mencakup ekspansi ke kota-kota tingkat dua dan peningkatan pengalaman investasi melalui edukasi, transparansi, dan inovasi produk. Tokocrypto menyoroti potensi pertumbuhan karena baru 2% penduduk Indonesia menjadi investor kripto.