JAKARTA. Kinerja saham PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) telah menunjukkan lonjakan luar biasa sejak awal tahun. Fenomena ini menarik perhatian banyak pihak, dengan para analis menilai aksi spekulatif investor hingga rotasi sektor sebagai pemicu utamanya.
Sejak Januari hingga saat ini, saham emiten teknologi ini telah melesat fantastis, membukukan kenaikan sebesar 966,08% year to date (YtD) mencapai harga Rp 197.225 per lembar. Performa impresif ini bahkan menempatkan MLPT sebagai salah satu kontributor pendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun.
Muhammad Wafi, Kepala Riset Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), menjelaskan bahwa laju kencang saham MLPT didorong oleh spekulasi aktif dari investor. Momentum ini bertepatan dengan adanya pergeseran minat investasi atau rotasi sektor, di mana fokus pasar beralih ke saham-saham di bidang teknologi dan infrastruktur digital.
Selain itu, ekspektasi tinggi investor terhadap prospek bisnis cloud dan managed service yang ditawarkan MLPT juga turut menyumbang sentimen positif. Wafi menambahkan, “Persepsi pasar bahwa sektor teknologi dan digital transformation akan menjadi penopang valuasi baru di ekosistem grup Prajogo Pangestu yang sedang hype, turut menular ke MLPT.”
Namun, di sisi lain, Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, mengamati adanya volatilitas perdagangan saham MLPT yang tergolong rendah. Menurut Ekky, dengan free float yang minim, pergerakan harga saham ini dapat melesat sangat cepat hanya dengan dorongan akumulasi terbatas, membuatnya rentan terhadap euforia sesaat di pasar.
Ekky juga menekankan bahwa lonjakan harga saham MLPT saat ini belum sepenuhnya merefleksikan kondisi fundamental perusahaan. Tercatat pada semester I-2025, laba bersih MLPT mengalami penurunan signifikan sebesar 56,38% secara tahunan (YoY), dari Rp 239,66 miliar menjadi Rp 104,54 miliar. Meskipun demikian, penjualan bersih dan pendapatan jasa perusahaan masih menunjukkan pertumbuhan 3,36% YoY, naik dari Rp 1,63 triliun menjadi Rp 1,68 triliun pada periode yang sama. “Oleh karena itu, menurut saya MLPT saat ini berada dalam kondisi yang overvalued, baik dari sisi teknikal maupun fundamental,” tegas Ekky.
Pandangan serupa juga diungkapkan oleh Wafi, namun ia tetap melihat prospek positif bagi MLPT di masa depan. Ia beralasan, permintaan terhadap jasa cloud, infrastruktur teknologi informasi, dan keamanan digital diprediksi akan terus tumbuh kuat, sejalan dengan gencarnya proyek digitalisasi yang dilakukan oleh berbagai perusahaan, baik pelat merah maupun swasta.
Potensi reli saham MLPT diprediksi masih bisa berlanjut, terutama jika ada katalis baru seperti perolehan kontrak besar, masuknya investor strategis, atau aksi korporasi penting lainnya. “Namun, untuk sisa tahun 2025, potensi upside cenderung terbatas, lebih ke stabilisasi margin dan ekspansi managed services,” jelas Wafi.
Secara teknikal, saham MLPT dianggap rawan koreksi jangka pendek mengingat kenaikannya yang terlalu pesat. Batas resistance-nya diperkirakan berada di area Rp 200 ribu per saham. Untuk investor jangka pendek, Wafi menyarankan strategi trading buy. Namun, baik Wafi maupun Ekky sama-sama merekomendasikan investor jangka panjang untuk wait and see, seraya menantikan rilis laporan keuangan kuartal III yang akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kinerja fundamental perusahaan.
MLPT Chart by TradingView
Ringkasan
Saham PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) mengalami lonjakan signifikan sejak awal tahun, didorong oleh spekulasi investor dan rotasi sektor ke saham teknologi. Kenaikan mencapai 966,08% year-to-date, menjadikannya kontributor utama IHSG. Analis melihat ekspektasi tinggi terhadap bisnis cloud dan digital transformation sebagai sentimen positif, meskipun terdapat kekhawatiran mengenai volatilitas rendah dan valuasi yang overvalued.
Meskipun laba bersih MLPT menurun pada semester I-2025, prospek masa depan masih positif karena permintaan jasa cloud dan infrastruktur digital diprediksi terus meningkat. Potensi reli saham MLPT masih ada, namun terbatas, dengan saran trading buy untuk investor jangka pendek dan wait and see untuk investor jangka panjang, sambil menunggu laporan keuangan kuartal III.