Investor yang telah berpartisipasi dalam penawaran umum perdana saham (IPO) PT Merdeka Gold Resources Tbk. (EMAS) kini bisa bernapas lega. Emiten pertambangan emas ini telah menyelesaikan fase penjatahan saham, membuka jalan bagi investor untuk mengantongi jatah saham mereka. Di tengah optimisme ini, analis pasar bahkan telah meramalkan potensi laba perusahaan yang signifikan untuk tahun 2026.
Perusahaan afiliasi dari para taipan kenamaan, Garibaldi Thohir dan Winato Kartono ini, berhasil menuntaskan tahap penjatahan saham pada Jumat, 19 September 2025. Sebelumnya, perjalanan IPO EMAS diawali dengan masa penawaran awal atau bookbuilding yang berlangsung dari 8 hingga 10 September. Kala itu, investor berkesempatan menawar harga saham EMAS dalam kisaran menarik antara Rp1.800 hingga Rp3.020 per lembar.
Setelah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Senin, 15 September 2025, langkah Merdeka Gold Resources selanjutnya adalah menetapkan harga final IPO EMAS. Harga yang disepakati adalah sebesar Rp2.880 per saham, sebuah angka yang dinanti banyak pihak.
Memasuki masa penawaran umum atau offering, yang berlangsung dari Rabu, 17 September 2025, hingga Jumat, 19 September 2025, investor menyediakan dananya untuk mengonfirmasi pembelian. Puncak dari fase ini adalah penjatahan saham yang terjadi di hari terakhir penawaran umum, 19 September. Selanjutnya, saham Merdeka Gold akan didistribusikan secara elektronik kepada investor terdaftar pada Senin, 22 September 2025, sebelum akhirnya EMAS resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, 23 September 2025.
Melalui IPO ini, Merdeka Gold Resources menerbitkan hingga 1,61 miliar saham dengan nilai nominal Rp150 per lembar, yang merepresentasikan 10% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan. Dengan harga IPO EMAS yang ditetapkan sebesar Rp2.880 per lembar, anak usaha dari PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) ini berhasil menggalang dana segar maksimal senilai Rp4,65 triliun.
Prospek masa depan EMAS pun menjadi sorotan analis. Dalam risetnya pada Jumat, 12 September 2025, analis Maybank Sekuritas, Hasan Barakwan dan Jeffrosenberg Chenlim, memperkirakan laba bersih EMAS bisa mencapai sekitar US$106 juta pada tahun 2026. Meskipun belum memberikan peringkat resmi untuk emiten baru ini, mereka mengartikan estimasi laba tersebut sebagai valuasi 16,6 kali rasio laba per saham (P/E) pada batas bawah, dan 27,8 kali pada batas atas.
Lebih lanjut, kedua analis tersebut menilai valuasi perusahaan (enterprise value/EV) terhadap sumber daya berada di kisaran US$255 hingga US$426 per ons, dengan rata-rata US$292 per ons. Valuasi ini menjadi metode penting untuk menghitung nilai emiten di sektor pertambangan yang masih dalam tahap awal, mengingat metode discounted cash flow (DCF) belum tersedia karena perhitungan didasarkan pada total sumber daya atau cadangan perusahaan.
Kendati demikian, kinerja keuangan Merdeka Gold dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tantangan. Menjelang penawaran umum perdana di BEI, perusahaan ini masih mencatatkan kerugian. Pada kuartal I/2025, kerugian bersih membengkak menjadi US$9,21 juta, dari US$4,17 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sepanjang 2024, kerugian bersih mencapai US$12,7 juta, lebih buruk dibandingkan kerugian US$6,83 juta pada 2023.
Dari sisi utang, per 31 Maret 2025, Merdeka Gold Resources memiliki total liabilitas sebesar US$280 juta, yang terbagi atas liabilitas jangka pendek sebesar US$77,9 juta dan liabilitas jangka panjang sebesar US$202,1 juta. Sementara itu, neraca perseroan menunjukkan total aset sebesar US$543,3 juta, sedikit meningkat dari posisi US$529,7 juta pada 31 Desember 2024. Kenaikan aset ini terutama ditopang oleh pertumbuhan liabilitas yang naik menjadi US$280 juta dari sebelumnya US$256,7 juta, sementara ekuitas sedikit menurun menjadi US$263,3 juta dibandingkan US$273,0 juta pada akhir tahun 2024.
Terlepas dari catatan finansial tersebut, Merdeka Gold tetap optimistis terhadap prospek usaha pertambangan emas yang menjanjikan, didorong oleh tingginya permintaan pasar. Dalam prospektusnya, perusahaan menyatakan bahwa seiring dengan tren kenaikan harga emas, pertumbuhan permintaan dalam lima tahun ke depan akan didorong oleh tujuan investasi, dengan bank sentral diperkirakan akan tetap menjadi pembeli utama emas.