KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan menghadapi periode koreksi dalam sepekan ke depan, didorong oleh beragam katalis global yang menciptakan tekanan signifikan. Prediksi ini datang dari PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), yang menyoroti potensi volatilitas di pasar saham domestik.
Eskalasi ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China menjadi sorotan utama, menyusul penerapan kebijakan tarif baru. Langkah ini diproyeksikan tidak hanya memperuncing konflik ekonomi kedua negara adidaya, tetapi juga membangkitkan kekhawatiran serius mengenai prospek pertumbuhan ekonomi global secara keseluruhan. Di tengah ketidakpastian ini, harga emas menunjukkan potensi kenaikan signifikan, mengukuhkan posisinya sebagai aset safe haven yang dicari investor.
Hari Rachmansyah, Equity Analyst di PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), menggarisbawahi bahwa serangkaian faktor eksternal ini berpotensi besar memicu arus keluar dana asing atau foreign outflow dari pasar saham domestik. Selain itu, kondisi ini juga bisa mendorong aksi profit taking oleh para investor yang ingin mengamankan keuntungan di tengah sentimen pasar yang kurang stabil.
IHSG Bakal Tertekan Konflik Dagang AS dan China yang Kembali Panas
Tekanan terhadap IHSG diperkirakan akan terasa sejak awal pekan perdagangan, seiring dengan implementasi kebijakan tarif baru oleh pemerintahan Trump yang menargetkan China. Fenomena ini, ditambah dengan potensi ketegangan geopolitik yang berkelanjutan antara kedua negara, juga diprediksi akan semakin mendorong kenaikan harga emas, yang semakin menegaskan perannya sebagai aset lindung nilai di kala gejolak pasar.
Dengan mempertimbangkan dinamika tersebut, Hari Rachmansyah memproyeksikan IHSG berpotensi mengalami koreksi lebih lanjut, menguji level support kuat di 8.150. Sementara itu, level resistance terdekat diperkirakan berada di angka 8.272, yang perlu dicermati oleh para pelaku pasar.
Untuk menghadapi potensi gejolak ini, Hari menyarankan agar pelaku pasar bersikap defensif. Strategi yang direkomendasikan adalah fokus pada saham berfundamental kuat serta menerapkan strategi buy on weakness secara selektif. Pernyataan ini disampaikan Hari dalam riset terbarunya pada Minggu, 12 Oktober 2025, sebagai panduan bagi investor.
Menyikapi proyeksi pasar yang dinamis, IPOT juga merilis sejumlah rekomendasi saham pilihan yang patut dicermati investor untuk sepekan mendatang:
1. PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA)
- Rekomendasi: Buy
- Entry: Rp 2.320
- Target harga: Rp 2.670
- Stop loss: Rp 2.140
Analisa: Saham CDIA menunjukkan daya tarik kuat di pasar, terbukti dengan catatan net buy asing sebesar Rp 536 miliar sepanjang pekan lalu. Angka ini mengindikasikan minat beli yang solid dari investor internasional. Selama posisi harganya dapat dipertahankan di atas EMA-5, saham ini diproyeksikan berpotensi melanjutkan tren kenaikan. Sentimen positif turut datang dari langkah strategis perusahaan dalam memperkuat kendali atas dua anak usahanya di sektor pelayaran, CSI dan MIM, yang dipercaya akan meningkatkan kinerja bisnis ke depan.
Perang Dagang AS-China Kembali Berkobar, Simak Proyeksi IHSG Senin (13/10/2025)
2. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
- Rekomendasi: Buy
- Entry: Rp 3.310
- Target harga: Rp 3.600
- Stop loss: Rp 3.190
Analisa: ANTM berhasil membukukan net buy asing senilai Rp 135 miliar sepanjang pekan terakhir, sebuah indikasi kepercayaan investor terhadap saham ini. Katalis utama di balik performa positif ini adalah kenaikan harga emas yang signifikan, dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian di kancah global. Kondisi makroekonomi ini menciptakan peluang emas bagi saham ANTM untuk melanjutkan penguatan harga dalam jangka pendek, mengingat posisinya sebagai produsen komoditas tersebut.
3. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
- Rekomendasi: Buy
- Entry: Rp 2.090
- Target harga: Rp 2.320
- Stop loss: Rp 1.970
Analisa: Saham SSIA memperlihatkan indikasi perubahan arah yang menjanjikan, dengan pergerakan harga yang mulai berbalik menuju tren uptrend. Momentum ini didukung kuat oleh meningkatnya minat dari investor institusional dan sentimen positif yang berasal dari progres pengembangan proyek kawasan industri Subang Smartpolitan. Proyek ambisius ini dianggap sebagai katalis utama karena diharapkan mampu menarik investasi strategis dari beragam sektor vital, termasuk otomotif dan manufaktur. Potensi ini dipercaya akan secara signifikan mendongkrak kinerja penjualan lahan dan pada gilirannya, meningkatkan pendapatan perusahaan di masa mendatang.
IHSG Berpotensi Tertekan, Cermati Rekomendasi Saham untuk Senin (13/10)