BI Rate Masih Bisa Turun Lagi

Shoesmart.co.id

Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk kembali memangkas suku bunga acuannya telah selaras dengan ekspektasi pasar, menandai penurunan keempat kalinya sepanjang tahun ini. Langkah ini, menurut Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, merupakan bagian dari arah kebijakan moneter yang akomodatif, bertujuan untuk memberikan dorongan kuat bagi perekonomian domestik.

“Penurunan suku bunga ini dirancang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik melalui penguatan momentum pertumbuhan, serta untuk meningkatkan likuiditas yang beredar di pasar uang dan sektor perbankan,” jelas Asmoro kepada Jawa Pos pada Kamis (21/8).

Meskipun terjadi serangkaian penurunan suku bunga acuan, akselerasi penyaluran kredit perbankan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Fenomena ini menjadi sorotan penting, terutama mengingat target pertumbuhan kredit BI untuk tahun 2025 yang diproyeksikan berada di kisaran 8 hingga 11 persen.

Secara lebih rinci, pertumbuhan kredit konsumsi dan kredit modal kerja masih menunjukkan moderasi, masing-masing tercatat sebesar 8,11 persen Year-on-Year (YoY) dan 3,08 persen YoY. Namun, sektor kredit investasi tampil cukup kuat dengan pertumbuhan mencapai 12,42 persen YoY, menunjukkan adanya dorongan di segmen tersebut.

Dalam upaya memperkuat sektor perbankan dan mendorong penyaluran kredit, BI telah mengucurkan insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) senilai total Rp 384 triliun pada pekan pertama Agustus 2025. Insentif ini didistribusikan secara strategis: sebesar Rp 171,5 triliun untuk bank BUMN, Rp 169,2 triliun untuk bank swasta nasional (BUSN), Rp 37,2 triliun untuk Bank Pembangunan Daerah (BPD), serta Rp 5,7 triliun untuk kantor cabang bank asing (KCBA).

Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan pertumbuhan yang stabil sebesar 7 persen pada Juli 2025 dibandingkan bulan sebelumnya. Secara Year-to-Date (YtD), pertumbuhan DPK mencapai 5,18 persen, jauh melampaui angka 2,71 persen YtD pada periode yang sama di Juli 2024. “Peningkatan DPK dan distribusi insentif likuiditas menandakan adanya perbaikan di sisi pendanaan, yang merupakan fondasi krusial bagi perbankan untuk menyalurkan kredit ke depan,” ujar Asmoro, yang juga merupakan alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia angkatan 1995.

Lebih lanjut, Asmoro mengindikasikan bahwa Bank Indonesia masih membuka ruang untuk potensi penurunan suku bunga lebih lanjut. Proyeksi inflasi yang tetap rendah dan nilai tukar rupiah yang stabil menjadi faktor pendukung utama di balik sinyal tersebut. “BI memberikan isyarat kuat tentang kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut guna memacu pertumbuhan, didukung oleh proyeksi inflasi yang terkendali dan stabilitas nilai tukar rupiah,” tegasnya.

M. Ashidiq Iswara, Corporate Secretary Bank Mandiri, juga menyambut baik langkah penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5 persen. Menurutnya, keputusan ini sangat selaras dengan kebutuhan untuk menjaga stabilitas di tengah dinamika perekonomian global dan domestik yang berkelanjutan. Penyesuaian suku bunga acuan ini diharapkan mampu menguatkan momentum pertumbuhan ekonomi nasional, dengan tetap mempertahankan inflasi yang terkendali dan nilai tukar yang relatif stabil.

Sebagai respons, Bank Mandiri akan terus berkomitmen menjaga peran intermediasi perbankan secara sehat dan selektif. Fokus utamanya adalah mendukung sektor-sektor produktif yang memiliki potensi besar dalam memperkuat ekonomi kerakyatan. “Penyesuaian suku bunga kredit dan simpanan akan kami lakukan dengan sangat hati-hati dan prudent, dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas internal, dinamika pasar, serta arah kebijakan moneter yang berlaku,” jelas pria yang akrab disapa Ossy itu.

Selain itu, Bank Mandiri akan terus mengoptimalkan solusi digital perbankan. Ini mencakup platform seperti Livin’ by Mandiri untuk nasabah ritel, Kopra by Mandiri untuk nasabah wholesale, serta Livin’ Merchant yang dirancang khusus bagi pelaku UMKM. Inisiatif ini diharapkan dapat memperluas akses layanan keuangan, sekaligus memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi nasional secara inklusif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *