AKRA: Ekonomi Tumbuh, Saatnya Beli Saham AKR Corporindo?

JAKARTAPT AKR Corporindo Tbk (AKRA) berhasil menunjukkan kinerja keuangan yang solid hingga kuartal III – 2025, memicu optimisme analis terhadap prospek saham perusahaan ke depan. Meskipun ada sedikit perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, para ahli memproyeksikan peningkatan permintaan pada segmen bahan bakar industri dan bahan kimia dasar akan menjadi katalis utama bagi AKRA.

Pada periode sembilan bulan pertama tahun 2025, yaitu Januari hingga September, AKRA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 32,40 triliun, tumbuh signifikan 13,2% secara tahunan (year on year/yoy). Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan juga melonjak 12,3% menjadi Rp 1,65 triliun. Capaian ini menegaskan resiliensi kinerja AKRA di tengah dinamika pasar.

Meskipun secara kumulatif kinerja AKRA terbilang positif, ada beberapa catatan operasional pada kuartal III – 2025. Volume penjualan bensin tercatat sedikit menurun 1,6% secara kuartalan (quarter on quarter/QoQ), dan margin juga terkoreksi tajam 11,6% QoQ. Selain itu, tidak ada penjualan lahan yang terealisasi pada kuartal tersebut. Namun, sisi positifnya, volume penjualan bahan kimia justru mengalami pemulihan kuat, naik 20,7% QoQ, menjadi penopang kinerja operasional di periode tersebut. Secara year-on-year hingga September 2025, volume penjualan bensin naik 4,6%, margin per liter melonjak 25,2%, dan volume penjualan bahan kimia tumbuh 4,2%, meskipun penjualan lahan turun 31,7%.

Analis Maybank Sekuritas, Hasan Barakwan, dalam risetnya pada 29 Oktober 2025, menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi dan harga komoditas yang lebih tinggi berpotensi besar meningkatkan permintaan bahan bakar industri dan bahan kimia dasar. Hal ini menjadi angin segar bagi AKRA, mengingat Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,04% yoy pada kuartal III – 2025, meskipun sedikit melambat dari 5,12% yoy pada kuartal sebelumnya.

Prospek AKRA juga diperkuat dengan estimasi peningkatan pendapatan utilitas mulai kuartal IV – 2025, seperti yang disoroti oleh Ryan Winipta, Analis Indo Premier Sekuritas. Kenaikan ini didorong oleh kontribusi dari perusahaan seperti Xinyi Glass & Xinyi Solar, Golden Elephant, dan entitas lainnya. Kendati demikian, pendapatan utilitas dari Freeport diperkirakan akan tetap moderat akibat insiden di tambang Grasberg. Ryan optimis bahwa ekspektasi pasar terhadap AKRA saat ini cukup rendah, sehingga setiap kenaikan dalam penjualan lahan akan menjadi katalis positif yang signifikan.

Terkait segmen penjualan lahan, AKRA memiliki potensi serah terima lahan seluas 40 hingga 60 hektar (ha) pada kuartal IV – 2025. Angka ini sejalan dengan panduan perusahaan untuk tahun 2025 yang menargetkan 81-110 ha. Analis MNC Sekuritas, Christian Sitorus, merinci bahwa transaksi penjualan lahan diproyeksikan akan berlangsung bertahap: 25 ha pada November 2025, 20 ha pada Desember 2025, dan 20 ha pada Januari 2026, diikuti oleh tambahan sekitar 60 ha pada kuartal II – 2026.

Penjualan lahan ini tidak hanya akan berkontribusi pada pendapatan, tetapi juga akan memperkuat posisi Java Integrated Industrial & Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur. Christian Sitorus memprediksi bahwa langkah ini akan meningkatkan pemanfaatan lahan dan menarik investasi lebih lanjut dari sektor manufaktur dan logistik, menjadikan JIIPE sebagai pusat industri utama yang semakin strategis.

Selain itu, Christian Sitorus memperkirakan segmen Trading & Distribution (T&D) AKRA akan menunjukkan kinerja yang lebih kuat pada kuartal IV – 2025. Hal ini didukung oleh faktor musiman, di mana aktivitas produksi pelanggan industri cenderung meningkat untuk memenuhi target akhir tahun dan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB). Volume distribusi bahan bakar dan energi juga diproyeksikan naik seiring dengan aktivitas transportasi dan logistik yang lebih tinggi, berpotensi mendongkrak Harga Jual Rata-Rata (HJR) dan margin.

Stabilitas segmen distribusi bahan bakar semakin terjamin menyusul kesepakatan AKRA dengan pemerintah mengenai kuota impor hingga akhir tahun anggaran 2025, memastikan pasokan yang stabil untuk SPBU BP-AKR. Pengiriman pertama diperkirakan tiba pada akhir Oktober 2025, dengan distribusi yang akan segera menyusul. Aktivitas impor diproyeksikan akan kembali normal pada tahun anggaran 2026, dengan dampak minimal pada segmen bisnis lainnya.

Meskipun prospek terlihat cerah, Hasan Barakwan juga mengingatkan akan potensi tantangan yang harus diwaspadai. Antara lain, perlambatan pertumbuhan ekonomi dan penurunan harga komoditas dapat mengurangi permintaan bahan bakar pertambangan. Aktivitas manufaktur yang lesu berpotensi menurunkan permintaan bahan kimia dasar. Lebih lanjut, perang dagang atau gangguan pasokan global dapat memengaruhi ketersediaan, sementara persaingan ketat dari pemain asing, khususnya dari Tiongkok, dapat menekan profitabilitas AKRA.

Berdasarkan analisis tersebut, Hasan Barakwan memproyeksikan pendapatan AKRA pada tahun 2025 mencapai Rp 31,66 triliun dengan laba bersih Rp 2,42 triliun. Sebagai perbandingan, pada tahun 2024, AKRA membukukan pendapatan sebesar Rp 38,73 triliun dan laba bersih Rp 2,22 triliun. Sejalan dengan optimisme ini, ketiga analis – Hasan Barakwan, Ryan Winipta, dan Christian Sitorus – secara kompak merekomendasikan buy saham AKRA. Mereka menetapkan target harga masing-masing Rp 1.850 per saham, Rp 1.480 per saham, dan Rp 1.450 per saham, menggarisbawahi potensi pertumbuhan PT AKR Corporindo Tbk di masa mendatang.

Ringkasan

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) menunjukkan kinerja keuangan yang solid di kuartal III-2025, dengan pendapatan Rp 32,40 triliun dan laba bersih Rp 1,65 triliun. Analis optimis terhadap prospek saham AKRA, didorong oleh potensi peningkatan permintaan bahan bakar industri dan bahan kimia dasar seiring pertumbuhan ekonomi. Penjualan lahan di JIIPE juga diharapkan berkontribusi positif pada pendapatan perusahaan.

Beberapa analis merekomendasikan *buy* saham AKRA, dengan target harga bervariasi antara Rp 1.450 hingga Rp 1.850 per saham. Meskipun ada potensi tantangan seperti perlambatan ekonomi dan persaingan, AKRA diharapkan dapat memanfaatkan peluang dari aktivitas industri yang meningkat dan kesepakatan impor bahan bakar yang stabil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *