Shoesmart.co.id JAKARTA. Pemerintah Indonesia tetap optimistis, meyakini gejolak pasar domestik akan bersifat temporer berkat fundamental ekonomi nasional yang dinilai tangguh. Keyakinan ini muncul di tengah penutupan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah 1,21% menjadi 7.736,06 pada akhir perdagangan Senin (1/9/2025).
Pada sesi perdagangan intraday Senin (1/9/2025), IHSG sempat menyentuh titik terendah 7.547,56, mencatat penurunan 3,61% pada pukul 09:01 WIB. Meskipun sempat menguat ke posisi 7.783,41, tekanan jual tetap mendominasi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers Senin (1/9/2025), menjelaskan bahwa dinamika pasar modal sangat dipengaruhi oleh dua pilar penting: fundamental ekonomi dan sentimen pasar. “Ingin ditegaskan secara fundamental, Indonesia punya ketahanan yang solid,” tegasnya, menyoroti kekuatan ekonomi domestik.
Ketahanan ini tercermin dari cadangan devisa yang memadai, mencapai US$ 152 miliar pada Juli 2025. Selain itu, sistem perbankan Indonesia juga berada dalam kondisi sehat, didukung oleh koordinasi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil yang sinergis. “Dengan fundamental yang solid ini, dampak volatilitas jangka pendek tidak akan mengubah trajectory ekonomi Indonesia yang positif,” imbuh Airlangga, memberikan jaminan kepada investor.
Awal Pekan Kelabu, IHSG Rontok di Pembukaan Perdagangan
Optimisme pemerintah diperkuat oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,12% YoY pada kuartal II-2025. Indeks Manufaktur Indonesia atau Purchasing Managers Index (PMI) juga kembali menembus level 50 pada Agustus 2025, menandakan ekspansi sektor manufaktur yang berlanjut.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek Indonesia, Irvan Susandy, menambahkan bahwa meskipun aksi jual bersih (net sell) masih signifikan, fundamental pasar modal Tanah Air tetap terjaga dengan baik. Kepercayaan global terhadap pasar modal Indonesia juga meningkat, salah satunya dengan masuknya emiten seperti PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) ke dalam indeks global MSCI. “Secara fundamental Indonesia masih bagus, dan juga saat sekarang indeks pasar modal juga sudah MSCI rebalance weight Indonesia naik,” ungkap Irvan usai konferensi pers. Ia menegaskan bahwa capaian ini merupakan bentuk kepercayaan global, namun pihaknya tetap akan memantau dinamika keamanan domestik.
IHSG Melorot 1,21% ke 7.736 pada Senin (1/9/2025), ARTO, KLBF, MAPA Top Losers LQ45
Meski demikian, dalam konferensi pers tersebut, baik Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maupun Bursa Efek Indonesia (BEI) belum mengumumkan langkah konkret berupa stimulus atau kebijakan yang dapat menenangkan pasar modal secara langsung.
Menyikapi kondisi pasar, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengimbau investor untuk tetap bijak dan tidak terburu-buru mengambil keputusan berdasarkan rumor atau isu yang beredar di media sosial. “Dalam kondisi seperti sekarang, saya mengimbau para investor untuk benar-benar bijak. Jangan mengambil keputusan berdasarkan rumor, tapi gunakan data dan fakta yang valid,” tegasnya.
Di sisi lain, seorang pelaku pasar yang enggan disebutkan namanya, mengapresiasi upaya pemerintah dan otoritas bursa dalam melakukan persuasi demi kebaikan pasar modal. Namun, ia menilai langkah persuasif ini belum cukup untuk menunjukkan keseriusan pemerintah dalam meningkatkan efisiensi ekonomi negara dan daya beli masyarakat. “Namun langkah ini belum cukup untuk menunjukkan pemerintah serius dalam melakukan efisiensi dan memajukan ekonomi negara ini dan meningkatkan daya beli masyarakat,” jelasnya kepada Kontan.
Strategi Untuk Investor
Direktur Phintraco Sekuritas, Ferawati, mengakui bahwa pasar saham Indonesia saat ini memang berada dalam tren bearish, dipengaruhi oleh kombinasi faktor eksternal dan domestik, termasuk ketidakpastian sosial-politik yang memicu aksi jual besar-besaran atau panic selling. Meskipun demikian, ia menekankan bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap terjaga.
Fera memperkirakan volatilitas IHSG akan tetap tinggi dalam jangka pendek, membuat sebagian investor bersikap wait and see. Pemulihan dalam jangka pendek sangat bergantung pada seberapa cepat isu sosial politik di dalam negeri dapat diredam dan stabilitas kembali tercipta. Oleh karena itu, di tengah fluktuasi pasar modal akibat eskalasi unjuk rasa dan kekhawatiran investor, Fera menyarankan strategi yang fokus pada fundamental emiten.
Investor disarankan untuk memilih emiten dengan kinerja keuangan yang solid, terutama dari sektor defensif seperti consumer staples, telekomunikasi, dan utilitas, atau yang memiliki prospek pertumbuhan jangka panjang. Selain itu, Ferawati menyarankan untuk melakukan diversifikasi portofolio ke instrumen berisiko rendah seperti Surat Berharga Negara (SBN) dan emas, guna mengendalikan volatilitas total portofolio. Strategi akumulasi bertahap atau dollar-cost averaging juga dapat diterapkan. “Saat pasar fluktuatif, disiplin membeli emiten dengan fundamental baik secara berkala dapat mengurangi risiko salah timing,” tuturnya.
Pasar Saham Beroperasi Normal (1/9), Analis Peringatkan Kemungkinan Panic Selling
Fera juga menekankan pentingnya untuk tetap rasional dan menghindari panic selling, mengingat tekanan pasar lebih banyak bersumber dari sentimen jangka pendek, sementara fundamental ekonomi dan sejumlah emiten masih solid. Keempat, investor harus memperhatikan likuiditas pribadi untuk memastikan proporsi investasi sesuai dengan profil risiko dan kebutuhan dana jangka pendek tetap aman.
Menurutnya, meskipun saat ini investor melihat sisi volatilitas, dalam jangka panjang, fase koreksi justru seringkali menjadi kesempatan untuk masuk ke emiten-emiten berkualitas dengan harga yang lebih murah. Ia memberikan petunjuk tentang pilihan sektor atau saham yang bisa dipantau. “Tetapi untuk akumulasi beli, sebaiknya investor untuk menunggu konfirmasi technical rebound. Tetap perhatikan closing price dan volume, agar tidak terjebak dengan false rebound,” pungkasnya, mengingatkan investor untuk tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan.