Shoesmart.co.id JAKARTA. Emiten sektor ritel yang merupakan bagian dari grup Salim, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), telah melaporkan performa keuangan yang impresif, baik dari sisi laba bersih maupun pendapatan, sepanjang semester I-2025.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan per semester I-2025, DNET berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 540,65 miliar. Angka ini mencerminkan kenaikan sebesar 21,52% secara year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp 44,89 miliar. Seiring dengan peningkatan laba, laba per saham dasar perusahaan turut mengalami kenaikan signifikan, menjadi Rp 38,12 dari sebelumnya Rp 31,37.
Dari sisi pendapatan atau top line, DNET juga mencatatkan pertumbuhan yang solid. Pendapatan dari kontrak dengan pelanggan melonjak 14,94% menjadi Rp 801,37 miliar, dibandingkan dengan Rp 697,15 miliar pada periode sebelumnya. Secara lebih rinci, kontribusi pendapatan dari segmen korporasi mencapai Rp 455,45 miliar, naik dari Rp 412,43 miliar. Sementara itu, segmen ritel menunjukkan performa yang lebih kuat dengan pendapatan Rp 304,73 miliar, meningkat pesat dari Rp 239,56 miliar. Namun, pendapatan lain-lain tercatat sedikit menurun menjadi Rp 41,18 miliar dari Rp 45,15 miliar.
Selain pendapatan operasional, kontribusi laba dari entitas asosiasi dan ventura bersama juga menjadi pendorong utama kinerja DNET. Pada semester I-2025, kontribusi ini mencapai Rp 444,37 miliar, meningkat dari Rp 339,29 miliar. PT Indomarco Prismatama (Indomaret) menjadi penyumbang terbesar dengan Rp 479,99 miliar, diikuti oleh PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) yang menyumbang Rp 18,5 miliar. Namun, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) atau KFC masih membukukan kerugian sebesar Rp 50,36 miliar. Di sisi lain, PT Jaringan Mega Sedayu memberikan kontribusi Rp 1,26 miliar, sementara PT Teknologi Mega Sedayu justru mencatatkan kerugian Rp 15 juta.
Melihat kondisi neraca keuangan, DNET berhasil meningkatkan total asetnya menjadi Rp 21,88 triliun per Juni 2025, dari Rp 21,35 triliun pada akhir Desember 2024. Perusahaan juga berhasil menekan total liabilitasnya menjadi Rp 7,09 triliun per semester I-2025, turun dari Rp 7,12 triliun di akhir Desember 2024. Hasilnya, ekuitas perusahaan menguat menjadi Rp 14,79 triliun per Juni 2025, dibandingkan Rp 14,23 triliun di akhir tahun 2024. Meskipun demikian, saldo kas dan setara kas akhir periode tercatat sedikit menurun menjadi Rp 1,21 triliun per Juni 2025, dari Rp 1,28 triliun sebelumnya.
Menurut Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, kinerja positif DNET di semester I-2025 didukung oleh peningkatan pendapatan dari segmen korporasi dan ritel. Ia mencatat bahwa pendapatan korporasi mencapai Rp 455,45 miliar atau naik 0,4%, sementara segmen ritel melonjak signifikan 27,2% menjadi Rp 304,73 miliar. Ekky juga menggarisbawahi kontribusi laba yang substantial dari entitas asosiasi, terutama sebesar Rp 474,99 miliar dari Indomaret dan tambahan Rp 18,50 miliar dari Sari Roti, meskipun segmen FAST (KFC) masih mencatatkan kerugian. “Untuk prospek bisnis saat ini masih berkembang, namun valuasi sangat tinggi dan likuiditas saham juga sangat rendah dengan rata-rata transaksi di bawah Rp 500 juta per hari,” ujar Ekky kepada Kontan pada Selasa (5/8), yang membuatnya belum merekomendasikan saham DNET untuk saat ini.
Berbeda dengan pandangan tersebut, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi, menilai prospek saham DNET masih cukup menjanjikan hingga akhir 2025. Optimisme ini, menurut Wafi, didukung oleh pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang tetap positif pada kuartal II-2025 serta kondisi makroekonomi yang relatif stabil. “Kendati demikian, terdapat risiko penurunan kontribusi dari anak perusahaannya,” kata Wafi kepada Kontan pada tanggal yang sama. Berdasarkan analisisnya, Wafi merekomendasikan untuk mempertahankan saham DNET dengan target harga di level Rp 8.000 per saham.
Ringkasan
PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) mencatatkan laba bersih Rp 540,65 miliar pada semester I-2025, meningkat 21,52% year-on-year. Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan dari segmen korporasi dan ritel, serta kontribusi laba dari entitas asosiasi seperti Indomaret dan Sari Roti. Total aset perusahaan juga meningkat menjadi Rp 21,88 triliun.
Analis memiliki pandangan berbeda terkait prospek saham DNET. Satu analis belum merekomendasikan saham DNET karena valuasi tinggi dan likuiditas rendah. Namun, analis lain merekomendasikan untuk mempertahankan saham DNET dengan target harga Rp 8.000, didukung oleh pertumbuhan PDB Indonesia dan stabilitas makroekonomi, meskipun terdapat risiko penurunan kontribusi dari anak perusahaan.