KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Proyeksi kinerja gemilang menanti PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) pada tahun 2026, didorong oleh serangkaian sentimen positif yang siap mengangkat performa emiten rokok terkemuka ini.
Menurut analisis Research Analyst MNC Sekuritas, Catherine Florencia, laba bersih HMSP diperkirakan akan melonjak signifikan. Proyeksi menunjukkan peningkatan sekitar 41% menjadi Rp 8,07 triliun pada tahun 2026, jauh melampaui estimasi laba bersih tahun 2025 yang sebesar Rp 5,71 triliun. Tak hanya itu, pendapatan HMSP juga diprediksi akan menguat menjadi Rp 122,11 triliun di tahun yang sama, naik dari estimasi Rp 117,32 triliun pada tahun 2025.
Catherine menjelaskan bahwa pertumbuhan laba bersih HMSP yang impresif ini ditopang oleh beberapa pilar utama. Selain pembekuan tarif cukai dan upaya pemberantasan rokok ilegal yang semakin gencar, stimulus fiskal dari Kementerian Keuangan yang pro-industri dan konsumsi juga turut berperan. Ia menambahkan, program-program populis pemerintah diharapkan mampu membangkitkan sentimen ekonomi secara luas dan mengembalikan daya beli masyarakat. Hal ini menjadi katalis utama bagi kebangkitan volume penjualan HMSP yang berkelanjutan di tahun-tahun mendatang.
Tak Ada Kenaikan Tarif Cukai Rokok di 2026, Ini Emiten yang Bakal Diuntungkan
Lebih jauh, Catherine memaparkan bahwa sinergi antara pembatalan kenaikan cukai tembakau di tahun 2026 dan penegakan hukum yang lebih ketat terhadap peredaran rokok ilegal berpotensi mengalihkan kembali preferensi konsumen kepada produsen legal seperti HMSP. Kondisi ini akan mempersempit jurang harga dengan harga jual eceran (HJE) produk ilegal, sekaligus mengurangi ketergantungan pada strategi promosi implisit.
Senada dengan pandangan tersebut, Fundamental Analyst BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand, juga meyakini bahwa prospek kinerja HMSP akan membaik secara signifikan pada tahun 2026. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menahan kenaikan harga jual eceran (HJE) dan cukai hasil tembakau (CHT), menjadikannya pendorong utama pemulihan.
Menurut Abida, kebijakan ini akan menjadi katalis utama bagi pemulihan margin laba dan volume penjualan yang sempat mengalami tekanan dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, penegakan hukum yang lebih tegas terhadap peredaran rokok ilegal turut berpotensi besar untuk mengalihkan kembali permintaan ke produsen resmi seperti HMSP. Langkah ini tidak hanya akan mempersempit selisih harga dengan produk ilegal, tetapi juga secara fundamental memperkuat posisi kompetitif HMSP di pasar rokok domestik. Abida menambahkan, dengan dukungan struktur biaya yang lebih efisien dan stabilitas regulasi yang terjaga, tahun 2026 diproyeksikan menjadi fase pemulihan berkelanjutan, tidak hanya dari segi volume penjualan namun juga dari sisi profitabilitas yang lebih solid.
Berangkat dari prospek pemulihan laba dan stabilitas kebijakan fiskal yang positif, Abida Massi Armand merekomendasikan hold untuk saham HMSP dengan target harga Rp 850 per saham. Sementara itu, MNC Sekuritas lebih optimis dengan merekomendasikan buy untuk saham HMSP, juga dengan target harga yang sama, yakni Rp 850 per saham. Rekomendasi ini mencerminkan valuasi PE 17,3 kali dan PBV 3,7 kali untuk tahun 2025, serta valuasi yang lebih menarik pada tahun 2026 dengan PE 12,2 kali dan PBV 3,4 kali.
Namun demikian, di tengah optimisme tersebut, Catherine Florencia turut mengingatkan akan sejumlah potensi risiko yang dapat menekan kinerja HMSP. Faktor-faktor tersebut meliputi potensi lemahnya daya beli masyarakat dalam jangka panjang, penegakan hukum terhadap rokok ilegal yang mungkin belum konsisten, kemungkinan penerapan kebijakan cukai tembakau yang lebih ketat dari perkiraan, serta intensitas persaingan harga yang semakin meningkat di pasar rokok.
HMSP Chart by TradingView