Harga Komoditas Logam Menguat, Ini Sentimennya

Shoesmart.co.id, JAKARTA – Pasar komoditas logam menunjukkan tren penguatan signifikan, didorong oleh antisipasi penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat dalam sisa tahun ini. Kondisi ini telah memicu pergerakan harga yang menarik di pasar global, menarik perhatian para investor.

Mengacu data terbaru dari Tradingeconomics pada Jumat (3/10) pukul 18.08, harga emas berhasil melonjak 0,22% secara harian dan menguat impresif 8,96% secara bulanan, mencapai level US$ 3.865,27 per ons troi. Tidak hanya emas, harga perak juga menorehkan kenaikan signifikan, yakni 1,26% secara harian dan melonjak tajam 17% secara bulanan hingga menyentuh US$ 47,584 per ons troi. Sementara itu, harga tembaga turut terkerek naik 0,88% dalam sehari dan mencatatkan kenaikan fantastis 9,97% secara bulanan, bertengger di US$ 4,9517 per pon.

Harga Komoditas Logam Meroket dalam Sebulan, Begini Prospeknya Hingga Akhir Tahun

Kenaikan harga yang solid ini tak luput dari perhatian para ahli. Wahyu Laksono, Founder Traderindocom sekaligus Pengamat Komoditas, mengamati bahwa penguatan harga komoditas logam secara menyeluruh adalah buah dari pelonggaran moneter yang berujung pada pelemahan dolar AS. Kondisi ini secara tradisional menguntungkan komoditas yang diperdagangkan dalam dolar AS, sebab daya beli terhadap aset tersebut menjadi lebih tinggi.

Lebih lanjut, Wahyu menjelaskan bahwa emas dan perak memiliki peran krusial sebagai aset safe haven. Dalam situasi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global, investor cenderung mengalihkan dananya ke aset-aset ini sebagai strategi lindung nilai untuk menjaga stabilitas nilai kekayaan mereka. Status ganda ini menjadikan logam mulia semakin diminati di tengah gejolak pasar.

Di sisi lain, melonjaknya harga tembaga memiliki dinamika yang berbeda, sangat erat kaitannya dengan peningkatan permintaan dari sektor industri. Tembaga merupakan bahan baku vital dalam beragam industri, mulai dari konstruksi, manufaktur, hingga yang paling menonjol saat ini adalah sektor energi bersih (EBT). Peningkatan permintaan yang signifikan untuk komponen kendaraan listrik (EV), infrastruktur EBT seperti panel surya, dan jaringan listrik modern menjadi motor penggerak utama di balik lonjakan harga tembaga.

Melihat kondisi pasar terkini dan proyeksi ke depan, Wahyu Laksono menegaskan bahwa prospek komoditas logam masih sangat menjanjikan. Untuk emas, ia memprediksi perannya sebagai aset lindung nilai akan terus menonjol selama ketidakpastian ekonomi dan geopolitik masih menjadi sorotan utama pasar, menjadikannya pilihan stabil bagi investor.

Sementara itu, perak disebut memiliki prospek yang sangat menarik berkat karakteristik gandanya. Selain berfungsi sebagai aset safe haven layaknya emas, perak juga ditopang oleh permintaan industri yang kuat, khususnya dalam produksi panel surya dan komponen elektronik. Dorongan global terhadap pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) akan menjadi katalisator bagi peningkatan permintaan perak dari sektor industri di masa mendatang.

Prospek tembaga bahkan dinilai sangat cerah dalam jangka panjang. Wahyu menjuluki tembaga sebagai “barometer kesehatan ekonomi global dan raja dari transisi energi,” menggambarkan betapa pentingnya logam ini dalam lanskap ekonomi dan energi masa depan. Ia juga memperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan global dalam beberapa tahun mendatang, didorong oleh lonjakan permintaan yang tak terbendung dari sektor energi bersih, pembangunan infrastruktur, dan manufaktur. Kondisi ini secara inheren akan menciptakan potensi kenaikan harga tembaga yang sangat signifikan.

Menyimpulkan pandangannya, Wahyu Laksono memproyeksikan bahwa hingga akhir tahun ini, harga emas berpotensi menembus kisaran US$ 3.900-US$4.000 per ons troi. Adapun, harga perak diestimasikan akan bergerak dalam rentang yang menarik, yakni US$ 45-US$50 per ons troi, menandakan optimisme berkelanjutan di pasar logam mulia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *