PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) menghadapi tantangan serius pada paruh pertama tahun 2025, mencatat penurunan kinerja keuangan yang signifikan. Tekanan ini tercermin dalam berbagai indikator finansial perusahaan.
Berdasarkan laporan keuangan terbaru yang dirilis di Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan usaha AADI tergerus 9,77% secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini merosot menjadi US$ 2,40 miliar dari US$ 2,66 miliar yang dicatatkan pada periode yang sama tahun sebelumnya, semester I-2024.
Pelemahan pendapatan ini terutama disebabkan oleh merosotnya penjualan batubara AADI ke pasar ekspor. Kontribusi ekspor, yang masih menjadi penopang utama pendapatan perusahaan, anjlok 11,84% yoy menjadi US$ 1,86 miliar, dari sebelumnya US$ 2,11 miliar di semester I-2024.
Di sisi pengeluaran, AADI juga berhasil menekan beban pokok pendapatan. Beban ini turun 9,57% yoy menjadi US$ 1,70 miliar. Sejalan dengan itu, beban usaha perusahaan juga menyusut 15,18% yoy, dari US$ 134,68 juta menjadi US$ 114,24 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Meskipun beban operasional menurun, efisiensi ini belum mampu sepenuhnya meredam tekanan terhadap profitabilitas. Laba usaha AADI justru semakin tertekan, mencatat penurunan tajam sebesar 35,51% yoy menjadi US$ 609,02 juta, jauh di bawah US$ 944,33 juta yang diraih pada semester I-2024.
Dampak paling signifikan terlihat pada laba bersih. AADI membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hanya sebesar US$ 428,68 juta. Angka ini mencerminkan penurunan anjlok hingga 50,09% yoy dibandingkan US$ 858,92 juta yang dicatat pada periode yang sama setahun sebelumnya, menjadi indikasi tantangan berat yang dihadapi perusahaan.
Lebih lanjut mengenai neraca keuangan, total aset AADI per akhir Juni 2025 tercatat sebesar US$ 6,09 miliar. Angka ini menunjukkan penurunan 1,67% dibandingkan posisi akhir tahun 2024 yang senilai US$ 5,99 miliar.
Ringkasan
Laba bersih PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) anjlok 50,09% secara tahunan (yoy) pada semester I-2025 menjadi US$ 428,68 juta, dibandingkan US$ 858,92 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh merosotnya penjualan batubara ekspor sebesar 11,84% yoy, meski beban pokok pendapatan dan beban usaha juga menurun. Pendapatan usaha secara keseluruhan juga turun 9,77% yoy menjadi US$ 2,40 miliar.
Meskipun AADI berhasil menekan beban operasional, hal ini tidak cukup untuk mengimbangi penurunan pendapatan. Laba usaha juga tertekan, turun 35,51% yoy menjadi US$ 609,02 juta. Total aset AADI per Juni 2025 tercatat sebesar US$ 6,09 miliar, sedikit menurun 1,67% dibandingkan akhir tahun 2024.