Shoesmart.co.id JAKARTA. Bursa saham Amerika Serikat menunjukkan kinerja yang lesu pada pembukaan pasar Kamis (4/9), setelah serangkaian laporan ketenagakerjaan swasta merilis data yang lebih lemah dari perkiraan. Kondisi ini memperkuat harapan pasar akan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) dalam waktu dekat.
Data ADP Employment Report mencatat penambahan tenaga kerja swasta pada bulan Agustus yang jauh di bawah ekspektasi, sementara klaim pengangguran mingguan juga tercatat lebih tinggi dari proyeksi. Indikator-indikator ini secara kolektif mengindikasikan pelemahan yang nyata dalam pasar tenaga kerja AS, sebuah faktor kunci yang diyakini akan mendorong The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Tetap Tinggi
Meskipun pasar saham cenderung melemah, ekspektasi pemangkasan suku bunga justru tetap berada pada level tinggi. Berdasarkan CME FedWatch Tool, peluang pemotongan suku bunga pada September tetap stabil di atas 97%, dengan skenario penurunan sebesar 25 basis poin telah banyak diperhitungkan oleh para investor. Ekspektasi ini semakin diperkuat oleh data payrolls Juli yang suram, komentar bernada dovish dari Ketua The Fed Jerome Powell, serta melemahnya data lowongan pekerjaan pada bulan yang sama.
Fokus investor kini beralih pada data nonfarm payrolls yang akan dirilis pada hari Jumat, sebagai indikator krusial yang diharapkan dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter The Fed. “Kami memang mendapatkan data ADP yang lebih lemah, namun ini belum cukup untuk menunjukkan perlambatan yang signifikan atau perubahan arah kebijakan pelonggaran The Fed. Pasar masih sangat berharap ada pelemahan yang cukup kuat untuk mendukung alasan pemangkasan suku bunga,” kata Eric Teal, Chief Investment Officer di Comerica Wealth Management, menggarisbawahi sentimen pasar yang dominan.
Sektor Jasa AS Menguat, Kontras dengan Data Ketenagakerjaan
Di tengah narasi pelemahan pasar tenaga kerja, laporan dari Institute for Supply Management (ISM) justru menunjukkan gambaran yang berbeda. Aktivitas di sektor jasa AS terpantau meningkat pada bulan Agustus, memberikan sinyal bahwa perekonomian masih relatif tangguh dan memiliki daya tahan.
Namun, beberapa saham individu mengalami gejolak. Saham Salesforce (CRM) anjlok 8% setelah memproyeksikan pendapatan kuartal III di bawah ekspektasi Wall Street. Penurunan ini memicu kekhawatiran mengenai kemampuan perusahaan untuk memonetisasi platform agen AI miliknya, sekaligus menekan indeks Dow Jones. Sementara itu, saham-saham teknologi lainnya justru bergerak positif. Amazon naik 3,2%, dan Meta Platforms menguat 1,8%, memberikan dukungan signifikan bagi sektor-sektor consumer discretionary dan communication services.
Pergerakan Indeks Utama Pasar
Pada pukul 10.11 pagi waktu New York, indeks utama mencatatkan kinerja sebagai berikut:
- Dow Jones Industrial Average turun 48,34 poin (-0,11%) ke 45.225,17.
- S&P 500 naik 2,48 poin (+0,04%) ke 6.450,97.
- Nasdaq Composite melemah 0,92 poin (-0,01%) ke 21.499,30.
Selain data ekonomi, investor juga memantau sidang konfirmasi Senat untuk calon anggota dewan The Fed, Stephen Miran, yang dinominasikan oleh Presiden Donald Trump. Pidato dari pejabat The Fed, John Williams dan Austan Goolsbee, juga menjadi sorotan tajam karena pandangan mereka mengenai kondisi pasar tenaga kerja dan potensi arah pemangkasan suku bunga ke depan.
Saham Individual Menonjol di Tengah Gejolak Pasar
Beberapa saham menunjukkan pergerakan dramatis:
- American Eagle Outfitters (AEO) melonjak sekitar 30%, berpotensi mencatat kenaikan harian terbesar setelah memproyeksikan penjualan kuartal III di atas perkiraan.
- Sebaliknya, Figma (FIG) anjlok 18% setelah laporan kuartalan pertamanya sebagai perusahaan publik mengecewakan investor.
- Alphabet (GOOGL), yang sehari sebelumnya sempat mencetak rekor tertinggi pasca-keputusan hukum yang menguntungkan, terkoreksi 1,6%.
Secara keseluruhan, jumlah saham yang menguat masih lebih banyak dibandingkan yang melemah, dengan rasio 1,49 banding 1 di NYSE dan 1,23 banding 1 di Nasdaq. Indeks S&P 500 mencatat 7 saham mencapai level tertinggi 52 minggu, sementara Nasdaq merekam 42 saham tertinggi baru dan 85 saham terendah baru, menunjukkan adanya kekuatan di segmen-segmen tertentu meskipun pasar secara keseluruhan menunjukkan kehati-hatian.