JAKARTA – Nilai tukar rupiah di pasar spot kembali menunjukkan tekanan signifikan hingga akhir perdagangan. Pada penutupan Selasa, 14 Oktober 2025, rupiah spot terpantau melemah, mengakhiri hari di posisi Rp 16.603 per dolar Amerika Serikat (AS).
Pelemahan ini menandai penurunan sebesar 0,18% jika dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya yang berada di level Rp 16.573 per dolar AS. Pergerakan rupiah yang lesu ini selaras dengan tren yang terjadi pada mayoritas mata uang di Asia, di mana banyak di antaranya turut menghadapi tekanan jual.
Hingga pukul 15.00 WIB, sejumlah mata uang di Asia mencatatkan pelemahan yang cukup dalam. Won Korea Selatan memimpin daftar dengan ambles 0,62%, disusul oleh baht Thailand yang terdepresiasi sebesar 0,46%.
Tidak hanya itu, dolar Singapura dan dolar Taiwan juga mencatatkan koreksi seragam sebesar 0,22%. Kemudian, yuan China ikut tertekan 0,15%, sementara rupee India dan ringgit Malaysia masing-masing menurun 0,13% dan 0,1% terhadap the greenback atau dolar AS.
Di tengah gelombang pelemahan mata uang Asia, beberapa di antaranya justru berhasil menunjukkan penguatan. Yen Jepang tampil sebagai yang terkuat dengan melonjak 0,19%. Disusul oleh dolar Hongkong yang menguat tipis 0,05% dan peso Filipina yang juga ditutup menguat sangat tipis 0,003% pada perdagangan hari ini.
Ringkasan
Pada 14 Oktober 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan, ditutup pada level Rp 16.603 per dolar AS. Penurunan ini sebesar 0,18% dibandingkan hari sebelumnya dan sejalan dengan tren pelemahan yang terjadi pada sebagian besar mata uang di Asia.
Mata uang lain di Asia juga mengalami pergerakan beragam, dengan won Korea Selatan dan baht Thailand mencatat pelemahan terbesar. Sementara itu, yen Jepang menjadi mata uang yang menguat paling signifikan, diikuti oleh dolar Hongkong dan peso Filipina.