Reksadana Campuran: Star Balanced Buktikan Prospektif, Return 25% YTD!

JAKARTA. Prospek reksadana campuran diperkirakan akan tetap menjadi salah satu instrumen investasi yang paling menarik sepanjang tahun ini. Hal ini didukung oleh data Infovesta Utama yang menunjukkan bahwa indeks reksadana campuran telah mencatatkan kinerja positif sebesar 2,64% hingga bulan Juli 2025, mengindikasikan momentum pertumbuhan yang solid.

Henry Buntoro, Head of Investment Star Asset Management (Star AM), menegaskan pandangan optimisnya terhadap prospek reksadana campuran pada semester II-2025. Menurut Henry, berbagai faktor fundamental menjadi pendorong utama, termasuk ekspektasi peningkatan belanja pemerintah, tren penurunan suku bunga, serta perbaikan daya beli dan konsumsi masyarakat. Selain itu, proyeksi turunnya penerbitan bersih Surat Berharga Negara (SBN) juga turut menyumbangkan sentimen positif bagi pasar.

Dalam konteks global, pelemahan nilai tukar dolar AS diyakini dapat mendorong aliran dana investasi yang lebih besar ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Kondisi ini semakin memperkuat posisi reksadana campuran sebagai pilihan strategis bagi investor yang mencari potensi pertumbuhan di tengah dinamika ekonomi terkini, seperti yang diungkapkan Henry kepada Kontan.co.id pada Rabu (27/8/2025).

Salah satu produk yang mencetak kinerja impresif adalah Star Balanced dari Star AM. Dalam pengelolaannya, Star AM menerapkan strategi alokasi aset dinamis. Pendekatan ini memungkinkan manajer investasi untuk secara fleksibel menyesuaikan bobot investasi antara saham, obligasi, dan pasar uang berdasarkan analisis peluang risk-reward masing-masing kelas aset. Saat ini, portofolio Star Balanced masih didominasi oleh saham, dengan pembagian yang seimbang antara saham berkapitalisasi besar (big cap) dan menengah (mid cap). Sementara itu, pada komponen obligasi, porsi obligasi pemerintah sedikit lebih besar dibandingkan obligasi korporasi.

Kinerja Star Balanced membuktikan efektivitas strategi tersebut. Meskipun Star AM tidak menetapkan target return yang spesifik, produk ini berhasil membukukan return year to date (YTD) sebesar 25,6% hingga 26 Agustus 2025. Angka ini melampaui jauh capaian sepanjang tahun lalu yang berada di kisaran 14,6%. Dengan pandangan positif terhadap prospek pasar saham dan obligasi hingga akhir tahun, Henry meyakini bahwa peluang kenaikan return masih sangat terbuka lebar. Berdasarkan fund fact sheet per 31 Juli 2025, komposisi portofolio Star Balanced terdiri dari saham (63,76%), surat utang negara (15,81%), obligasi korporasi (10,07%), deposito (9,77%), serta kas/setara kas (0,59%).

Senada dengan pandangan tersebut, Wawan Hendrayana, Vice President Infovesta Utama, juga menggarisbawahi prospek positif reksadana campuran tahun ini. Menurut Wawan, kebijakan penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) akan menjadi faktor kunci yang menopang kinerja pasar saham, sekaligus menciptakan sentimen kondusif di pasar obligasi. Indikasi kuat adanya potensi pemangkasan suku bunga BI sebesar 25 basis poin (bps) sekali lagi menjelang akhir tahun semakin memperkuat optimisme ini.

Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi ekonomi dan kebijakan moneter yang kondusif, Infovesta Utama memproyeksikan bahwa return reksadana campuran secara full year 2025 dapat berada di kisaran 5%–7%. Proyeksi ini menegaskan kembali daya tarik instrumen investasi ini sebagai pilihan yang menjanjikan bagi investor yang mencari kombinasi pertumbuhan dan stabilitas.

Ringkasan

Reksadana campuran diperkirakan tetap menarik di tahun 2025, didukung data positif dan ekspektasi peningkatan belanja pemerintah serta penurunan suku bunga. Pelemahan dolar AS juga berpotensi menarik dana investasi ke pasar berkembang, termasuk Indonesia, menguntungkan reksadana campuran. Star Balanced dari Star AM menunjukkan kinerja impresif dengan strategi alokasi aset dinamis.

Star Balanced mencatatkan return YTD 25,6% hingga 26 Agustus 2025, jauh melampaui capaian tahun lalu. Infovesta Utama memproyeksikan return reksadana campuran secara full year 2025 di kisaran 5%-7%, didorong kebijakan penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia. Kebijakan ini akan menopang kinerja pasar saham dan obligasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *