Shoesmart.co.id, JAKARTA — Emiten-emiten yang terafiliasi dengan taipan Happy Hapsoro menunjukkan kinerja saham yang cemerlang sepanjang tahun 2025, diiringi dengan serangkaian aksi korporasi strategis yang gencar.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) dan PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU) kompak melonjak signifikan pada perdagangan Selasa (12/8/2025). RAJA, misalnya, mencatatkan lonjakan harga saham sebesar 18,01% ke level Rp3.080 pada penutupan perdagangan hari itu. Penguatan impresif ini mengangkat saham RAJA ke zona hijau, dengan kenaikan year to date (ytd) mencapai 13,24% sejak perdagangan perdana 2025.
Sementara itu, RATU membukukan penguatan harga saham 5,34% ke level Rp7.400 per lembar pada perdagangan hari ini. Sejak debutnya di Bursa pada awal tahun ini, harga saham RATU telah melesat fenomenal hingga 543,48%. Tak hanya itu, emiten afiliasi Happy Hapsoro lainnya, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk. (BUVA), juga mencatatkan lonjakan harga saham 10% pada hari ini ke level Rp286 per lembar, dengan kenaikan ytd mencapai 393,1%.
Dua emiten lain dalam kelompok usaha ini juga menunjukkan performa ytd yang mengesankan. Emiten properti terafiliasi Happy Hapsoro, PT Sanurhasta Mitra Tbk. (MINA), mencatatkan lompatan harga saham 308,51% ytd. Senada, harga saham emiten perhotelan terafiliasi Happy Hapsoro, PT Red Planet Indonesia Tbk. (PSKT), telah melonjak 112,5% ytd, menambah daftar panjang kinerja saham yang menawan dari emiten-emiten tersebut.
Hapsoro Sukmonohadi, atau lebih dikenal sebagai Happy Hapsoro, merupakan seorang pengusaha terkemuka yang aktif di berbagai sektor, khususnya energi, properti, dan perhotelan. Beliau tercatat sebagai ultimate beneficial owner (UBO) di RAJA, RATU, BUVA, dan MINA. Selain itu, melalui PT Basis Utama Prima, Happy Hapsoro juga memiliki kendali atas 40% saham PSKT, menunjukkan dominasi dan pengaruhnya di sejumlah entitas bisnis tersebut.
Aksi Korporasi dan Kinerja Keuangan
Kecemerlangan harga saham deretan emiten terafiliasi Happy Hapsoro sepanjang tahun ini tak lepas dari ragam aksi korporasi yang mereka lancarkan. BUVA, misalnya, berencana mengakuisisi 55% saham PT Bukit Permai Properti (BPP) sebagai langkah strategis untuk memacu pengembangan properti di kawasan Uluwatu, Bali.
Direktur Utama BUVA, Satrio, dalam suratnya kepada BEI beberapa waktu lalu, mengungkapkan bahwa akuisisi mayoritas saham BPP akan memberikan kendali strategis bagi perseroan dalam pengelolaan dan pengembangan aset BPP ke depan. BPP sendiri merupakan pengembang properti dengan luas lahan sekitar 19,3 hektare yang berlokasi berdampingan dengan salah satu aset BUVA, Alila Villas Uluwatu. Oleh karena itu, rencana akuisisi ini diproyeksikan berkontribusi positif bagi perseroan melalui sinergi operasional dan peningkatan kapasitas pengembangan properti di Bali.
Pendanaan untuk akuisisi mayoritas saham BPP nantinya akan berasal dari hasil penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. BUVA berencana menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 4,8 miliar saham dengan nominal mencapai Rp50 per saham, yang berpotensi meraih dana maksimal Rp240 miliar dari aksi korporasi tersebut.
Sementara itu, emiten hilir migas Happy Hapsoro, RAJA, juga telah merancang aksi akuisisi perusahaan distribusi gas dan infrastruktur LNG. Direktur Utama RAJA, Djauhar Maulidi, menjelaskan bahwa perseroan menargetkan akuisisi dua perusahaan. Tujuan utamanya adalah memperluas cakupan bisnis, meningkatkan efisiensi distribusi energi, serta memperkuat daya saing perseroan dalam industri energi yang semakin kompetitif.
Selain itu, emiten properti terafiliasi Happy Hapsoro, MINA, telah sukses menggelar aksi korporasi berupa penambahan modal melalui skema rights issue dengan target dana sebesar Rp164,06 miliar. Dana hasil rights issue ini akan dimanfaatkan untuk membiayai operasional, termasuk pembayaran gaji, beban umum dan administrasi, biaya pengembangan IT, dan sewa kantor. Sebagian dana juga akan digunakan sebagai modal kerja pada PT Minna Padi Resorts dan PT Sanur Hasta Griya, yang akan menopang biaya operasional dan pengembangan usaha.
Di sisi lain, kinerja profitabilitas emiten terafiliasi Happy Hapsoro ini menunjukkan hasil yang beragam. RATU membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih sebesar US$7,64 juta per Juni 2025. Capaian ini tumbuh 3,43% secara tahunan dibandingkan US$7,39 juta pada semester I/2024. Namun, RAJA mencatatkan laba bersih sebesar US$11,35 juta pada semester I/2025, yang mengempis 20,57% secara tahunan dari US$14,29 juta pada paruh pertama tahun sebelumnya.
Berbeda dengan kedua emiten tersebut, MINA dan PSKT masih berkutat dengan catatan kerugian. MINA mencatatkan rugi bersih sebesar Rp1,9 miliar pada semester I/2025, sedikit menyusut dibandingkan Rp1,92 miliar pada semester I/2024. Serupa, PSKT mencatatkan rugi bersih sebesar Rp5,76 miliar pada semester I/2025, juga menunjukkan penyusutan tipis dibandingkan Rp5,77 miliar pada semester I/2024.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
Emiten-emiten yang terafiliasi dengan Happy Hapsoro menunjukkan kinerja saham yang positif sepanjang tahun 2025. Beberapa saham seperti RAJA dan RATU mengalami lonjakan harga yang signifikan, diikuti oleh BUVA, MINA dan PSKT. Kenaikan ini didukung oleh serangkaian aksi korporasi yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan.
Aksi korporasi tersebut meliputi akuisisi saham, penerbitan saham baru (rights issue) untuk pendanaan ekspansi, serta restrukturisasi operasional. Kinerja keuangan emiten bervariasi, dengan RATU mencatatkan pertumbuhan laba bersih, sementara RAJA mengalami penurunan. MINA dan PSKT masih mencatatkan kerugian, meskipun menunjukkan sedikit perbaikan dibandingkan periode sebelumnya.