
Shoesmart.co.id, JAKARTA — Pasar saham Indonesia tengah bergairah, memberikan imbal hasil (return) yang menarik bagi para investor. Geliat ini tercermin jelas dari lonjakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang baru-baru ini kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH).
Performa mengesankan IHSG ini menempatkannya sebagai indeks komposit dengan kinerja terbaik kedua di kawasan Asia Tenggara sejak awal tahun. Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, IHSG telah melesat 16,83% year-to-date (ytd), hanya sedikit di bawah indeks Vietnam VN-Index yang berhasil menanjak 32,50% ytd. Puncak pencapaian IHSG terjadi pada perdagangan Jumat (24/10/2025) ketika menyentuh level 8.351,059, meskipun kemudian ditutup sedikit melemah ke level 8.271,722, terkoreksi tipis 0,03%.
Menganalisis pergerakan dinamis IHSG ini, OCBC Sekuritas Indonesia optimis memproyeksikan indeks akan semakin bertenaga, berpotensi menembus level 9.400 pada tahun 2026. Budi Rustanto, Head of Research OCBC Sekuritas, menjelaskan bahwa target ambisius ini merupakan skenario bull case. Untuk skenario base case, IHSG diperkirakan mencapai 9.100, sementara skenario paling pesimistis atau bear case menempatkannya di level 8.200.
Budi Rustanto membeberkan beberapa katalis utama yang akan mendorong kinerja IHSG. Pertama adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan stabil di kisaran 5%–6% pada tahun depan. Selain itu, kebijakan fiskal pemerintah yang sangat suportif dan berhasil menjaga daya beli masyarakat juga akan menjadi pendorong signifikan. Daya beli yang terjaga, menurut Budi, secara langsung akan menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Katalis ketiga yang tak kalah penting adalah agresivitas investasi yang akan dilakukan oleh Danantara pada tahun 2026.
Sejalan dengan pandangan tersebut, Liza Camelia, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas, juga mengamini bahwa penguatan IHSG belakangan ini ditopang oleh kombinasi harmonis kebijakan fiskal dan moneter di dalam negeri. Salah satu pilar utamanya adalah keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga, yang memberikan stabilitas. Dari sisi fiskal, injeksi konsumsi melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT) Nataru berhasil mendorong spending ritel, memperkuat risk appetite domestik, dan memicu minat beli lokal yang tebal pada saham-saham berkapitalisasi besar (big caps).
Faktor eksternal juga turut memainkan peran penting. Rencana pertemuan antara Donald Trump dan Xi Jinping dalam waktu dekat dipercaya meredakan tensi dagang global, yang secara tidak langsung memicu minat pasar terhadap aset-aset berisiko. Hal ini tercermin dari net buy asing yang signifikan, mencapai Rp1,15 triliun pada perdagangan hari itu.
Melihat kondisi terkini, Kiwoom Sekuritas merevisi target IHSG mereka. Semula, proyeksi IHSG hingga akhir 2025 berada di kisaran 7.800–8.000. Namun, dengan optimisme yang berkembang, target tersebut kini ditingkatkan menjadi 7.950–8.150 pada akhir tahun. Meskipun IHSG telah melaju melebihi level 8.150, Liza Camelia mengingatkan beberapa potensi ketidakpastian ke depan, termasuk kinerja perusahaan pada kuartal III dan IV/2025, isu shutdown pemerintah Amerika Serikat yang belum usai, serta ekspektasi pemangkasan suku bunga lanjutan oleh The Fed di sisa tahun 2025. Liza juga menambahkan bahwa masuknya investor asing ke sektor perbankan lebih didorong oleh valuasi saham yang menarik dibandingkan fundamental kinerja saat ini, yang pembuktiannya akan terlihat di akhir tahun.
Dalam pandangan optimisnya, OCBC Sekuritas telah merumuskan sejumlah sektor dan saham pilihan (top picks) yang menarik untuk tahun depan:
- Sektor Perbankan: Dengan pertumbuhan kredit yang solid, net interest margin (NIM) yang terjaga, kualitas aset yang membaik, dan kecukupan modal yang kuat, sektor ini menjadi pilihan utama. Saham-saham unggulan di sektor perbankan meliputi BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI.
- Sektor Konsumer: Sektor ini dipilih berkat dukungan stimulus pemerintah, sifatnya yang defensif, serta prospek pertumbuhan yang berkelanjutan. Top picks untuk sektor konsumer adalah INDF, ICBP, dan KLBF.
- Sektor Ritel: Didukung oleh ekspansi yang berkelanjutan, permintaan konsumen yang resilien, dan pergeseran preferensi konsumen, sektor ritel juga menarik. Saham pilihan utama di sektor ini adalah AMRT.
- Sektor Komoditas: OCBC Sekuritas juga merekomendasikan sektor komoditas, dengan katalis berupa potensi pemangkasan suku bunga The Fed dan stimulus dari China yang akan mendongkrak permintaan komoditas. Pilihan saham di sektor ini meliputi NCKL, ANTM, dan MDKA.
- Sektor Industrial Goods: Sektor ini menonjol berkat ekspansi yang berlanjut, disertai diversifikasi ke energi berkelanjutan dan bisnis mineral. Saham pilihan di sektor ini adalah UNTR.
- Sektor Telekomunikasi dan Teknologi: Dengan kompetisi yang lebih rasional dan perbaikan Average Revenue Per User (ARPU) yang diperkirakan terjadi pada kuartal IV/2025 dan seterusnya, sektor ini juga masuk dalam daftar. Saham-saham top picks dari OCBC Sekuritas di sektor ini adalah EXCL, ISAT, dan GOTO.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Shoesmart.co.id tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.