Maju Tak Gentar, IHSG Tetap Cetak ATH Walau Ada Shutdown Pemerintah AS

Shoesmart.co.id , JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali ditutup di level all time high (ATH) baru di tengah sentimen shutdown pemerintahan Amerika Serikat.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup menguat 0,27% ke level 8.139,89 pada Senin (6/10/2025).

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan, meskipun penutupan pemerintahan AS masih terjadi, gerak indeks komposit menunjukkan tren penguatan.

“Secara teknikal, IHSG diperkirakan terjadi uptrend kembali setelah konsolidasi minor. Adapun, MA20&60 cenderung menguat, didukung kenaikan volume,” ujar Nafan, Senin (6/10/2025).

Sementara untuk sentimen domestik, para pelaku pasar akan menantikan perilisan data cadangan devisa, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), penjualan ritel, sampai data penjualan otomotif selama pekan ini. Nafan bilang, data-data tersebut akan mempengaruhi arah IHSG dalam jangka pendek. 

: Rekomendasi Saham dan Pergerakan IHSG Hari Ini, Selasa 7 Oktober 2025

Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer menilai shutdown pemerintah AS akan berdampak pada ketidakpastian baru yang bisa membuat aliran modal ke emerging market seperti Indonesia akan cenderung jadi lebih berhati-hati. 

Penutupan pemerintah AS akan menunda perilisan sejumlah data ekonomi. Miftahul mengatakan, tanpa data ekonomi AS yang rutin rilis seperti laporan tenaga kerja, produksi, konsumsi, pasar akan kehilangan sinyal-sinyal yang bisa mendorong investor asing untuk menarik dana atau memperlambat arus modalnya, terutama ke saham yang dianggap lebih berisiko. 

Miftahul menilai, beberapa sektor rentan bisa terkena dampaknya, seperti komoditas dan finansial karena sensitif dengan sentimen tersebut.

Dalam rentang 29 September 2025 hingga 3 Oktober 2025, pasar saham mencatat net sell asing sebesar Rp3,10 triliun. Kondisinya berbalik dari pekan sebelumnya saat pasar membukukan net buy asing Rp5,09 triliun.

Dalam periode tersebut, sejumlah saham sektor perbankan menorehkan net sell asing yang cukup dalam. Misalnya, saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencatat net sell Rp1,30 triliun, atau saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menorehkan net sell asing Rp2,02 triliun.

Sementara untuk emiten berbasis komoditas, saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) dalam pekan tersebut menorehkan net sell asing Rp128,17 miliar, dan saham PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) mencatat net sell asing Rp244,68 miliar.

Miftahul menjelaskan, emiten sektor komoditas terpengaruh oleh shutdown pemerintah AS karena investor akan cenderung menghindar dari risiko volatilitas harga komoditas jika arah suku bunga global tak jelas. 

“Demikian pula sektor finansial, terutama bank besar yang akan mendapat tekanan dari kekhawatiran kenaikan biaya dana atau pengetatan likuiditas global. Untuk arus modal, kami memperkirakan masih akan volatile dan mungkin sampai ada kepastian tensi,” pungkasnya.

Meskipun shutdown pemerintahan AS masih membayangi, pada perdagangan hari ini, Senin (6/10/2025) modal asing mulai kembali masuk ke pasar. Sejalan dengan IHSG yang mencapai level ATH baru, pasar mencatat net buy asing sebesar Rp2,02 triliun, memperkecil net sell asing sejak awal tahun sebesar Rp54,68 triliun.

Adaro Energy Tbk. – TradingView

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *