Berani Buka Aib Purbaya Beberkan Dugaan Suap dan Selundupan di Kemenkeu: Rp20 Juta per Kontainer

Ringkasan Berita:

  • Purbaya bongkar dugaan suap 
  • Munculnya Kanal “Lapor Pak Purbaya”
  • Tantangan dalam Verifikasi Laporan

Shoesmart.co.id Suasana Kantor Pusat Kementerian Keuangan di Jakarta berubah tegang pada Sabtu, 25 Oktober 2025. Di hadapan awak media dan jajaran pegawai, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa berdiri tegak, suaranya mantap namun sarat dengan nada keprihatinan.

Hari itu, bukan kabar gembira yang ia bawa. Melainkan rentetan laporan masyarakat yang menyoroti dugaan penyimpangan di tubuh Kementerian Keuangan lembaga yang selama ini dikenal sebagai jantung pengelolaan keuangan negara.

Dengan wajah serius, Purbaya membacakan satu per satu laporan yang masuk. 

Ada dugaan penyelundupan barang, praktik suap antar pegawai, hingga perilaku tidak pantas di lingkungan Kemenkeu.

Satu laporan bahkan menyeret kasus besar: penyelundupan kontainer berisi garmen dari Batam, disertai suap Rp20 juta per kontainer.

“Kasus kontainer berisi selundupan garmen dari Batam, dugaan suap Rp20 juta per kontainer. Nggak benar itu? Oh, ini lagi didalami, pendalaman lebih lanjut,” ujar Purbaya tegas, dikutip Senin (27/10/2025).

Lahirnya “Lapor Pak Purbaya”: Wadah Rakyat Menyuarakan Kebenaran

Dalam pernyataannya, Purbaya menegaskan bahwa seluruh laporan tersebut berasal dari kanal pengaduan yang ia buka sendiri: “Lapor Pak Purbaya.”

Kanal itu menjadi ruang bagi masyarakat untuk melaporkan berbagai dugaan pelanggaran di lingkungan Kemenkeu.

Namun, ia menegaskan dengan hati-hati, tidak semua laporan bisa dibuktikan kebenarannya.

Sebagian pengaduan harus melewati proses verifikasi panjang dan rumit agar tidak menjadi fitnah yang menyesatkan publik.

“Beberapa laporan kami telusuri dan ternyata tidak sesuai dengan fakta di lapangan,” ungkap Purbaya, seraya menegaskan pentingnya kehati-hatian dalam menindaklanjuti setiap aduan.

Salah satu laporan yang terbukti tidak benar adalah tuduhan terhadap pegawai Bea Cukai yang disebut-sebut sering nongkrong di kafe setiap hari. Setelah ditelusuri, laporan itu ternyata tidak berdasar.

Ketika Warga Takut Bicara: Kendala di Balik Layar “Lapor Pak Purbaya”

Namun, di balik semangat keterbukaan itu, Purbaya juga menghadapi tantangan tak terduga.

Ia mengakui, banyak masyarakat yang takut menjawab panggilan verifikasi dari pihaknya.

Rasa khawatir, tidak percaya, atau sekadar tidak mengenali nomor telepon resmi membuat proses penelusuran menjadi terhambat.

“Soal kelemahannya begini, rupanya ada kelemahan dari saya.

Kalau dihubungi lewat telepon, banyak yang tidak mau angkat. Saya yakin mereka takut,” ucapnya dengan nada reflektif.

Untuk itu, ia berjanji akan mengumumkan secara resmi nomor telepon verifikasi yang sah, agar masyarakat bisa merasa tenang ketika dihubungi.

“Karena mereka nggak tahu siapa yang menelepon.

Nanti saya akan umumkan, nomor mana yang resmi, supaya mereka nggak takut,” tambahnya dengan nada menenangkan.

Antara Laporan Serius dan Aduan Iseng: Realita Pahit di Tengah Perubahan

Purbaya tak menampik bahwa sebagian laporan yang masuk ternyata bermotif iseng.

Ada yang hanya ingin mencoba sistem, ada pula yang mengirimkan laporan tanpa niat tulus membantu memperbaiki layanan.

“Kesulitannya adalah verifikasi. Karena mereka takut, ya kita nggak bisa pastikan keasliannya.

Tapi sebagian juga ada yang iseng, asal lapor saja, habis itu nggak jelas,” tuturnya dengan nada getir.

Namun bagi Purbaya, semua itu adalah bagian dari proses panjang menuju pemerintahan yang bersih dan transparan.

Ia memilih untuk tetap fokus pada misi besarnya: membuka jalur komunikasi langsung antara rakyat dan negara.

Langkah Kecil, Arti Besar: Awal Reformasi Baru di Kemenkeu

“Lapor Pak Purbaya” bukan sekadar kanal pengaduan. Di tangan sang menteri, inisiatif ini menjadi simbol keberanian seorang pejabat yang tak ragu membuka pintu kritik untuk institusinya sendiri.

Di tengah segala kendala, ancaman fitnah, dan laporan palsu, Purbaya Yudhi Sadewa berdiri sebagai sosok reformis yang mencoba membangun budaya baru di birokrasi: budaya transparansi dan akuntabilitas.

Ia tahu, jalan menuju perubahan tidak mudah. Tapi dengan tekadnya, setiap laporan sekecil apa pun akan menjadi batu pijakan menuju Kementerian Keuangan yang lebih bersih, lebih terbuka, dan lebih dipercaya rakyat.

***

(TribunTrends/Jonisetiawan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *