Untung & Rugi Emiten Migas Semester I-2025: Saatnya Beli Saham Ini?

Paruh pertama tahun 2025 menjadi saksi bisu kinerja yang beragam dari emiten-emiten yang bergerak di sektor jasa penyimpanan dan distribusi minyak dan gas (migas). Di tengah dinamika pasar, beberapa pemain berhasil mencetak pertumbuhan gemilang, sementara yang lain menghadapi tantangan signifikan.

Sebagai contoh, PT Humpuss Intermoda Transportasi (HITS) berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 5,17 juta, meningkat impresif 7,96% secara tahunan (YoY) dibandingkan US$ 4,79 juta di periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan laba ini sejalan dengan lonjakan pendapatan perusahaan sebesar 7,46% YoY, dari US$ 62,46 juta menjadi US$ 67,13 juta.

Tidak ketinggalan, PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) juga melaporkan peningkatan pendapatan sebesar 3,33% YoY, mencapai US$ 127,63 juta dari sebelumnya US$ 123,51 juta. Namun, di sisi laba bersih, RAJA harus menghadapi penurunan 4,12% YoY, dari US$ 16,02 juta menjadi US$ 15,26 juta pada semester pertama 2025.

Yuni Pattinasarani, Head of Corporate Secretary RAJA, menjelaskan bahwa penurunan laba bersih tersebut terutama dipicu oleh divestasi 10% saham pada anak usaha, PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), yang telah melantai di bursa awal tahun ini. Meskipun demikian, kenaikan pendapatan RAJA berhasil ditopang oleh peningkatan volume penjualan gas, kontribusi signifikan dari operasional jaringan pipa transmisi gas di Perawang, Riau, serta pendapatan dari bisnis operation and maintenance (O&M) di Ubadari, Papua Barat.

Ke depan, Yuni menambahkan, RAJA akan memprioritaskan pengembangan sektor bisnis midstream dan downstream. Untuk sektor midstream, akuisisi beberapa perusahaan infrastruktur minyak dan gas sedang dalam tahap finalisasi dan diperkirakan rampung pada kuartal ketiga tahun ini. Sementara itu, proses due diligence untuk sektor downstream diharapkan tuntas pada akhir tahun 2025.

Untuk mendukung strategi tersebut, RAJA mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 70 juta di tahun ini. Hingga Juni 2025, serapan capex telah mencapai US$ 20 juta, atau sekitar 29% dari total alokasi. Yuni merinci bahwa dana tersebut difokuskan pada proyek pembangunan kompresor di Sengkang, Sulawesi Selatan; pembangunan pipa BBM Tanjung Batu, Samarinda; dan pengembangan pipa di wilayah Jawa Barat.

Beralih ke pemain lain, PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD) menunjukkan pembalikan kondisi dengan berhasil mengubah kerugian sebesar US$ 218.475 di tahun sebelumnya menjadi laba senilai US$ 168.929. Capaian ini patut diapresiasi, meskipun pendapatan LEAD dari kontrak pelanggan mengalami penurunan 16,10% YoY, dari US$ 22,01 juta menjadi US$ 18,46 juta.

Di antara deretan emiten ini, PT AKR Korporindo Tbk (AKRA) tampil sebagai juaranya, berhasil membukukan kenaikan laba bersih impresif sebesar 22,52% YoY, mencapai Rp 1,32 triliun, dibandingkan Rp 1,08 triliun pada tahun sebelumnya. Pendapatan AKRA dari kontrak pelanggan juga melonjak 14,88%, mencapai Rp 21,26 triliun dari Rp 18,51 triliun.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan AKRA, Suresh Vembu, mengungkapkan bahwa diversifikasi bisnis dan investasi strategis menjadi kunci utama pertumbuhan perusahaan di tengah dinamika eksternal. Segmen perdagangan dan distribusi menunjukkan kinerja yang sangat baik berkat tingginya permintaan business to business (B2B) dan ekspansi jaringan ritel bp-AKR. Suresh menambahkan, pendapatan utilitas industri di KEK JIIPE Gresik juga melonjak drastis seiring dengan peningkatan aktivitas anchor tenants, yang diperkirakan akan mencapai utilitas penuh pada akhir tahun ini.

Untuk mempertahankan momentum pertumbuhan ini, AKRA terus mengelola kinerja operasional dan risiko secara ketat sembari gencar memasarkan jasanya ke industri terkait, khususnya sektor hilirisasi. Perusahaan menganggarkan capex antara Rp 1,1 triliun hingga Rp 1,2 triliun untuk pemeliharaan dan ekspansi di segmen perdagangan, distribusi, dan kawasan industri. Hingga Semester I 2025, realisasi capex telah mencapai Rp 609 miliar. AKRA membidik pertumbuhan laba sebesar 10-17% YoY hingga akhir tahun.

Analisis dari Muhammad Wafi, Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), mengkonfirmasi bahwa kinerja emiten di sektor ini memang variatif sepanjang Semester I 2025. Ia menilai AKRA tumbuh moderat berkat kontribusi kuat dari industri bahan bakar minyak (BBM) dan kehadiran Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), kawasan industri terpadu di Manyar, Gresik, Jawa Timur. Sementara itu, HITS diuntungkan oleh kontrak jangka panjang kapal dan jasa logistik energi yang menjaga pendapatannya tetap stabil. LEAD, menurut Wafi, menunjukkan perbaikan berkat kenaikan utilisasi armada tanker dan floating storage, sedangkan RAJA menghadapi tekanan margin akibat fluktuasi harga sewa kapal dan kenaikan biaya operasional.

Wafi menambahkan, selama paruh pertama tahun ini, kinerja mereka sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan permintaan di industri energi di tengah harga komoditas yang fluktuatif. Selain itu, tarif sewa kapal dan biaya penyimpanan yang masih sensitif, serta volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, turut memengaruhi hasil akhir. Senada, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menegaskan bahwa fluktuasi harga minyak dunia sangat berpengaruh pada dinamika bisnis emiten-emiten tersebut.

Menyikapi kondisi ini, Nafan menyarankan emiten untuk melakukan efisiensi operasional dan mendiversifikasi bisnis guna menciptakan kinerja yang berkelanjutan di semester II. Wafi turut memberikan saran agar emiten memperbanyak kontrak jangka panjang, meningkatkan utilisasi aset dan efisiensi bahan bakar kapal, serta mengoptimalkan hedging kurs.

Ke depan, Wafi memperkirakan kinerja emiten di sektor ini berpotensi moncer seiring peluang kenaikan permintaan energi, proyek hilirisasi pemerintah, dan potensi kontrak baru dari perusahaan energi BUMN. Namun, sisi negatifnya, mereka masih dihadapkan pada volatilitas harga minyak dan potensi kenaikan biaya operasional. Untuk saat ini, Wafi merekomendasikan investor untuk mengincar saham AKRA dengan target harga Rp 1.500, HITS Rp 160, LEAD Rp 100, dan RAJA Rp 2.850. Sementara itu, Nafan merekomendasikan beli jangka panjang untuk saham AKRA dengan target harga Rp 1.900, dan RAJA dengan target Rp 3.380.

Ringkasan

Pada semester I 2025, emiten migas menunjukkan kinerja beragam. Beberapa emiten seperti HITS dan AKRA mencatatkan pertumbuhan laba dan pendapatan yang signifikan. Namun, emiten lain seperti RAJA menghadapi penurunan laba bersih meskipun pendapatan meningkat. Kinerja dipengaruhi oleh faktor seperti volume penjualan gas, efisiensi operasional, diversifikasi bisnis, serta dinamika harga komoditas dan nilai tukar.

Analis merekomendasikan emiten untuk melakukan efisiensi operasional dan diversifikasi bisnis. Kontrak jangka panjang, utilisasi aset, dan hedging kurs juga penting untuk meningkatkan kinerja. Saham AKRA, HITS, LEAD, dan RAJA direkomendasikan dengan target harga tertentu, didasarkan pada potensi pertumbuhan permintaan energi dan proyek hilirisasi pemerintah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *