Saham Ini Mulai Diperdagangan di Indeks FTSE, Senin (21/9), Cek Rekomendasi Analis

Shoesmart.co.id JAKARTA. Pasar modal Indonesia bersiap menyambut euforia perdagangan baru pada Senin, 22 September 2025. Tanggal tersebut menandai hari perdana bagi saham-saham yang baru saja resmi menjadi konstituen indeks Financial Times Stock Exchange (FTSE) setelah rampungnya proses rebalancing dalam edisi semi annual review September 2025.

Masuknya sejumlah saham ke dalam indeks FTSE secara historis selalu memicu gelombang optimisme di kalangan investor. Para analis pasar memperkirakan potensi peningkatan likuiditas dan dorongan kenaikan harga saham, setidaknya untuk periode awal perdagangan.

FTSE Russell, lembaga di balik indeks global bergengsi ini, telah mengumumkan daftar perubahan pada akhir Agustus lalu. Salah satu nama besar yang menarik perhatian adalah PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), yang berhasil melangkah masuk ke kategori emiten kapitalisasi besar, atau dikenal sebagai FTSE GEIS Large Cap Index. Langkah ini tentu menjadi pencapaian signifikan bagi DSSA.

Tak hanya itu, delapan emiten lain juga turut merasakan dampak positif dengan ditambahkan ke dalam kategori emiten mikro. Saham-saham tersebut meliputi PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN), PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BHIT), PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA), PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), dan PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Tbk (ULTJ). Penambahan ini diharapkan dapat meningkatkan profil dan daya tarik investasi bagi emiten-emiten tersebut.

Analis Pilarmas Sekuritas, Arinda Izzaty, menyoroti bahwa kehadiran saham-saham baru di indeks FTSE berpotensi besar menarik aliran dana asing. Terutama, dana ini akan datang dari manajer investasi global yang secara rutin menggunakan indeks FTSE sebagai patokan utama dalam menyusun portofolio mereka. “Akibatnya, ada potensi peningkatan likuiditas dan kenaikan harga saham dalam periode awal perdagangan,” jelas Arinda, Jumat (19/9).

Senada dengan Arinda, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, juga mengungkapkan pandangannya. Menurut Nafan, volume transaksi saham-saham yang kini menjadi penghuni baru indeks FTSE berpeluang besar untuk melonjak, yang pada gilirannya membuka ruang signifikan bagi kenaikan harga. Perspektif ini semakin menguatkan sentimen positif di pasar.

Meskipun demikian, para analis mengingatkan investor untuk tetap bijak. Euforia pasar yang kerap menyertai masuknya saham ke indeks besar ini biasanya hanya berlangsung singkat. Setelah fase awal akumulasi dana asing, pergerakan harga saham akan kembali sepenuhnya bergantung pada fundamental emiten itu sendiri dan sentimen yang berkembang di sektor industri masing-masing.

Penting untuk dipahami, masuknya suatu emiten ke indeks FTSE bukanlah jaminan otomatis atas kondisi fundamental perusahaan yang kuat. Indeks ini lebih menekankan aspek-aspek seperti kapitalisasi pasar, likuiditas, dan kepatuhan terhadap aturan free float, bukan semata-mata kinerja keuangan. Oleh karena itu, jika kinerja keuangan emiten menunjukkan penurunan atau beban keuangannya terlalu tinggi, tekanan jual terhadap saham tersebut justru bisa meningkat tajam. Arinda menambahkan, “Investor institusi biasanya akan melepas saham jika tidak sesuai dengan parameter fundamental jangka panjang.”

Untuk strategi investasi, Nafan Aji Gusta melihat momentum masuknya dana asing ini sebagai peluang yang bisa dimanfaatkan oleh investor dengan horizon waktu jangka pendek. “Potensi kenaikan harga saham akan menguntungkan investor yang masuk dengan strategi jangka pendek,” terangnya, Sabtu (20/9).

Di sisi lain, bagi investor yang berorientasi jangka panjang, disarankan untuk tetap selektif. Keputusan investasi sebaiknya didasarkan pada pertimbangan prospek fundamental yang solid dan analisis mendalam terhadap sektor usaha emiten. Pendekatan ini akan membantu mengidentifikasi saham-saham yang memiliki potensi pertumbuhan berkelanjutan.

Terkait rekomendasi spesifik, Nafan merekomendasikan saham MIDI dengan target harga yang menarik di level Rp480 per saham. Sementara itu, Arinda Izzaty menambahkan bahwa saham MIDI dan ULTJ juga patut dipertimbangkan secara serius, dengan target harga masing-masing Rp468 dan Rp1.350 per saham. Rekomendasi ini bisa menjadi panduan awal bagi investor dalam menyusun strategi di tengah dinamika pasar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *