NIM Perbankan Berpotensi Naik, Dampak BI Rate Baru Terasa 2–3 Bulan Lagi

JAKARTA – Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk kembali memangkas suku bunga acuan pada pekan lalu telah disambut dengan respons positif dari industri perbankan. Langkah strategis ini dinilai berpotensi kuat untuk memperkokoh rasio margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) yang menjadi salah satu indikator vital kesehatan finansial bank.

Sebagai informasi penting, BI telah menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps), membawa suku bunga acuan ke angka 4,75%. Pemangkasan ini dilakukan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada tanggal 16–17 September 2025 dan menandai kali kelima BI melakukan penurunan suku bunga sepanjang tahun berjalan. Konsistensi dalam pelonggaran kebijakan moneter ini menciptakan ekspektasi akan iklim bisnis yang lebih kondusif bagi sektor perbankan.

BI Rate Turun, NIM Perbankan Berpotensi Membaik

Secara fundamental, penurunan BI Rate secara teoritis memiliki potensi besar untuk menekan biaya dana (Cost of Fund/CoF) yang harus ditanggung oleh perbankan. Apabila CoF dapat ditekan, maka hal ini secara langsung akan berdampak positif pada peningkatan kinerja NIM, mengingat margin yang lebih lebar antara bunga pinjaman dan bunga simpanan.

Menanggapi kebijakan ini, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk, Lani Darmawan, menyatakan bahwa pemangkasan BI Rate merupakan kabar yang sangat baik bagi industri. “Kami berharap penurunan ini bisa menurunkan CoF secara bertahap, sehingga suku bunga kredit (loan rate) juga dapat ikut menyesuaikan. Panduan NIM kami tahun ini berada di kisaran 3,9%–4,2%,” ujar Lani pada Kamis (18/9/2025). Meskipun demikian, ia juga mengingatkan bahwa dampak nyata dari penurunan suku bunga terhadap CoF dan NIM baru akan terasa dalam beberapa bulan ke depan, menandakan bahwa perubahan tidak akan terjadi secara instan.

Sementara itu, data menunjukkan bahwa NIM Bank CIMB Niaga sebelumnya sempat menurun ke angka 3,96%, salah satunya dipicu oleh biaya dana yang relatif tinggi. Kondisi ini memperkuat harapan industri terhadap efektivitas kebijakan BI dalam jangka panjang.

Perbankan Jaga Stabilitas NIM di Tengah Perubahan Suku Bunga

Pandangan serupa datang dari Presiden Direktur PT Krom Bank Indonesia Tbk, Anton Hermawan, yang meyakini bahwa penurunan BI Rate mampu menjaga tekanan pada NIM. “Krom Bank tetap optimistis NIM kami akan stabil dan moderat, sejalan dengan pencapaian NIM 18,82% per Juni 2025. Kami berharap situasi ini dapat semakin memperbaiki profitabilitas,” kata Anton, menunjukkan keyakinan akan stabilitas kinerja banknya.

Di sisi lain, Direktur PT Bank BCA Syariah, Pranata, menambahkan dimensi lain dengan menilai bahwa kebijakan ini didukung oleh injeksi likuiditas tambahan sebesar Rp200 triliun dari Kementerian Keuangan kepada bank-bank Himbara. Ia berharap langkah ini dapat secara signifikan membantu penurunan CoF, yang pada gilirannya akan memperkuat margin pembiayaan bank-bank syariah.

Berbeda dengan pandangan yang berpusat pada NIM, Bank Jago mengambil pendekatan yang lebih holistik. Head of Treasury and Financial Institution Bank Jago, Yoyo Cahyadi, menegaskan bahwa NIM hanyalah salah satu indikator. “Fokus utama kami bukan hanya pada kenaikan NIM, melainkan lebih luas pada profitabilitas keseluruhan,” ungkapnya, menyoroti strategi yang lebih berorientasi pada laba komprehensif.

Efek Penurunan BI Rate Belum Instan, Analis Beri Catatan Penting

Dari perspektif analis, Trioksa Siahaan, Senior VP LPPI, mengonfirmasi bahwa pemangkasan BI Rate memang berpotensi memperbesar margin bunga bank. Namun, ia menekankan bahwa efeknya tidak akan terlihat secara serta-merta. “Apabila bunga simpanan belum mengalami penurunan yang signifikan, terutama dengan penawaran special rate bagi deposan besar, maka penurunan BI Rate belum otomatis menekan biaya dana,” jelas Trioksa, menguraikan kompleksitas dinamika pasar.

Trioksa memperkirakan bahwa dibutuhkan waktu sekitar 2–3 bulan agar dampak penurunan BI Rate terhadap CoF benar-benar terasa, dengan kondisi likuiditas masing-masing bank menjadi faktor penentu. Meskipun demikian, dengan adanya ruang bagi BI untuk melakukan pemangkasan bunga lebih lanjut serta dukungan tambahan likuiditas dari pemerintah, ia tetap optimistis bahwa rasio NIM industri perbankan akan menunjukkan perbaikan hingga akhir tahun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *