Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara, atau yang dikenal sebagai Danantara Indonesia, telah mengumumkan rencana signifikan untuk menempatkan 80% dari total investasinya di dalam negeri. Keputusan ini menunjukkan fokus kuat Danantara dalam memperkuat ekonomi domestik dan selaras dengan visi pembangunan nasional.
Pandu Sjahrir, Chief Investment Officer (CIO) Danantara, menjelaskan bahwa strategi investasi ini bukan tanpa alasan. Ia menggarisbawahi keselarasan langkah tersebut dengan pernyataan yang pernah disampaikan oleh Menteri Keuangan RI, Purbaya Yudhi Sadewa, beberapa waktu lalu. Pandu menambahkan, investasi tersebut akan diarahkan ke beragam instrumen di pasar publik, mencakup obligasi, serta partisipasi aktif di pasar modal melalui ekuitas. Pernyataan ini disampaikan Pandu dalam seminar utama rangkaian Capital Market Summit & Expo 2025 di Jakarta, pada Jumat (18/10/2025).
Lebih lanjut, Pandu menjelaskan bahwa alokasi investasi, baik di dalam maupun luar negeri, akan digulirkan dalam sisa waktu 10 minggu di tahun ini. Ia tidak menampik bahwa implementasi strategi ini akan berjalan di tengah bayangan ketidakpastian geopolitik global yang masih tinggi. Selain itu, Danantara juga menghadapi tantangan unik sebagai entitas yang pertama kali mengemban amanah pengelolaan seluruh aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia.
Meskipun demikian, Pandu menegaskan bahwa fokus utama Danantara Indonesia tetap tidak bergeser: yakni memanajemen aset-aset BUMN agar menjadi bisnis yang tidak hanya berprofit, tetapi juga mampu “naik kelas”. Ambisi Danantara sangat jelas, yaitu untuk mendorong BUMN yang sudah menjadi terbaik di kelasnya di Indonesia agar dapat bersaing di panggung global sebagai entitas kelas dunia, sekaligus mengangkat BUMN yang belum mencapai taraf nasional menjadi kebanggaan di tingkat nasional.
Dengan strategi dan komitmen tersebut, Pandu meyakini bahwa akan terjadi transformasi fundamental pada tubuh BUMN. Pihak Danantara siap menjadi katalisator utama dalam memajukan dan mengoptimalkan kinerja bisnis-bisnis milik negara tersebut.
Adalah penting untuk dicatat, keputusan investasi Danantara ini juga muncul setelah sebelumnya Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa melontarkan kritik. Purbaya menyoroti penempatan sebagian dana yang diperoleh dari dividen BUMN ke obligasi pemerintah, menilai langkah tersebut kurang optimal dan tidak sepenuhnya merefleksikan peran Danantara sebagai entitas pengelola investasi. Menanggapi kritik tersebut, Danantara dalam kesempatan terpisah menjelaskan bahwa instrumen investasi pada obligasi pemerintah dipilih karena alasan strategis, terutama karena instrumen tersebut menawarkan tingkat likuiditas yang tinggi.
Ringkasan
Danantara Indonesia mengumumkan alokasi investasi dengan fokus utama di dalam negeri, yakni 80% dari total dana. Strategi ini selaras dengan visi pembangunan nasional dan bertujuan memperkuat ekonomi domestik. Investasi akan dialokasikan ke pasar publik, termasuk obligasi dan ekuitas, dengan implementasi dilakukan dalam 10 minggu tersisa di tahun ini.
Fokus utama Danantara adalah memanajemen aset BUMN agar lebih menguntungkan dan kompetitif, baik di tingkat nasional maupun global. Langkah ini diambil setelah kritik dari Menteri Keuangan terkait investasi dividen BUMN di obligasi pemerintah. Danantara menjelaskan bahwa pemilihan obligasi karena likuiditasnya yang tinggi, namun kini berkomitmen untuk transformasi fundamental pada BUMN.