Shoesmart.co.id – , JAKARTA — PT CIMB Niaga Auto Finance Tbk. (CNAF) dan PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) kompak wait and see untuk melakukan penyesuaian bunga pinjaman, seusai suku bunga acuan atau BI Rate turun menjadi 4,75%.
Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman menjelaskan sebenarnya penentuan suku bunga pinjaman di perusahaannya sudah bergantung pada tingkat risiko nasabah. Jika profil nasabah dinilai berisiko rendah, maka mereka bisa mendapatkan bunga pinjaman yang lebih murah.
Bahkan, lanjutnya, ketika suku bunga acuan BI masih berada di level 6%, CNAF sudah memberikan bunga yang cukup rendah bagi nasabah dengan risiko yang dianggap aman.
: Kode Keras Lo Kheng Hong Soal Saham Properti Usai BI Rate Dipangkas
“Jadi memang suku bunga berbasis risiko sudah kita terus terapkan. Tapi mungkin setelah penerapan dari bank terhadap kita juga akan menurunkan suku bunga, kita akan juga meng-adjust, kita lagi menunggu saja, menunggu dari bank yang memberikan bunga ke kita,” tuturnya seusai ajang BIFA 2025, di Hotel Westin Jakarta, Rabu (17/9/2025) malam.
Lebih lanjut, Ristiawan menekankan CNAF tentu menyambut baik keputusan Bank Indonesia (BI) yang untuk kesekian kalinya menurunkan suku bunga acuan.
: : Bank Indonesia Pangkas BI Rate Lagi, Obligasi Pemerintah (SBN) Pesta Cuan
Dirinya berharap bahwa keputusan ini bisa menjadi stimulus yang baik supaya industri multifinance bisa ikut menurunkan penerapan suku bunga pinjaman kepada masyarakat, sehingga bisa mendapatkan insentifnya misal untuk mengganti kendaraannya.
“Walaupun tidak mudah, sekarang ini dengan penurunan BI rate, likuiditas di market memang masih belum balik ke normal kondisinya dan tantangan mungkin juga kemampuan belinya juga masih belum kembali. Namun, ini akan menjadi sesuatu sinyal positif tahun 2025 ini,” ucapnya.
: : BI Rate Sudah Dipangkas 125 Bps Sejak September 2024, Masih Ada Ruang Penurunan?
Senada dengan Ristiawan, Direktur BFI Finance Tan Rudy Eddywidjaja turut mengatakan perusahaannya akan wait and see dengan kondisi yang ada untuk penyesuaian suku bunga pinjaman ke nasabah.
“Kita nanti akan wait and see ya, khususnya soal masalah suku bunga tentunya ini kita harus melihat lagi dari sisi risiko juga ke depannya,” ucapnya pada acara yang sama.
Kendati demikian, dia pun menilai bahwa penurunan BI Rate ini adalah hal yang positif. Dirinya berharap stimulus ini dapat memberikan dampak (impact) baik, terkhusus bagi sektor riil dan sektor ritel (retail).
“Dan kita harapkan ekonomi mulai bisa bertumbuh kembali, purchasing power juga bertumbuh. Karena kita melihat Indonesia saat ini juga mungkin perlu untuk dikasih stimulus dari seperti kebijakan seperti ini ya,” ucapnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan alias BI Rate menjadi 4,75% berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG BI) periode 16—17 September 2025.
“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 16 dan 17 September 2025 memutuskan untuk menurunkan BI Rate menjadi 4,75%,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (17/9/2025).
Dalam pengumuman suku bunga BI, bank sentral juga menurunkan suku bunga Deposit Facility ke level 4,00% dan suku bunga Lending Facility menjadi 5,50%.